Home / Pernikahan / Sultan Dianggap Upik Abu / Bab. 26 Perdebatan Melinda vs Yusuf

Share

Bab. 26 Perdebatan Melinda vs Yusuf

Author: Pena Merah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah dokter pergi Yusuf masuk kembali ke ruangan. Sepertinya dia sudah selesai bertelponan dengan rekannya.

"Bagaimana kata dokter?"

"Melinda harus di rawat inap disini," sahut mama Imel.

"Rawat inap disini, yank?" tanya Yusuf memastikan.

"Iya mas,"

Yusuf tertunduk lesu, "Jadi bagaimana ini ma? Besok aku harus kembali ke Kalimantan padahal. Ini juga orang proyek menghubungi terus dan mendesak ku agar besok harus sudah disana,"

Melinda menghembuskan nafas kasar, "Yaudah gak papa berangkat aja mas. Disini aku ada papa dan mama yang jagain,"

"Tapi sayang? Kamu benaran gak papa jika aku tinggal?" ucap Yusuf dengan mata berbinar.

"Gak papa. Nanti aku telpon ibu dan bapak juga suruh kesini buat nemani aku,"

"Tapi yank, mereka kan baru saja pulang dari sini juga. Kasian mereka dong harus balik kemari lagi,"

"Kasian kenapa? Lagian pasti nantinya mereka sendiri yang ngotot mau kesini kok,"

"Gak diberitahu lah mereka, Mel. Mama merasa gak enak sama mereka karna udah lalai jagain kamu, mere
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 27 Yusuf Membantu Alika

    Yusuf kembali masuk ke ruangan setelah setengah jam pergi tanpa pamit. Di belakang nya berjalan Alika, mantan pacarnya dulu."Maaf gak sempat pamit, buru-buru soalnya tadi. Alika menghubungiku buat minta tolong tadi," ucap Yusuf berusaha menjelaskan."Memang nya kenapa dengan Alika?" tanya mama Imel."Dia di jambret, ma. Kunci mobilnya ada di dalam tas itu. Uang juga berada dalam tas nya, jadi gak bisa pulang," jelas Yusuf lagi."Di jambret?" tanya Melinda dengan penegasan."Iya, yank. Kan kasihan dia?""Tapi kok bisa menghubungi kamu, mas? Memang nya ponsel nya gak di jambret juga?" tanya Melinda sengaja agak keras."Di ambil juga, aku menghubungi mas Yusuf dengan ponsel orang lain. Aku pinjam di jalanan tadi," ucap Alika agak gugup."Di jalan? Memang kamu ngapain di jalanan? Mau beli jajanan di pinggir jalan?" tanya Melinda lagi."Di mall kok. Lagi mau belanja," sahut Alika."Oh di mall juga ada jambret ya? Padahal sangat susah ngejambret di mall, bisa habis tuh jambretnya kena amuk

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 28 Kebenaran Tentang Mama Imel

    "Iya Hallo bu!" ucap Yusuf begitu telpon terhubung, rupanya yang menelpon adalah ibu Marisha, ibu nya Melinda."Iya gak papa kok, bu. Melinda sama bayi nya gak kenapa-napa," kata Yusuf lagi."Jatuh di kamar mandi karna buru-buru tadi bu," sambung Yusuf."Gak usah bu, besok juga sudah boleh pulang. Ibu mau bicara sama Melinda kah?" kata Yusuf lagi."Ibu mau bicara, ini!" bisik Yusuf seraya memberikan ponselnya kepada Melinda.Melinda menerima ponsel itu, "Hallo bu,""Kamu kenapa bisa jatuh? Kok gak hati-hati sih? Mau ngapain juga buru-buru begitu?" cecar bu Marisha diseberang telpon."Iya bu, maaf. Aku kebelet tadi jadi buru-buru,""Lain kali hati-hati, nak. Kamu itu membawa bayi loh bukan dirimu sendiri. Pokoknya ibu gak mau dengar lagi kamu jatuh begini. Ibu dan bapak akan segera kesana, ini lagi siap-siap,"Melinda menyerngit heran, "Ibu dan bapak mau kemari?""Iya lah, kan mau lihat keadaan mu. Meskipun Yusuf sudah melarang tapi ibu dan bapak ingin melihat keadaan mu secara langsun

