Share

Bab. 82

Author: Pena Merah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Rio mengajak Melinda jalan-jalan hari ini. Setelah puas berkeliling kota, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.

"Capek ya?" tanya Rio saat mereka sudah dalam mobil.

"Nggak! Emang nya aku kelihatan capek?" Melinda balik bertanya.

Rio tersenyum mendengar perkataan Melinda.

"Terimakasih sudah meluangkan waktumu untukku. Boleh aku jujur padamu nggak?"

Melinda menyerngit heran, "Memang nya dari tadi kamu berbohong ya?"

Dada Rio makin berdebar, dia antara takut dan berani mengatakan hal yang ingin disampaikan. Pasalnya ini adalah kali pertama dia dekat dengan perempuan.

"Mel, aku bahagia banget saat bersamamu tadi. Bisakah kamu membuatku lebih bahagia dari ini?" tanya Rio sukses membuat Melinda mengerjapkan bulu mata lentiknya.

"Bagaimana?" tanya Rio lagi karna tak mendapat jawaban dari Melinda.

"Ayo akh pulang! Nanti kemalaman," alih-alih menjawab pertanyaan Rio, Melinda malah mengajaknya pulang.

"Mel, maukah kamu menjalani hubungan serius dengan ku?" perkataan Rio barusan mampu membuat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 83

    Yusuf sudah jauh berubah dari dirinya yang dulu. Rentetan masalah yang menimpa keluarganya menyadarkan nya akan kesalahan nya pada Melinda. Dia sudah berjanji akan memulai hidup lebih baik dari sebelumnya.Toko klontong miliknya juga sudah berkembang pesat. Bahkan bisa di bilang menjadi pusat perbelanjaan di daerah situ. Karna harganya juga relatif murah dari yang lainnya.Akhir-akhir ini Yusuf dengan Nina, salah satu karyawan di tokonya nya. Nina adalah janda beranak satu, namun Yusuf tidak mempersalahkan hal itu. Mereka sudah menjalani kasih semenjak dua bulan terakhir. Yusuf juga sudah mengantongi restu dari orangtua Nina.Menjelang pernikahan Yusuf dan Nina, mereka di nasehati oleh keluarganya untuk meminta restu dan kehadiran papa nya Yusuf.Yusuf mengaguk, meski sebenarnya dia enggan untuk bertemu dengan papanya. Yusuf mengajak Yuda untuk pergi ke rumah Eddy.Namun, saat mobil sampai di depan rumah minimalis. Yusuf tak mau turun dari dalam mobil. Yuda juga tercengang.Ada seoran

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 84

    "Bu, maaf ya!" ucap Melinda memecah keheningan diantara Melinda dan Marisha.Mereka sedang menikmati suasana hari libur di taman belakang. Rutinitas biasa mereka lalukan setiap hari libur.Marisha lamgsung menoleh dan menyerngit heran ketika mendengar perkataan putrinya."Maaf untuk apa, Mel?" Marisha berucap seraya terkekeh."Hmm, karna aku udah marah-marah nggak jelas tadi malam. Aku bahkan meninggalkan meja makan begitu saja. Aku benar-benar minta maaf, bu," ucap Melinda lirih."Nggak papa, Mel. Yang penting kamu makan, ibu nggak mau kamu sampai sakit. Hanya kamu yang ibu punya sekarang!" kata Marisha penuh perhatian meski dengan nada cuek.Melinda menyeruput tehnya seraya menoleh ke arah ibunya yang sedang memakan nastar."Bu!""Ya?""Ibu tahu kenapa aku menolak dokter Rio?" tanya Melinda tiba-tiba."Kenapa?" sahut Marisha acuh. Padahal dalam hatinya sangat penasaran."Selain karna aku nggak mau menjalan hubungan serius lagi. Alasan lainnya adalah, karna keluarganya tidak akan men

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 85

    [Yo, kamu lagi dirumah kan? Aku mau ngantar oleh-oleh dari nyokap nih. Katanya buat anak angkat tersayang]Pesan dari Sakti masuk ke ponsel Rio membuatnya tersenyum simpul. Astuti ibunya Sakti selalu ingat pada dirinya. Meskipun Rio hanya sahabat dari anaknya, tapi Astuti selalu menganggap Rio seperti anaknya sendiri. Hal itu kadang membuat Sakti merajuk.[Jika aku tidak ada dirumah, terus aku dimana? Dasar menyebalkan] balas Rio dengan emot kepala bertanduk.[Ya, mungkin aja kamu lagi di kantor atau di rumahnya Melinda. Kamu kan lagi kasmaran sama janda canteks itu] tulis Sakti lagi dengan emo terbahak-bahak.[Yah, gitu aja ngambak. Kan aku hanya berkidding aja. Aduh, Yo nggak usah terlalu bucin deh. Nanti kalau Oma Resa nggak setuju baru tahu kamu!] Sakti kembali mengirimi Rio pesan dengan emo menjulurkan lidah.Rio tak membalas pesan dari Sakti lagi, dia hanya menatap layar ponsel itu. Dia juga dengan percaya dirinya masih berfikir positif jika neneknya pasti akan menyetujui piliha

