Warga menerobos masuk ke dalam rumah Eddy."Tolong, bapak, ibu. Itu mereka pencuri, mereka mengambil semua perhisanku. Dan sekarang masih berada dikamarku bersama dengan suamiku," isak Lasmi berlinang airmata.Warga langsung masuk ke dalam kamar dan menemukan Dina dan Yuda sudah mengacak-ngak isi kamar. Di tangan Dina terdapat banyak perhiasan membuat warga langsung ingin memukulnya."Nah ini dia malingnya! Cepat telpon polisi!" ucap salah satu warga."Iya, telpon polisi! Jangan biarkan mereka lolos,""Setuju!""Lebih baik kita hajar saja mereka!""Eh, tunggu! Enak saja main hajar, kami ini anaknya papa Eddy. Iya kali kami mencuri dirumah orangtua sendiri," bela Dina."Jangan dengarkan mereka, Pak, Bu. Mereka memang mencuri, tuh buktinya perhiasan ku ada ditangannya!" sergah Lasmi membuat Dina mendelik. Dia maju ke arah Lasmi lalu menjambak rambutnya hingga wajah Lasmi mendongak ke arahnya. Namun sebelum itu, Dina lebih dulu memasukan perhiasannya ke dalam tas."Dasar jalang! Aku tida
"Bukan pacar tapi calon pacar, Ma!" sahut Rio dengan wajah bersemu merah."Emangnya sudah yakin jika Melinda menyukaimu, Yo?" tanya Argadana konyol membuat Riana melotot ke arahnya seakan meminta penjelasan."Mana ada yang akan menolak cucu yang tampanku. Lagian perempuan itu mau-mau aja pas di ajak kemari kok. Sudah tentu dia juga mau sama Rio. Siapa yang berani menolak cucunya Resa Sofia Dana?" ucap Resa dengan bangga."Ya, kita kan gak tahu, Melinda nya cinta apa gak sama Rio, bu. Biasanya orang yang lagi jatuh cinta itu pasti berbeda dengan yang patah hati. Melinda kayaknya mengagap kamu sebagai teman aja, iyakan Yo?" kata Argadana tanpa basa-basi.Semua orang menelan salivanya dengan susah. Mereka menatap ke arah Rio seakan ingin mendengar jawaban yang cepat.Rio yang ditatap menjadi bingung. Karna apa yang dikatakan oleh Papa nya memang benar. Melinda belum memberikan jawaban yang pasti kepadanya. Dia masih berusaha meluluhkan hati Melinda, namun keluarganya malah menjadi heboh
Riana dan Rio bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ruang keluarga. Mereka yakin kalau Resa belum selesai berbicara saat di meja makan tadi."Duduk sini!" titah Resa saat melihat cucu kebanggaannya. Rio langsung duduk di kursi sebelah neneknya."Kamu adalah kebanggaan, Oma. Kamu selalu mendengarkan apa yang Oma katakan padamu. Jadi, Oma harap jangan ada percakapan seperti di meja makan tadi!" ucap Resa penuh wibawa.Riana menautkan kedua tangannya meremas dengan kencang. Dalam hatinya merasa panas dan ingin berontak memaki mertuanya yang seenaknya saja pada anaknya. Namun, apa daya dia tidak berwenang akan hal itu.Rio menatap sendu ke arah neneknya. Hatinya terluka mendengar ucapan neneknya."Jika selama ini Rio selalu menuruti keinginan Oma, dan membuat Oma bahagia. Kini boleh kah Rio meminta kebahagian untuk diri Rio sendiri sekali saja, Oma?""Tentu saja! Selama ini apa yang tidak ku berikan untuk cucu kesayangan ku ini?" ucap Resa dengan bangga."Rio ingin menikah dengan Meli
Hari bahagia itu akhirnya tiba. Yusuf terlihat tampan dengan pakaian pengantin warna putih. Meskipun sudah pernah menikah dua kali, tapi aura yang terpancar dari wajah Yusuf masih memukau.Yusuf terlihat agak tegang, karna ini kali pertama dia menikahi perempuan yang dicintai dan tanpa di dampingi oleh ke dua orangtuanya.Anita juga sudah siap, dia membantu memakaikan kris di punggung Yusuf. Keringat terus membasahi wajah Yusuf saking gugupnya, padahal pendingin udara sudah sejak tadi di nyalakan.Meski begitu, senyuman dari bibir Yusuf terus mengembang karna kehadiran Anita. Dia paling mirip dengan Imelda. Kalau Ami, dia hanya hadir sebagai tamu. Tidak ikut berpartisipasi menyiapkan pernikahan keponakannya."Yang nama nya duda, tetap aja duda! Biar berpakaian sebagus apapun tak akan mengubah kenyataan!" nyinyir Ami membuat Santi dan Yuda mengelus dada ketika meminta bantuan untuk menyiapkan pernikahan Yusuf."Sah!" satu kata yang keluar dari para tamu ketika Yusuf berhasil mengucapka
