So Myung berjalan mendekati Ji Tae lalu tepat di hadapan Ji Tae, So Myung berkata kepadanya seolah menantang Ji Tae,"baiklah, jika itu mau kamu seniorku. Aku akan melakukannya dengan senang hati. Dan akan aku pastikan bahwa aku lebih hebat daripada seniorku."
Setelah mendengar ucapan So Myung ekspresi wajah Ji Tae seketika berubah dan tangannya pun ia kepal karena merasa geram. Namun itu ia tahan, karena tidak mungkin jika ia memberikan hantaman kepada seorang wanita. Apalagi wanita yang dihadapannya saat itu adalah wanita yang sudah lama diincarnya.
"Dan untuk kita semua harus bisa melakukan operasi besar itu tanpa adanya senior yang sombong seperti dia. Jadi, saya harap kita semua bisa kompak dan membuktikan kepada pimpinan rumah sakit bahwa kita bisa tnpa adanya putra kesayangannya ini," kata So Myung dengan tegas.
Setelah mengatakan hal itu kepada para dokter bedah jantung yang lain So Myung memberikan senyum sunggingnya kepada Ji Tae. Lalu So Myung pergi begitu saja dari ruangan yang membuatnya merasa kesal karena kesombongan Ji Tae. Begitupun dengan dokter lainnya yang mengikuti langkah So Myung. Sedangkan Ji Tae, ia masih berdiri mematung di ruangan itu.
"Sial! Kenapa malah aku yang dipermalukan oleh wanita angkuh itu. Padahal yang aku inginkan dia memohon kepadaku agar aku yang tetap memimpin operasi ini. Tapi nyatanya, malah dia yang seolah menantangku," Ji Tae menggerutu kesal.
Setelah menggerutu cukup lama di dalam ruangan itu kini Ji Tae memutuskan untuk kembali ke ruangannya dan memikirkan kembali bagaimana caranya agar So Myung tunduk kepadanya dan memohon cintanya. Tapi itu dirasa sangat sulit, karena So Myung sendiri yang memiliki sikap dingin terhadapnya.
Hari sudah semakin sore dan jam sudah menunjukkan tepat pukul 16.00 sore. So Myung yang kebetulan sudah selesai berjadwal di rumah sakit, kini ia memutuskan untuk berkemas lalu kembali pulang ke rumahnya. Almamater rumah sakit ia lepas lalu dengan langkah yang terburu-buru ia menuju ke tempat parkir untuk mengambil mobilnya.
"Tut... Tut...!"
Mobil itupun dilajukan dengan kecepatan tinggi agar So Myung segera sampai di rumahnya dan melepaskan kelelahan yang ada di tubuhnya. Sekitar setengah jam kemudian sampailah So Myung di halaman rumahnya. Lalu memarkirkan mobilnya di garasi yang tidak terlalu luas, hanya cukup untuk mobilnya saja. Langkah cepat kebali dilakukannya dan setelah sampai di kamarnya ia disibukkan dengan pencarian ponselnya yang hilang.
Semua barang sudah diacak-acak olehnya, tapi ponselnya tetap saja belum ditemukan,"hah, kemana ponselku sebenarnya? Kenapa di kamar ini juga tidak ditemukan. Apa benar-benar sudah hilang?" Tanya So Myung seraya mengacak-ngacak rambutnya.
Setelah dibuat kesal atas apa yang terjadi di rumah sakit tadi pagi, kini So Myung di buat pusing atas hilangnya ponsel pentingnya. Bahkan So Myung merasa sudah menyerah untuk mencari ponsel tersebut yang sulit ditemukan. Dan So Myung memutuskan untuk menyegarkan tubuhnya di bawah air shower.
****
"Aku akan mengembalikannya besok," ucap Jun Hwan seraya memegang sebuah ponsel ditangannya.
Jun Hwan masih membawa ponsel So Myung yang terjatuh kemaren saat bertabrakan denganny. Bahkan detik itu juga Jun Hwan merasa jatuh hati kepada So Myung. Dan dengan kesempatan yang ada, Jun Hwan memutuskan untuk berkenalan dengan So Myung.