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 86

    Di Restaurant MadamMei...Melinda mengajak Rio makan malam bersama. Dengan dalil ada yang harus ingin disampaikan.Setelah makan malam selesai, mereka sama-sama masih diam membisu. Baik Melinda maupun Rio tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun.Melinda menatap keluar, dimana lampu jalanan menyala berkelipmenyal disana. Sedangkan Rio, jangan di tanya lagi. Jelas dia sedang mengagumi mahakarya ciptaan yang Kuasa. Dia sangat betah memandang wajah Melinda.Jika boleh meminta, maka dia akan meminta waktu untuk segera berhenti detik itu juga. Karna dia ingin memandang wajah Melinda sepuasnya. Namun hal itu hanya angan Rio semata."Mel, kamu mau bicara apa?" tanya Rio penasaran membuka obrolan mereka.Melinda yang awalnya menatap keluar, akhirnya menatap wajah Rio. Dia menelinsik seluruh wajah Rio. Terlihat binar cinta untuknya dari mata Rio. Namun apakah cinta saja sudah cukup?Melinda menarik nafas panjang, mencoba merangkai kata untuk di sampaikan. Entah mengapa dia merasa ada yang

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 87

    Warga menerobos masuk ke dalam rumah Eddy."Tolong, bapak, ibu. Itu mereka pencuri, mereka mengambil semua perhisanku. Dan sekarang masih berada dikamarku bersama dengan suamiku," isak Lasmi berlinang airmata.Warga langsung masuk ke dalam kamar dan menemukan Dina dan Yuda sudah mengacak-ngak isi kamar. Di tangan Dina terdapat banyak perhiasan membuat warga langsung ingin memukulnya."Nah ini dia malingnya! Cepat telpon polisi!" ucap salah satu warga."Iya, telpon polisi! Jangan biarkan mereka lolos,""Setuju!""Lebih baik kita hajar saja mereka!""Eh, tunggu! Enak saja main hajar, kami ini anaknya papa Eddy. Iya kali kami mencuri dirumah orangtua sendiri," bela Dina."Jangan dengarkan mereka, Pak, Bu. Mereka memang mencuri, tuh buktinya perhiasan ku ada ditangannya!" sergah Lasmi membuat Dina mendelik. Dia maju ke arah Lasmi lalu menjambak rambutnya hingga wajah Lasmi mendongak ke arahnya. Namun sebelum itu, Dina lebih dulu memasukan perhiasannya ke dalam tas."Dasar jalang! Aku tida

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 88

    "Bukan pacar tapi calon pacar, Ma!" sahut Rio dengan wajah bersemu merah."Emangnya sudah yakin jika Melinda menyukaimu, Yo?" tanya Argadana konyol membuat Riana melotot ke arahnya seakan meminta penjelasan."Mana ada yang akan menolak cucu yang tampanku. Lagian perempuan itu mau-mau aja pas di ajak kemari kok. Sudah tentu dia juga mau sama Rio. Siapa yang berani menolak cucunya Resa Sofia Dana?" ucap Resa dengan bangga."Ya, kita kan gak tahu, Melinda nya cinta apa gak sama Rio, bu. Biasanya orang yang lagi jatuh cinta itu pasti berbeda dengan yang patah hati. Melinda kayaknya mengagap kamu sebagai teman aja, iyakan Yo?" kata Argadana tanpa basa-basi.Semua orang menelan salivanya dengan susah. Mereka menatap ke arah Rio seakan ingin mendengar jawaban yang cepat.Rio yang ditatap menjadi bingung. Karna apa yang dikatakan oleh Papa nya memang benar. Melinda belum memberikan jawaban yang pasti kepadanya. Dia masih berusaha meluluhkan hati Melinda, namun keluarganya malah menjadi heboh