"Nyonya, makan siang nya sudah siap!" panggil Sari pembantu rumah tangga yang dipaksa Marisha ikut ke Jakarta. Dulu, dia menolak tapi karna Marisha terus memaksanya. Jadi Sari terpaksa menyetujui permintaan majikannya. Marisha sudah terbiasa dengan pelayanan Sari."Ayo, jeng. Maaf banget agak telat makan siang nya, ya. Tadi Sari harus belanja dulu, aku lupa memberitahunya jika jeng Riana mau mampir. Mau delivery, lidah ku suka gak selera soalnya," ucap Marisha terkekeh."Iya saya paham kok, jeng,"Mereka akhirnya masuk ke dalam rumah, Marisha duduk di kursi kebesarannya. Sedangkan Melinda dan Riana duduk bersebelahan."Tante, tadi dokter Rio menelpon saya, katanya tante jangan pulang dulu. Nanti dia akan jemput jam empat!" ucap Melinda di sela makannya."Oh, anak itu menghubungi kamu? Modusnya, ya salam. Haha, coba pikir deh, Mel. Kenapa dia jauh-jauh mutar kesini, padahal baru pulang kerja? Jelas rumah nya dan rumah kamu berlawanan arah. Itu karna dia hanya ingin bertemu denganmu, Me
"Eh? Siang juga, Yo. Mari silakan duduk!" ujar Melinda berusaha menutupi kegugupannya."Ada hal apa yang membuat pak Dokter datang kemari siang-siang begini?" tanya Melinda sudah berhasil mengontrol kegugupannya."Panggil aku 'Mas' Mel!" protes Rio menatap tajam ke arah Melinda.Suasana mendadak hening, Melinda memilih diam dari pada menuruti permintaan Rio. Hal itu langsung membuat Rio kecewa."Aku kesini bawa makan siang. Jadi temani aku makan siang, ya!" pinta Rio dengan memelas seraya meletakkan paper bag yang dibawanya.Melinda masih terpaku melihat tingkah Rio. Lelaki itu langsung membuka paper bag yang di bawanya."Kamu jauh-jauh kesini hanya untuk mengajakku makan siang?" tanya Melinda menghempaskan bokongnya di samping Rio.Rio menyerahkan satu box makanan yang sudah dibukanya untuk Melinda."Iya. Ayo, makan!" sahut Rio.Melinda meraih box itu dan langsung memakannya. Karna dari tadi memang dia belum sempat sarapan."Gimana? Kamu suka?" tanya Rio disela makannya.Melinda meng
Argadana gegas menghampiri mobil Rio yang sudah terparkir sempurna dihalaman rumah. Dia ingin segera menyambut kepulangan istrinya."Apa kabar?" tanya Argadana seraya merangkuh tubuh istrinya."Baik, kamu?" Riana balik bertanya."Tidak baik, tidak enak makan dan tidak enak tidur!" keluh Argadana seperti anak kecil."Ingat umur, Pa!" tegur Rio."Justru karna sudah tua, harus selalu bersama. Kamu nanti punya kehidupan sendiri jika sudah menikah. Sedangkan papa dan mama yang menua bersama," sahut Argadana membuat Rio dan Riana terkekeh melihat kekonyolan Argadana. Padahal saat diluar dia seperti singa yang sangat dingin dan susah di tebak. Tapi jika di rumah seperti kucing rumahan."Ayo, masuk! Ibu dan yang lain sudah menunggu di meja makan. Kalian sudah telat lima belas menit!" ajak Argadana langsung menuju meja makan."Kamu telat lima belas menit, Rio! Jalanan macetkah?" tanya Resa semringah saat cucu kesayangannya menghampiri."Nggak, Oma. Lancar jaya malah, mungkin mereka tau kalau c
"Wah ada yang dapat cincin nih! Coba ibu lihat!" celutuk Marisha sudah berdiri di ambang pintu kamar Melinda. Dia langsung masuk untuk memastikan.Melinda menutup wajah dengan sebelah tangan yang tersemat cincin pemberian Rio."Sebentar ibu foto ya!" ujar Marisha mengeluarkan ponsel dari saku dasternya. Dia langsung mengunggah di story Whatshapp nya dengan caption 'Semoga ini pertanda baik' tulisnya.Marisha mengulas pucuk kepala putrinya."Istirahat, Mel. Udah malam ini, jangan liatin cincin itu mulu. Nanti ibu beliin yang lebih banyak kalau mau!" goda Marisha membuat Melinda melongo. Marisha langsung keluar dan menutup pintu kamar anaknya. Melinda melanjutkan mengoles skincare malamnya.***Rio sudah berganti baju dan bersiap untuk tidur. Namun dia lupa menyalakan alrm untuk besok pagi, karna masuk jadwal pagi. Dia membuka whatshapp nya terlebih dahulu. Siapa tahu ada pesan dari Melinda. Rio mendesah pelan karna harapan tak sesuai keinginan.Tapi matanya terpaku pada unggahan story