****
Cahaya matahari telah terpancar begitu teriknya. Bahkan cahayanya mampu menerobos celah-celah korden kamar So Myung. Dan itu membuat So Myung harus segera beranjak dari ranjang yang membuatnya nyaman,"selamat pagi dunia dan selamat pagi buat kamu, penyemangatku setiap waktu. Meskipun kamu sudah hilang dari muka bumi ini, tapi aku tidak akan pernahenghilangkanmu dari hatiku. Karena hanya kamu yang bisa membuatku merasakan bahagia.dan kenyamanan."
So Myung memandang lekat sebuah bingkai foto dengan selembar foto seorang lelaki tampan di dalam bingkai itu. Bahkan setelah mengucapkan hal itu So Myung memberikan sebuah kecupan pelan kepada foto lelaki itu. Lalu, So Myung berdiri dan membuka korden kamarnya dengan selebar mungkin.
Rumah yang di dekorasi dengan indah. Karena posisi pembangunannya di jalan dekat tepi pantai. Dan itu pilihan So Myung sendiri yang ingin hidup mandiri tanpa memiliki harta yang dimiliki kedua orang tuanya. Sehingga So Myung memutuskan untuk berpisah dari keluarganya itu dan membuat rumah yang nayaman sesuai dengan pikihannya.
Hari itu dimulai tanpa adanya sebuah ponsel yang digunakan sebagai alatnya untuk tetap berhubungan dengan rumah sakit tempat bekerjanya. Namun So Myung tidak boleh bermalas-malasan, karena So Myung ingat betul dengan jadwal ia beetemu pasien kemaren yang belum sempat bertemu dengannya. Dan kali ini So Myung memtuskan untuk berangkat pagi agar pasien kemaren tidak menunggu lama kehadirannya.
"Aku rasa sudah cukup untuk berada di depan cermin ini. Dan sekarang sudah waktunya untuk aku kembali bekerja dan mempersiapkan untuk operasi besar itu," putus So Myung setelah merapikan pakaiannya.
Pagi itu matahari memancarkan cahanya dengan begitu terik. Untung saja So Myung selalu menggunakan mobil sebagai kendaraannya menuju kemana pun ia memiliki tujuan, termasuk ke rumah sakit. Meskipun pada akhirnya ia akan bertemu dengan Ji Tae, lelaki yang selalu membuatnya merasa jengkel.
Beberapa menit kemudian sampailah So Myung di rumah sakit itu. Dan beberapa suster yang berpapasan dengannya telah menyapa sopan,"selamat pagi, Dokter!" Begitupun dengan So Myung yang membalas sapaan mereka meskioun dengan sikap yang selalu diterapkannya, yaitu sikap dingin dan angkuh. Karena So Myung hanya membalas sapaan mereka dengan anggukan pelan.
So Myung terus berjalan dengan gontai saat menuju ke ruangannya. Dan setelah sampai di dalam ruangan miliknya itu, ia dikejutkan dengan kehadiran seorang lelaki yang tidak asing baginya. Dan seketika So Myung merasa marah atas kehadiran lelaki itu.
"Kamu," ucap So Myung seraya mengarahkan telunjuknya ke arah dimana lelaki itu tengah duduk.
Seketika lelaki itu berdiri dan memberikan senyuman manis kepada So Myung,"ya, ini aku. Lelaki yang sudah melakukan ciuman bersamamu kemaren." Dengan santai Jun Hwan mengatakan hal itu kepada So Myung.
"Apakah kamu sudah tidak waras mengatakan hal itu kepaku? Lebih baik kamu sekarang pergi dari sini sebelum aku mengusirmu," So Myung memberikan ancaman kepada Jun Hwan tapi ancaman itu tidak digubris oleh Jun Hwan,"aku tidak akan pergi dari sini, karena aku masih memiliki keperluan denganmu."