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 89

    Riana dan Rio bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ruang keluarga. Mereka yakin kalau Resa belum selesai berbicara saat di meja makan tadi."Duduk sini!" titah Resa saat melihat cucu kebanggaannya. Rio langsung duduk di kursi sebelah neneknya."Kamu adalah kebanggaan, Oma. Kamu selalu mendengarkan apa yang Oma katakan padamu. Jadi, Oma harap jangan ada percakapan seperti di meja makan tadi!" ucap Resa penuh wibawa.Riana menautkan kedua tangannya meremas dengan kencang. Dalam hatinya merasa panas dan ingin berontak memaki mertuanya yang seenaknya saja pada anaknya. Namun, apa daya dia tidak berwenang akan hal itu.Rio menatap sendu ke arah neneknya. Hatinya terluka mendengar ucapan neneknya."Jika selama ini Rio selalu menuruti keinginan Oma, dan membuat Oma bahagia. Kini boleh kah Rio meminta kebahagian untuk diri Rio sendiri sekali saja, Oma?""Tentu saja! Selama ini apa yang tidak ku berikan untuk cucu kesayangan ku ini?" ucap Resa dengan bangga."Rio ingin menikah dengan Meli

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 90

    Hari bahagia itu akhirnya tiba. Yusuf terlihat tampan dengan pakaian pengantin warna putih. Meskipun sudah pernah menikah dua kali, tapi aura yang terpancar dari wajah Yusuf masih memukau.Yusuf terlihat agak tegang, karna ini kali pertama dia menikahi perempuan yang dicintai dan tanpa di dampingi oleh ke dua orangtuanya.Anita juga sudah siap, dia membantu memakaikan kris di punggung Yusuf. Keringat terus membasahi wajah Yusuf saking gugupnya, padahal pendingin udara sudah sejak tadi di nyalakan.Meski begitu, senyuman dari bibir Yusuf terus mengembang karna kehadiran Anita. Dia paling mirip dengan Imelda. Kalau Ami, dia hanya hadir sebagai tamu. Tidak ikut berpartisipasi menyiapkan pernikahan keponakannya."Yang nama nya duda, tetap aja duda! Biar berpakaian sebagus apapun tak akan mengubah kenyataan!" nyinyir Ami membuat Santi dan Yuda mengelus dada ketika meminta bantuan untuk menyiapkan pernikahan Yusuf."Sah!" satu kata yang keluar dari para tamu ketika Yusuf berhasil mengucapka

Latest chapter

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 102

    Keluarga Yusuf turun dari mobil. Mereka berdecak kagum saat melihat dekorasi pernikahan Melinda kali ini. Sangat berbeda saat pernikahannya dengan Yusuf.Hati Santi berdenyut nyeri kembali, ketika awal mula dia merendahkan Melinda. Hanya karna memakai daster dan menggelar pernikahan dengan sederhana. Dia lalu memperlakukan Melinda seperti Upik Abu yang ternyata adalah seorang Sultan.Mereka langsung mengisi buku tamu, bahkan terpampang banyak papan ucapan dan buket bunga membuat mereka semakin kagum.Saat melihat dekorasi yang begitu bagus, kepala Dina langsung travelling. Dia menduga-duga berapa biaya yang sudah dihabiskan oleh Rio dan Melinda untuk dekorasi ini. Sungguh dia merasa lucu karna sempat ingin bersaing kekayaan dengan Melinda dulu.Mata Yusuf melirik ke sebuah foto besar yang di sebut foto prewedding. Foto itu sepertinya diambil di sebuah pantai. Tiba-tiba Yusuf teringat saat dia menelantarkan mantan istrinya itu."Lihat itu!" bisik Dina pada Yuda. Yuda langsung melirik k

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 101

    Kolega dan rekan bisnis juga datang berganti, mereka tak sabar ingin mengucapkan selamat kepada Melinda dan Rio.Sakti juga menjadi tamu terhormat disana, sebab dia salah satu pengusaha muda yang sukses. Banyak kaum hawa yang ingin mendekatinya."Samperin! Lamar!" ucap Rio kepada Sakti, sedangkan Melinda sedang berganti pakaian untuk melanjutkan sesi resepsi."Kamu ngomong sama aku?" tanya Sakti seraya menunjuk ke arah hidungnya."Bukan! Sama bujang tua yang gak laku!" ketus Rio membuat Sakti semakin melotot."Mentang-mentang sudah laku. Hemm, ingat! Apa yang kamu dapat sekarang juga ikut andil diriku!" angkuh Sakti seraya menyilangkan kedua tangannya di dada."Haha, sumpah idemu gak guna, Bro! Yang ada, aku seperti ABG labil!" kekeh Rio membuat Sakti menyatukan kedua alisnya."Aku berhasil karna cara ku sendiri, Sakti. Perempuan itu susah di tebak maunya. Makanya ku paksa saja!" ucap Rio masih tertawa bangga."Dipaksa? Yang ada dia ilfeel!""Jangan banyak mikir, sana buruan samperin!