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 29 Sultan Mah Bebas

    Selagi Melinda masih memegang ponsel, dan Yuuf juga belum kembali. Melinda pun memeriksa ponsel milik Yusuf lagi. Mungkin ada yang disembunyikan Yusuf di belakang Melinda.Hal yang pertama Melinda periksa ada aplikasi hijau, karna Melinda ingin tahu dengan siapa saja suaminya berhubungan. Setelah di cek satu per satu tak ada yang mencurigakan. Hanya ada pesan dari rekan kerja nya Yusuf. Dan pesan terakhir yang dia terima memang dari Alika, rupanya Yusuf memang tidak bohong jika Alika lah yang menghubunginya untuk minta tolong. "Semoga kamu tidak menyembunyikan apapun dari aku, mas. Karna hanya kamu orang yang ku percaya saat ini," lirih Melinda.Yusuf kembali setelah setengah jam keluar. Dia menenteng dua kresek besar berisi camilan di tangan nya."Ini aku beliin camilan, biasanya kamu suka ngemilkan?" ujar Yusuf seraya meletakkan kresek itu di meja."Makasih mas,""Udah telpon mama nya?""Udah mas, tapi kata nya malam baru kesini. Atau gak besok sekalian," jawab Melinda jujur.Yusuf

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 30 Nasehat Orangtua

    Imel dan Eddy kembali ke rumah sakit setelah mendapat telpon dari Yusuf. Mereka tiba lebih dulu sebelum Kusuma dan Marisha. Dibelakang mereka ternyata ada Santi, Riko, dan juga Ami."Ini ponsel mu, Mel. Tapi bukan di atas nakas, tadi mama harus mencari dulu dikamar mu," kata Imel menyodorkan ponsel kepada Melinda."Loh kok gak di atas nakas, ma? Terus ini ketemu ponselnya dimana?""Di dalam nakas. Untung mama juga mencari ke dalam juga,"Melinda tertekun, padahal jelas sekali malam itu dia meletakkan ponselnya di atas nakas bukan di dalam nakas."Mungkin kamu lupa naruh nya, Mel," sahut Ami."Bude juga dari rumah tadi?" tanya Melinda."Iya, niatnya mau ketemu sama kamu. Tapi kata Santi kamu terjatuh di kamar mandi jadi bude langsung ikut saja saat mama dan papa mu mau kesini," jelas Ami.Melinda mangut-mangut saja, mungkin memang bude suaminya itu juga mengkhawatirkan kondisinya."Bude tahu nomor telpon ibu ku dari mana?" tanya Melinda lagi."Ada deh, Mel. Bude benar-benar berusaha bu

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 31

    "Ini loh bapak dan ibu sedang mengusulkan nama untuk anak kita nanti, mas. Masa katanya kalau perempuan mau di kasih nama Yummy," ujar Melinda berbohong."Iya, Yummy singkatan dari Yusuf dan Melinda. Lagian lucu lagi kalau nama Yummy pasti comel begitu cucuku," kata Marisha terkekeh mengikuti alur kebohongan Melinda."Nama yang bagus, gak papa kok kalau ibu pengen memberikan nama untuk anak kami. Aku setuju kok," kata Yusuf tersenyum ramah. "Tuh kan Yusuf saja setuju kok. Kamu aja yang gak suka," kata Marisha lagi."Iya deh bu, nanti aku sisipin nama Yummy pada anak ku. Sekalian Yummy Yammy Lezatmy," kata Melinda sambil tertawa terbahak-bahak, diikuti oleh yang lainnya.Kusuma kemudian merangkul pundak Yusuf. Dia kemudian menanyakan tentang pembangunan rumah milik Yusuf dan Melinda. "Kira-kira kapan rumah kalian bisa di tempati?" tanya Kusuma."Aku belum bisa memastikan kapan bisanya. Tapi yang pasti tahun ini sudah selesai pembangunan rumahnya, pak," sahut Yusuf."Kenapa memang nya