So Myung melangkah pelan dan semakin mendekati Jun Hwan. Bahkan So Myung ingin memberikan sebuah tamparan kepada Jun Hwan, tapi Jun Hwan dengan tangkas menangkap tangan So Myung. Sehingga tangan So Myung tak bisa menampar pipi Jun Hwan.
"Hah, lepaskan tanganku!" Jika tidak, aku akan berteriak dan memgatakan bahwa kamu sudah berusaha menyakitiku," ancam So Myung kembali.
"Tidak akan, jika kamu mau memgatakan kepada mereka semua bahwa aku sudah menyakitimu, maka aku akan memgatakan kepada mereka semua bahwa kamu dokter yang tidak bisa melayani pasiennya dengan baik," balas Jun Hwan.
So Myung tidak habia pikir bagaimana bisa ia bertemu lagi dengan lelaki yang menyebalkan dan itu lebih memyebalkan daripada Ji Tae. So Myung berusaha melepaskan tangannya secara paksa, dan ketika tangan itu sudah terlepas malah dirinya yang sengsara.
"Bruk!"Tubuh So myung terjatuh dan tepat di atas tubuh Jun Hwan. Dan Jun Hwan seolah menikmati adegan pagi itu bersama So Myung. Bahkan Jun Hwan dibuat tersenyum ketika So Myung memeluk tubuhnya. Namun itu tidak berlangsung lama, karena seorang dokter lain telah membuka pintu ruangan So Myung tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu,"astaga, apa-apaan ini Dokter So Myung? Sungguh memalukan!"Seketika So Myung beranjak dari posisinya dan merapikan pakaiannya kembali. Lalu ia mengeluarkan suaranya untuk membenarkan apa yang sebenarnya telah terjadi kepada dokter lain itu. Tapi ketika So Myung hendak melontarkan kata tiba-tiba dokter itu pergi begitu saja. Sehingga membuat So Myung benar-benar merasa malu dan marah kepada Jun Hwan."Akh sial! Baru juga mau menjelaskan malah pergi begitu saja. Dan ini semua karena kamu, yang telah membuat kerusuhan di dalam ruanganku. Dan kenapa harus terulang kembali di saa
"Halo, dengan siapa ini?" Tanya So Myung.Telefon masuk dengan nomor yang tidak di kenal. Membuat So Myung merasa penasaran karena tidak ada jawaban sama sekali setelah telefon itu diterima. Sehingga So Myung mematikannya kembali. Namun tidak lama kemudian ponsel So Myung kembali berdering dengan nomor yang sama."Siapa sebenarnya pemilik nomor ini? Kenapa kembali menelfonku? Tapi jika aku angkat, mungkinkah ada jawaban atau malah seperti tadi?" So Myung bertanya-tanya dalam hatinya. Bahkan So Myung merasa ragu untuk mengangkat kembali telefon dari nomor yang tidak di kenal. Namun ponsel So Myung terus berdering, sehingga So Myung akhirnya memutuskan untuk mengangkat telefon itu kembali."Halo, sebenarnya ini dengan siapa? Saya tidak punya banyak waktu, jadi tolong cepat katakan ada kepentingan apa menelfonku," celetuk So Myung."Ma'afkan aku jika sudah men
Satu pekan telah berlalu dengan begitu cepat. Dan pagi ini semua dokter bedah jantung harus bersiap untuk segera melangsungkan operasi besar perwira yang sudah beberapa hari lalu disiapkan. So Myung yang memimpin jalannya operasi besar itu telah berangkat lebih awal dan mempersiapkan beberapa peralatan yang akan dibutuhkan nanti."Hai So Myung, aku harap kamu bisa menjadi dokter yang mampu diandalkan. Jika tidak, kamu akan menjalani hukuman dari pimpinan rumah sakit," kata Ji Tae yang seolah mengancam So Myung.So Myung yang mendengar ucapan Ji Tae seketika ia mendengus kesal. Lalu ia melontarkan kata yang membuat Ji Tae hanya membungkam mulutnya, "Anda tidak perlu takut Dokter senior, karena saya akan melakukan yang terbaik dalam operasi ini. Dan lagipula saya bukanlah Dokter yang seperti Anda, Dokter pecundang."Setelah mengatakan hal itu kepada Ji Tae, So Myung meninggalkan Ji Tae yang masih berdiri mematu