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 100

    Melinda sedang di rias oleh tim MUA, Marisha dan Maida pun begitu. Di bagian dapur juga hidangan sudah siap. Dan di depan meja sudah tertata rapi. Hampir sembilan puluh persen semuanya selesai, hanya menunggu kedatangan pengantin laki-lakinya saja lagi."Done!" ucap Sesea yang merias wajah Melinda."Cantik sekali kamu!" kata Sesea tersenyum bangga dengan hasil karyanya menyulap wajah Melinda menjadi makin cantik.Asistennya pun ikut tersenyum melihat bos nya sudah selesai berkarya.Maida juga tersenyum puas saat melihat Melinda yang memang benaran sangat cantik sekali. Riasan Melinda memang sangat berbeda dari biasanya. Dia terlihat sangat natural dan cantik. Maklum saja yang meriasnya adalah perias para kalangan artis. Tarif jasa untuk merekuitnya pun cukup mahal. Tapi tidak untuk Melinda dan Rio. Mereka hanya menggunakan uang saku sehari saja untuk meminta jasa Sesea.Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dan Melinda sudah siap dengan kebaya putih dengan dandanan adat Sunda. Ba

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 99

    Resa keluar kamarnya setelah selesai mandi, dia menuju kamar Rio. Perlahan tangan nya mengetuk pintu, namun hingga ketukan pintu yang kesekian kali tak ada jawaban juga.Resa meraih hendle pintu dan membuka pintu kamar. Nampak di dalam kamar masih gelap dan tidak ada aktivitas apapun. Itu menandakan sang penghuni kamar masih terlelap.Sebuah selimut tebal masih teronggok di atas kasur. Resa meraba selimut itu dan menyingkapnya sedikit.Sang cucu tercinta yang akan melaksanakan akad nikah hari ini, ternyata masih terbuai dalam alam mimpi. Resa tersenyum seraya menatap wajah tenang Rio yang masih menutup mata dengan sempurna."Hari ini kamu mau menikah, padahal baru kemarin rasanya Oma menggendongmu," ucapnya pelan seraya tangan Resa membelai wajah Rio.Rio tiba-tiba membuka mata dan terkejut saat mendapati neneknya sudah duduk di sampingnya."Oma?" ucap Rio seraya mengerjapkan mata, terlihat Resa tersenyum ke arahnya. Sejak dulu, Rio memang jarang menyusahkannya. Berbeda dengan Reza.

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 98

    Hari ini Rio dan Melinda melakukan foto prewedding di pantai. Mereka sudah menginap sejak semalam. Dan pagi ini sebelum matahari menampakkan sinarnya. Melinda sudah siap di dandani oleh tim MUA.Sesi foto pertama, Melinda mengenakan dress berwarna maron hingga menyentuh mata kakinya. Dengan meneteng topi e di tangannya. Sedangkan Rio mengenakan baju dan celena pendek yang senada dengan baju Melinda. Mereka menggunakan latar hamparan laut yang luas. Dan berpose menghadap ke arah matahari terbit.Kemudian di sesi berikutnya, Melinda mengenakan gaun pernikahan warna gold dan Rio mengenakan kemeja putih dibalut dengan toxido hitam. Kesan mewah dari baju mereka begitu terlihat.Fotografer yang mereka sewa juga berkerja keras dengan totalitas. Berbagai pose dilakukan, bahkan sang fotografer harus tiduran untuk mendapatkan foto terbaik.Pose terbaik adalah saat Melinda dan Rio berada di balik karang yang di hantam oleh ombak, dan airnya menyiprat seperti air terjun. Mereka berpose sangat bag