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 32

    "Siapa Mel?" tanya Imel."Oh anu, ini klien mas Yusuf, ma," jawab Melinda bohong.Imel terlihat sangat panik, "Aduh gimana ini? Coba kamu jawab aja telponya, bilang kalau ponselnya ketinggalan. Suruh menghubungi lewat email saja, Yusuf bawa laptop kan?""Iya bawa, ma,"Melinda langsung menjawab panggilan telpon tersebut. Namun dia memutuskan untuk diam, memilih untuk mendengarkan apa yang akan orang itu katakan. Meski Melinda sangat berharap jika Yusuf hanya salah menamai nomor telpon tersebut."Hallo! Kamu jadi berangkat hari ini? Kenapa tidak pamit sama ibu?" terdengar suara perempuan diseberang telpon sana.Deg!!! Jantung Melinda seakan berhenti berdetak."Ibu? Apakah mas Yusuf benar-benar mempunyai dua ibu mertua?" batin Melinda bertanya-tanya."Kok diam saja? Kamu dengar ibu bicara kan?" kata perempuan itu lagi.Melinda menghembuskan nafas kasar, ia kemudian memberanikan diri untuk menyahut, "Iya saya dengar kok," Ternyata benar dugaan Melinda, perempuan itu langsung mematikan p

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 33

    "Gak papa kok, bik. Mau ambil piring aja," sahut Melinda."Oh masih kurang ya piring nya, mbak? Yaudah biar saya ambilkan piringnya," ujar Ramlah seraya mengambil piring yang sudah tertata rapi di raknya."Makasih, bik. Sini biar saya bawa sendiri piring," "Sama-sama, mbak. Biar saya saja yang bawain piring nya kedepan. Ini sudah menjadi tugas saya,mbak," kata Ramlah. Namun Melinda dapat melihat raut wajah bik Ramlah yang berbeda kali ini. Pembantunya itu seperti ketakutan saat bertatapan dengan Melinda."Nggak papa, bik. Biar ku bawa sendiri saja piring nya. Bibik silakan teruskan perkerjaan bibik saja," ucap Melinda langsung mengambil piring dari tangan Ramlah. Dia kemudian kembali ke meja makan. Meninggalkan Ramlah yang masih terlihat gugup."Ini piringnya, bu," kata Melinda menyerahkan satu buah piring untuk ibunya."Terimakasih, nak," sahut Marisha."Lagi ngapain bik Ramlah di dalam? Kenapa dia tidak mendengar panggilan ku?" tanya Santi."Masih sibuk membersihkan peralatan masak

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 34

    "Kalau itu sih ibu gak akan nolak, Mel. Mau kamu ajak keliling Jakarta ibu mau kok. Tapi ibu takut kamu kecapean," sahut Marisha."Nggak akan capek, bu. Aku juga udah bosan dirumah,""Yaudah kalau gitu. Ibu siap-siap dulu," kata Marisha bangkit dari duduknya. Kemudian mengeluarkan pakaian ganti dari koper kecilnya.Tok.. tokk... tokkk...Suara pintu kamar diketuk dari luar. Melinda langsung membukakan pintu. Terlihat Imel sudah rapi dengan baju bagus dan tas di tangannya berdiri diambang pintu."Ada apa, ma?" tanya Melinda bingung."Hari ini mama ada arisan dengan dengan teman-teman. Mama tinggal gak papa kan?" tanya Imel agak ragu."Ah iya gak papa kok. Lagian aku udah baikkan juga. Ini juga mau jalan-jalan bareng ibu,""Oh begitu. Apa benar udah baikkan, Mel?" tanya Imel memastikan."Sudah, ma. Nih mama lihat sendiri tangan dan kaki ku sudah baikan," sahut Melinda sambil menggerakkan kaki dan tangannya."Ya sudah jika kondisimu sudah membaik. Kalian hati-hati di jalan ya,""Iya ma,"