So Myung melangkah secara perlahan karena merasa ragu dengan seorang lelaki yang tengah berdiri tepat di depan pintu rumahnya, apalagi lekaki itu berdiri membelakanginya. Namun setelah So Myung berdiri teoat di belakang lelaki itu, ia pun langsung mengetahui siapa lelaki yang mendatangi kediamannya itu."Kamu!"So Myung membuat lelaki itu terkejut atas kehadirannya secara tiba-tiba. Dan seketika lelaki yang tidak asing bagi So Myung membalikkan tubuhnya dan menatap So Myung yang sudah berdiri di hadapannya. Lalu lelaki itu pun berkata kepada So Myung, "Ya Dokter So Myung, ini adalah aku. Aku datang ke sini hanya ingin mengucapkan selamat kepadamu atas keberhasilan dalam jalannya operasi besar tadi di rumah sakit. Tapi kamu jangan merasa senang dulu dan itu bukan berarti aku sudah kalah darimu, Dokter So Myung." Ji Tae tersenyum sungging."Hah, Dokter Ji Tae tolong dengarkan dengan sebaik mungkin! Pertama, saya tidak butu
"Tok... Tok... Tok!So Myung mengetuk pelan pintu ruangan pemimpin rumah sakit. Dan terdengar suara yang meminta So Myung untuk masuk ke dalam ruangan itu. Begitupun dengan So Myung yang membuka pelan pintu itu setelah mendengar perintah dari pemimpin rumah sakit. Dan di dalam ruangan itu ada Ji Tae dan Young."Akhirnya kalian sudah berkumpul juga," ucap pemimpin rumah sakit yang tak lain adalah Pak Oh.So Myung dibuat tidak mengerti dengan ucapan Pak Oh. Dan So Myung bertanya-tanya di dalam hatinya tentang perkataan itu. Namun Pak Oh tidak langsung menjelaskan kembali tentang perkataannya itu kepada Ji Tae, Young dan So Myung. Sehingga So Myung memberanikan dirinya untuk bertanya kwpada Pak Oh, "Ma'af Pak Oh, tapi apa maksud dari oerkataan Anda?"Setelah mendengar pertanyaan So Myung, Pak Oh mengarahkan pandangannya ke setiap wajah dokter bedah jantung yang sudah ada di depan hadapannya. Lalu,
Ketika Jun Hwan menonton berita di televisi, tiba-tiba ponselnya berdering. Dan ia pun sesegara mungkin mengangkat telefon itu, "Halo!" Ucap Jun Hwan. Setelah menerima telefon tersebut wajah Jun Hwan berubah menjadi serius. Lalu ia oun berlari meninggalkan So Myung tanpa sepatah kata apapun. Sedangkan So Myung, ia tidak tahu bahwa Jun Hwan sudah pergi dan meninggalkannya. Karena So Myung masih terlalu fokus dengan berita yang ditontonnya."Wah Dokter So Myung, berita tadi sangat menyeramkan. Gempa yang terjadi di sana sungguh menakutkan," ucap salah seorang perawat setelah melihat sekilas berita gempa yang di ada di televisi tersebut."Kamu benar, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu mereka yang terluka. Karena itu bukanlah tugas kita meskipun tempat kita tidak terlalu jauh dengan kota itu." So Myung merespon dengan tetap fokus melihat berita itu.Perawat itu pun lalu