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 97

    Rio berjalan sembari berkari dari parkiran. Sebab sempat terkena macet tadi saat di jalan menuju rumah sakit. Kini dia terlembat sepuluh menit.Lobby rumah sakit yang ramai juga membuat moodnya berantakan. Karna menghalangi jalan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan, Rio menghembuskan nafas kasar. Karna sudah banyak pasien yang menunggu kedatangannya. Dia langsung mengerjakan tugasnya untuk menangani berbagai keluhan pasiennya. Hingga tiba waktu istirahat, dia melangkah ke kantin rumah sakit untuk mencari secangkir kopi. Dia butuh kafien untuk mengembalikan moodnya.Baru saja melangkah beberapa langkah, tangan nya di cekal oleh seseorang."Yo!""Jelita? Ngapain kamu kesini?" tanya Rio seraya melirik ke arah tangannya yang di cekal oleh Jelita. Perempuan yang menjadi sahabat Rio sejak SMA, dia pernah menyatakan perasaannya pada Rio. Namun Rio tak pernah membalas perasaan Jelita."Aku sengaja kesini!" kata Jelita seraya menatap lekat ke arah Rio."Ngapain? Aku mau ke kantin! Mau

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 96

    Argadana menemui Resa setelah Rio dan Melinda pulang."Bu!" panggil Argadana menghampiri Resa yang masih duduk di ranjang, sama saat Melinda menemuinya tadi."Mau minum jus?" tanya Argadana basa-basi."Nggak! Kamu kesini mau menawari jus atau ada maksud lain?" tanya Resa sudah tahu maksud kedatangan anaknya."Aku eh, au,.." ucap Argadana tergagap."Kamu kalah sama Rio dan Melinda, Arga! Keduanya tidak ada yang takutnya saat bicara dengan ku," ledek Resa."Jadi kapan Rio akan melamar perempuan itu?"Argadana langsung shock ketika mendengar pertanyaan Resa. Dia bahkan tak bisa berkata apa-apa lagi."Kamu kenapa?" tanya Resa menatap heran ke arah anaknya."Aku terkejut karna pertanyaan ibu tadi," jujur Argadana."Kok bisa?"Argadana menggeleng, "Ibu yakin mau menerima Melinda?""Bukankah sudah aku katakan barusan? Apakah harus aku tarik kembali kata-kataku?" sahut Resa kesal."Ti-tidak seperti itu, Bu! Ya, kalau sudah pas, biar Riana yang mengurus semuanya. Aku akan segera bilang padanya

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 95

    Semua orang memuji masakan Melinda. Mereka makan dengan lahap, termasuk Resa. Tapi dia tidak mencibir atau memuji masakan Melinda. Riana yang melihat itu, bersorak gembira sebab calon mantunya selangkah lebih maju. Biasanya Resa selalu mengkritik masakannya dan Gendis jika tidak enak, walaupun hanya kurang tingkat kematangannya sedikit. Namun sekarang, mertuanya itu makan dengan lahap tanpa protes sedikit pun.Setelah makan, semua anggota keluarga Argadana kembali berkumpul di ruang tamu, termasuk Resa. Dia ingin menunjukkan kepada Melinda siapa dirinya."Hmm, Ma, Pa, Oma, dan Tante. Sebenarnya kedatangan Rio membawa Melinda kesini, ingin meminta restu. Agar hubungan ini bukan hanya untuk jalan bersama. Rio minta izin untuk melamar Melinda secepatnya," ucap Rio tegas hanya dengan satu helaan nafas."Kamu itu! Baru aja kenal beberapa hari, sudah sok sokan mau lamaran. Mbok harus di kenali dulu bibit, bebet, dan bobotnya dulu. Kamu kan tahu kita ini siapa, Rio?" sela Resa, dia memotong

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 94

    "Wah ada yang dapat cincin nih! Coba ibu lihat!" celutuk Marisha sudah berdiri di ambang pintu kamar Melinda. Dia langsung masuk untuk memastikan.Melinda menutup wajah dengan sebelah tangan yang tersemat cincin pemberian Rio."Sebentar ibu foto ya!" ujar Marisha mengeluarkan ponsel dari saku dasternya. Dia langsung mengunggah di story Whatshapp nya dengan caption 'Semoga ini pertanda baik' tulisnya.Marisha mengulas pucuk kepala putrinya."Istirahat, Mel. Udah malam ini, jangan liatin cincin itu mulu. Nanti ibu beliin yang lebih banyak kalau mau!" goda Marisha membuat Melinda melongo. Marisha langsung keluar dan menutup pintu kamar anaknya. Melinda melanjutkan mengoles skincare malamnya.***Rio sudah berganti baju dan bersiap untuk tidur. Namun dia lupa menyalakan alrm untuk besok pagi, karna masuk jadwal pagi. Dia membuka whatshapp nya terlebih dahulu. Siapa tahu ada pesan dari Melinda. Rio mendesah pelan karna harapan tak sesuai keinginan.Tapi matanya terpaku pada unggahan story

DMCA.com Protection Status