Latest chapter

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 102

    Keluarga Yusuf turun dari mobil. Mereka berdecak kagum saat melihat dekorasi pernikahan Melinda kali ini. Sangat berbeda saat pernikahannya dengan Yusuf.Hati Santi berdenyut nyeri kembali, ketika awal mula dia merendahkan Melinda. Hanya karna memakai daster dan menggelar pernikahan dengan sederhana. Dia lalu memperlakukan Melinda seperti Upik Abu yang ternyata adalah seorang Sultan.Mereka langsung mengisi buku tamu, bahkan terpampang banyak papan ucapan dan buket bunga membuat mereka semakin kagum.Saat melihat dekorasi yang begitu bagus, kepala Dina langsung travelling. Dia menduga-duga berapa biaya yang sudah dihabiskan oleh Rio dan Melinda untuk dekorasi ini. Sungguh dia merasa lucu karna sempat ingin bersaing kekayaan dengan Melinda dulu.Mata Yusuf melirik ke sebuah foto besar yang di sebut foto prewedding. Foto itu sepertinya diambil di sebuah pantai. Tiba-tiba Yusuf teringat saat dia menelantarkan mantan istrinya itu."Lihat itu!" bisik Dina pada Yuda. Yuda langsung melirik k

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 101

    Kolega dan rekan bisnis juga datang berganti, mereka tak sabar ingin mengucapkan selamat kepada Melinda dan Rio.Sakti juga menjadi tamu terhormat disana, sebab dia salah satu pengusaha muda yang sukses. Banyak kaum hawa yang ingin mendekatinya."Samperin! Lamar!" ucap Rio kepada Sakti, sedangkan Melinda sedang berganti pakaian untuk melanjutkan sesi resepsi."Kamu ngomong sama aku?" tanya Sakti seraya menunjuk ke arah hidungnya."Bukan! Sama bujang tua yang gak laku!" ketus Rio membuat Sakti semakin melotot."Mentang-mentang sudah laku. Hemm, ingat! Apa yang kamu dapat sekarang juga ikut andil diriku!" angkuh Sakti seraya menyilangkan kedua tangannya di dada."Haha, sumpah idemu gak guna, Bro! Yang ada, aku seperti ABG labil!" kekeh Rio membuat Sakti menyatukan kedua alisnya."Aku berhasil karna cara ku sendiri, Sakti. Perempuan itu susah di tebak maunya. Makanya ku paksa saja!" ucap Rio masih tertawa bangga."Dipaksa? Yang ada dia ilfeel!""Jangan banyak mikir, sana buruan samperin!

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 100

    Melinda sedang di rias oleh tim MUA, Marisha dan Maida pun begitu. Di bagian dapur juga hidangan sudah siap. Dan di depan meja sudah tertata rapi. Hampir sembilan puluh persen semuanya selesai, hanya menunggu kedatangan pengantin laki-lakinya saja lagi."Done!" ucap Sesea yang merias wajah Melinda."Cantik sekali kamu!" kata Sesea tersenyum bangga dengan hasil karyanya menyulap wajah Melinda menjadi makin cantik.Asistennya pun ikut tersenyum melihat bos nya sudah selesai berkarya.Maida juga tersenyum puas saat melihat Melinda yang memang benaran sangat cantik sekali. Riasan Melinda memang sangat berbeda dari biasanya. Dia terlihat sangat natural dan cantik. Maklum saja yang meriasnya adalah perias para kalangan artis. Tarif jasa untuk merekuitnya pun cukup mahal. Tapi tidak untuk Melinda dan Rio. Mereka hanya menggunakan uang saku sehari saja untuk meminta jasa Sesea.Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dan Melinda sudah siap dengan kebaya putih dengan dandanan adat Sunda. Ba