Setelah menghabiskan secangkir kopi susu miliknya, So Myung memutuskan untuk kembali ke ruangannya. Dokter yang berparas cantik itu pun selalu melakukan yang terbaik dalam bidangnya. Mengutamakan keselamatan pasiennya daripada hal yang lain. Do Myung berjalan dengan begitu gontai saat menelusuri lorong rumah sakit. Namun seketika ia memghentikannya ketika ia merasakan getaran yang sangat hebat memgguncang tubuh bahkan tembok di rumah sakit itu."Ada apa ini? Mungkinkah ada...." Terhanti.So Myung merasakan guncangan yang sangat hebat yang di duga itu adalah gempa susulan di kota Seoul. Dan So Myung segera menuju ke ruang utama rumah sakit untuk melihat keadaan di sana. Semua orang di rumah sakit merasa ketakutan setelah merasakan guncangan hebat itu. Banyak orang berlalu lalang melintasi So Myung yang ingin keluar dari rumah sakit karena takut jika gedung rumah sakit sewaktu-waktu akan runtuh. Namun tidak lama kemudian guncangan itu pu
"Sepertinya ini terlalu sulit jika kamu mengangkatnya sendirian," ucap Jun Hwan tiba-tiba.Jun Hwan tiba-tiba datang dan membuat So Myung terkejut atas kehadirannya. Namun di sana, Jun Hwan seakan tidak terlalu mempedulikan keberadaan So Myung di dekatnya. Jun Hwan terlalu fokus dengan kejadian gempa yang menimbulkan beberapa korban jiwa. Sedangkan So Myung, ia menatap Jun Hwan bahkan merasa heran karena Jun Hwan yang tidak mempedulikan kehadirannya. Tapi rasa itu seketika di tepiskan oleh So Myung saat Jun Hwan yang terlihat dingin kepadanya, "Sadar So Myung, dia bukanlah siapa-siapa. Lagipula kamu seharusnya bersyukur karena tidak ada lelaki yang akan mengganggumu lagi.""Tim Serigala masuk, di sini perlu bantuan dari kalian. Segera datang!" Perintah Jun Hwan kemudian.Dan tidak lama kemudian Tim Serigala dari tentara pasukan khusus telah datang untuk membantu korban yang tertimbun tembok itu.
"Kenapa Dia berjalan kesini? Mau apa Dia sebenarnya?" tanya Jun Hwan.Ji Tae yang berjalan menuju ke rumah So Myung mendapatkan sambutan tidak baik dari Jun Hwan, karena ia merasa cemburu atas kehediran Ji Tae. Begitupun dengan Ji Tae sendiri yang tidak suka dengan kehadiran Jun Hwan yang sudah berada di depan rumah So Myung. Namun, keduanya bersikap profesional saja, meskioun tidak ada sikap baik diantara mereka."Kamu ada di sini ternyata. Di mana So Myung?" tanya Ji Tae."Ada di dalam, tunggu saja!" jawab Jun Hwan singkat.Keduanya pun berdiri di depan pintu sembari menatap lautan yang luas yang daoat mereka jangkau dari pandangan mereka. Dan tidak lama kemudian So Myung pun keluar dari dalam rumah itu. Dan kehadiran Ji Tae telah mengejutkan So Myung ketika So Myung baru membuka pintu rumahnya."Yeah Ji Tae? Oh ma'af, maksud saya Dokter Ji Tae. Anda datang
"Apakah kamu marah kepadaku?" tanya Jun Hwan kepada So Myung yang masih duduk disampingnya."Tidak. Buat apa aku marah kepadamu? Akh sudahlah, jangan membahas hal yang membuat pikiranku terasa penat. Aku hanya butuh ketenangan pikiran, jiwa dan batin. Jadi, biarkan aku tertidur di pangkuanmu sejenak. Ok!" So Myung pun merebahkan tubuhnya di atas pasir sembari meletakkan kepalanya dipangkuan Jun Hwan.So Myung memejamkan kedua maniknya. Begitupun dengan Jun Hwan yang membiarkan So Myung merasakan ketenangan setelah banyak hal yang sudah dilaluinya. Dan hanya ada angin malam yang membuat udara malam menjadi terasa begitu dingin. Serta suara gemuruh ombak yang mengalun dan terombang-ambing."Kehidupan yang terasa begitu sulit, terkadang membuatku ingin berhenti di titik yang sama. Namun, aku sadar bahwa aku tidak akan selamanya berhenti dan mengurung diri. Masih ada banyak hal yang harus aku lalui, seperti mal
"Ayah, please hear me!" teriak So Myung memanggil Pak Park.Setelah mendengarkan semua perkataan So Myung, Pak Park berjalan melintas dihadapan So Myung begitu saja tanpa melontarkan kata-kata, meskipun So Myung sudah berteriak memanggil namanya. Sehingga So Myung merasa marah dan kesal terhadap Pak Park. Namun So Myung hanya menatap Pak Park yang berjalan membelakanginya."Untuk kalian, segera kembali pulang ke Negara kalian sekarang!" Pak Park memerintahkan Do Myung dan pasukan yang lain untuk segera kembali ke Korea Utara."Tidak. Aku tidak akan kembali pulang sebelum memakamkan Ibuku. Terserah Ayah mau apa, yang pasti aku tidak akan pulang." Do Myung menolak perintah dari Perwira dan menyandang sebagai Ayahnya."Lakukan semua perintah! Jika tidak, maka aku akan akan pernah menganggapmu sebagai putraku. Dan ajak adikmu!" Pak Park membarikan ancaman kepada Do Myung. Yang membuat Do Myung tidak bisa
Itulah perjuangan seorang Tentara. Menyerahkan seluruh jiwa mereka demi perdamaian, melindungi dan menyelamatkan masyarakat serta demi keutuhan Negerinya. Begitupun dengan sosok lelaki yang gagah seperti Jun Hwan. Yang menyerahkan jiwanya demi menyelamatkan seorang ibu paru baya yang memang sedang membutuhkan bantuannya."Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Tentara itu? Dan bagaimana caranya untuk mencari bantuan?" tanya seorang ibu dalam hati.Ibu itu masih kebingungan untuk menyelamatkan Jun Hwan yang masih tidak sadarkan diri. Dan ketika gempa susulan kembali mengguncang kota Geoungju, tembok yang awalnya masih berdiri tegak, kini telah roboh dan menimbun korban, di mana korban itu adalah ibu paru baya yang hendak diselamatkan oleh Jun Hwan."Huft, aw!" rintih Jun Hwan,Perlahan Jun Hwan membuka kedua matanya, lalu mencoba untuk memanggil bantuan agar dapat membantunya dan juga mengeluarkan ibu
Tentara pasukan khusus Korea Selatan telah tiba di lokasi. Begitupun dengan Jun Hwan yang memberi aba-aba setiba di sana. Dan setelah itu pasukan yang lain pun menyebar untuk menyelamatkan korban yang mengalami luka berat maupun kecil."Siapakan peralatan semuanya! Jangan lupa untuk kalian memakai helm kalian!" Jun Hwan memberikan perintah kepada pasukannya.Setelah itu semua menyebar. Sedangkan sang Kapten, yang tak lain adalah Jun Hwan, Ia masih berdiri di tenda memantau keadaan kota Geoungju dengan alat yang sudah disiapkan, sekaligus menunggu kedatangan Tim Medis dari Rumah Sakit Haesung."Lebih baik kita menuju tenda yang didirikan di sana. Mungkin itu adalah tenda tentara pasukan." Ajak Young kepada tim medis lainnya.Setiba di tempat lokasi, Young dan tim medis yang lainnya segera menuju ke tempat Jun Hwan tengah menanti kedatangan mereka. Dan setelah berada di tenda itu, Jun Hwan merasa