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 99

    Resa keluar kamarnya setelah selesai mandi, dia menuju kamar Rio. Perlahan tangan nya mengetuk pintu, namun hingga ketukan pintu yang kesekian kali tak ada jawaban juga.Resa meraih hendle pintu dan membuka pintu kamar. Nampak di dalam kamar masih gelap dan tidak ada aktivitas apapun. Itu menandakan sang penghuni kamar masih terlelap.Sebuah selimut tebal masih teronggok di atas kasur. Resa meraba selimut itu dan menyingkapnya sedikit.Sang cucu tercinta yang akan melaksanakan akad nikah hari ini, ternyata masih terbuai dalam alam mimpi. Resa tersenyum seraya menatap wajah tenang Rio yang masih menutup mata dengan sempurna."Hari ini kamu mau menikah, padahal baru kemarin rasanya Oma menggendongmu," ucapnya pelan seraya tangan Resa membelai wajah Rio.Rio tiba-tiba membuka mata dan terkejut saat mendapati neneknya sudah duduk di sampingnya."Oma?" ucap Rio seraya mengerjapkan mata, terlihat Resa tersenyum ke arahnya. Sejak dulu, Rio memang jarang menyusahkannya. Berbeda dengan Reza.

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 98

    Hari ini Rio dan Melinda melakukan foto prewedding di pantai. Mereka sudah menginap sejak semalam. Dan pagi ini sebelum matahari menampakkan sinarnya. Melinda sudah siap di dandani oleh tim MUA.Sesi foto pertama, Melinda mengenakan dress berwarna maron hingga menyentuh mata kakinya. Dengan meneteng topi e di tangannya. Sedangkan Rio mengenakan baju dan celena pendek yang senada dengan baju Melinda. Mereka menggunakan latar hamparan laut yang luas. Dan berpose menghadap ke arah matahari terbit.Kemudian di sesi berikutnya, Melinda mengenakan gaun pernikahan warna gold dan Rio mengenakan kemeja putih dibalut dengan toxido hitam. Kesan mewah dari baju mereka begitu terlihat.Fotografer yang mereka sewa juga berkerja keras dengan totalitas. Berbagai pose dilakukan, bahkan sang fotografer harus tiduran untuk mendapatkan foto terbaik.Pose terbaik adalah saat Melinda dan Rio berada di balik karang yang di hantam oleh ombak, dan airnya menyiprat seperti air terjun. Mereka berpose sangat bag

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 97

    Rio berjalan sembari berkari dari parkiran. Sebab sempat terkena macet tadi saat di jalan menuju rumah sakit. Kini dia terlembat sepuluh menit.Lobby rumah sakit yang ramai juga membuat moodnya berantakan. Karna menghalangi jalan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan, Rio menghembuskan nafas kasar. Karna sudah banyak pasien yang menunggu kedatangannya. Dia langsung mengerjakan tugasnya untuk menangani berbagai keluhan pasiennya. Hingga tiba waktu istirahat, dia melangkah ke kantin rumah sakit untuk mencari secangkir kopi. Dia butuh kafien untuk mengembalikan moodnya.Baru saja melangkah beberapa langkah, tangan nya di cekal oleh seseorang."Yo!""Jelita? Ngapain kamu kesini?" tanya Rio seraya melirik ke arah tangannya yang di cekal oleh Jelita. Perempuan yang menjadi sahabat Rio sejak SMA, dia pernah menyatakan perasaannya pada Rio. Namun Rio tak pernah membalas perasaan Jelita."Aku sengaja kesini!" kata Jelita seraya menatap lekat ke arah Rio."Ngapain? Aku mau ke kantin! Mau

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 96

    Argadana menemui Resa setelah Rio dan Melinda pulang."Bu!" panggil Argadana menghampiri Resa yang masih duduk di ranjang, sama saat Melinda menemuinya tadi."Mau minum jus?" tanya Argadana basa-basi."Nggak! Kamu kesini mau menawari jus atau ada maksud lain?" tanya Resa sudah tahu maksud kedatangan anaknya."Aku eh, au,.." ucap Argadana tergagap."Kamu kalah sama Rio dan Melinda, Arga! Keduanya tidak ada yang takutnya saat bicara dengan ku," ledek Resa."Jadi kapan Rio akan melamar perempuan itu?"Argadana langsung shock ketika mendengar pertanyaan Resa. Dia bahkan tak bisa berkata apa-apa lagi."Kamu kenapa?" tanya Resa menatap heran ke arah anaknya."Aku terkejut karna pertanyaan ibu tadi," jujur Argadana."Kok bisa?"Argadana menggeleng, "Ibu yakin mau menerima Melinda?""Bukankah sudah aku katakan barusan? Apakah harus aku tarik kembali kata-kataku?" sahut Resa kesal."Ti-tidak seperti itu, Bu! Ya, kalau sudah pas, biar Riana yang mengurus semuanya. Aku akan segera bilang padanya

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 95

    Semua orang memuji masakan Melinda. Mereka makan dengan lahap, termasuk Resa. Tapi dia tidak mencibir atau memuji masakan Melinda. Riana yang melihat itu, bersorak gembira sebab calon mantunya selangkah lebih maju. Biasanya Resa selalu mengkritik masakannya dan Gendis jika tidak enak, walaupun hanya kurang tingkat kematangannya sedikit. Namun sekarang, mertuanya itu makan dengan lahap tanpa protes sedikit pun.Setelah makan, semua anggota keluarga Argadana kembali berkumpul di ruang tamu, termasuk Resa. Dia ingin menunjukkan kepada Melinda siapa dirinya."Hmm, Ma, Pa, Oma, dan Tante. Sebenarnya kedatangan Rio membawa Melinda kesini, ingin meminta restu. Agar hubungan ini bukan hanya untuk jalan bersama. Rio minta izin untuk melamar Melinda secepatnya," ucap Rio tegas hanya dengan satu helaan nafas."Kamu itu! Baru aja kenal beberapa hari, sudah sok sokan mau lamaran. Mbok harus di kenali dulu bibit, bebet, dan bobotnya dulu. Kamu kan tahu kita ini siapa, Rio?" sela Resa, dia memotong

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 94

    "Wah ada yang dapat cincin nih! Coba ibu lihat!" celutuk Marisha sudah berdiri di ambang pintu kamar Melinda. Dia langsung masuk untuk memastikan.Melinda menutup wajah dengan sebelah tangan yang tersemat cincin pemberian Rio."Sebentar ibu foto ya!" ujar Marisha mengeluarkan ponsel dari saku dasternya. Dia langsung mengunggah di story Whatshapp nya dengan caption 'Semoga ini pertanda baik' tulisnya.Marisha mengulas pucuk kepala putrinya."Istirahat, Mel. Udah malam ini, jangan liatin cincin itu mulu. Nanti ibu beliin yang lebih banyak kalau mau!" goda Marisha membuat Melinda melongo. Marisha langsung keluar dan menutup pintu kamar anaknya. Melinda melanjutkan mengoles skincare malamnya.***Rio sudah berganti baju dan bersiap untuk tidur. Namun dia lupa menyalakan alrm untuk besok pagi, karna masuk jadwal pagi. Dia membuka whatshapp nya terlebih dahulu. Siapa tahu ada pesan dari Melinda. Rio mendesah pelan karna harapan tak sesuai keinginan.Tapi matanya terpaku pada unggahan story

DMCA.com Protection Status