"Aku tidak menyangka bahwa So Myung bisa melakukan hal setega itu. Dan jika Dia kembali nanti, aku akan minta perhitungan dengannya." Gerutu Young dengan kesal.Jun Hwan yang melihat Young sedang menggerutu sendirian, akhirnya melontarkan pertanyaan untuk memastikan apa yang sudah terjadi terhadap adiknya itu. Namun Young menjawab pertanyaan Jun Hwan dengan nada yang masih tinggi."Young, ada apa denganmu?" Tanya Jun Hwan memastikan."Aku merasa kesal, bahkan ingin rasanya aku mencabik-cabik rambutnya dan juga bibirnya itu. Akh sudahlah, jangan bahas itu!" Jawab Young kemudian.Suasana pun berubah menjadi memanas. Untung saja ada Min Suk yang masuk ke dalam ruangan itu dan meredam suasana hati Young terbakar karena masih mengingat apa yang dilakukan So Myung terhadap dirinya."Jun Hwan, ada dengannya?" Tanya Min Suk kepada Jun Hwan.Sedangkan Jun Hwan hanya m
"Ma'afkan aku Jun Hwan, karena aku harus pergi sekarang juga. Agar aku bisa menyelesaikan semua urusanku di sini dengan Pak Oh. Dan ini sudah tiba saatnya kamu dan yang lain mengenalku siapa aku sebenarnya." Ucap So Myung kwpada Jun Hwan. Namun Jun Hwan masih tertidur di atas branker.Dan sebelum matahari terbit serta memancarkan cahanya dengan sempurna, So Myung pergi dari ruangan Jun Hwan. Bahkan So Myung meninggalkan rumah sakit Haesung, lalu So Myung melajukan mobilnya untuk kembali pulang.Dengan penuh kemantapan akhirnya So Myung memutuskan untuk menjadi dirinya sendiri. Kembali bertugas seperti apa yang dulu menjadi pekerjaannya. Kini So Myung pun sampai di rumahnya. Dan setelah memarkirkan mobilnya, ia langsung menuju ke kamarnya. Lalu ia segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.*****Cahaya matahari sudah terpancar dengan sempurna. Sehingga membuat kedua mata Jun Hwan
Do Myung didorong di atas branker rumah sakit Haesung dan menuju ke depan rumah sakit untuk segera dipindahkan ke negaranya, Korea Utara. Dan sebelum Do Myung dimasukkan ke dalam mobil, tiba-tiba So Myung berlari dan menghampiri Do Myung. Lalu So Myung berkata kepada Do Myung, "Aku akan kembali, tapi setelah urusanku di sini selesai." Ucap So Myung, lalu memberikan hormat kepada Do Myung."Akan ku tunggu kehadiranmu kembali, So Myung," balas Do Myung singkat. Lalu membalas hormat yang diberikan So Myung, selayaknya kapten membalas hormat pasukannya.Setelah itu tangan mereka masing-masing diturunkan. Dan Do Myung kembali dimasukkan ke dalam mobil yang menjemputnya. Sedangkan So Myung, ia menatap mobil yang membawa Do Myung tanpa berkedip sama sekali. Bahkan ketika mobil itu sudah tidak lagi dijangkau dalam pandangannya matanya, So Myung masih menatap ke arah ujung jalan kota."Mungkin sudah saat aku harus kembali,
"Awalnya semua berjalan sesuai dengan rencana. Namun ketika di pertengahan acara, tiba-tiba pemerintah Korea Utara berhianat. Lalu meminta orang kepercayaannya untuk menyerang secara tiba-tiba. Dan Kapten dari pasukan tentara khusus Korea Utara menolongku dari tembakan itu. Meskipun begitu, aku membantu menghentikan aksi penembakan itu. Dan akhirnya, perjuanagan aku dan Kapten Do Myung berakhir seperti ini." Jawab Jun Hwan menjelaskan."Sudah ku duga akan menjadi seperti ini," ucap So Myung dalam hati.So Myung sejenak mengarahkan pandangannya ke tirai yang membatasi Jun Hwan dan Do Myung. Setelah itu, So Myung menghembuskan nafas beratnya secara kasar. Sejenak So Myung menundukkan kepalanya. Dan tidak lama kemudian So Myung berkata kepada Jun Hwan."Aku harus pergi sebentar! Jadi, kamu jangan berani-beraninya untuk bergerak sedetik pun. Karena aku tidak mengijinkan kamu untuk melakukan hal itu." Ucap