Share

Sudut gelap di rumah tua
Sudut gelap di rumah tua
Penulis: Adiksiii

BAB 1 - Kembali ke desa

Matahari senja memancarkan sinarnya yang hangat saat mobil SUV hitam melaju perlahan di jalan berdebu menuju desa tempat David tumbuh besar. Desa ini, dengan pohon-pohon rindang yang melambai diterpa angin, menyambut mereka dengan suasana tenang yang hampir melupakan kesibukan kota besar yang mereka tinggalkan.

David mengemudi dengan hati-hati, sesekali melirik ke kursi penumpang di sebelahnya, di mana Lisa, istrinya, duduk sambil menatap pemandangan luar jendela dengan campuran rasa kagum dan cemas. Di kursi belakang, kedua anak mereka, Michael dan Lily, bercakap-cakap dengan riang, menikmati perjalanan yang jarang mereka alami.

“Ini dia, kita sudah hampir sampai,” kata David, suaranya penuh dengan nostalgia dan sedikit keraguan. Lisa menoleh dan tersenyum kecil, meskipun matanya menyiratkan pertanyaan yang belum terjawab.

Rumah tua itu akhirnya tampak di kejauhan, berdiri angkuh di tengah ladang yang luas. Dari luar, rumah tersebut tampak megah namun terkesan usang, dengan cat yang mulai mengelupas dan jendela-jendela besar yang memantulkan sinar matahari senja. David memperlambat laju mobil dan memarkirkannya di depan rumah. Mereka turun satu per satu, menatap bangunan itu dengan perasaan campur aduk.

“Ini rumah kita sekarang?” tanya Michael, dengan nada suara penuh ketidakpastian.

“Ya, ini rumah kita,” jawab David dengan mantap, meskipun dalam hatinya ia juga merasakan kekhawatiran yang sama.

Lisa menggenggam tangan Lily yang terlihat sedikit ketakutan. “Ayo masuk,” katanya, mencoba memberikan semangat pada anak-anaknya dan dirinya sendiri.

Saat mereka melangkah ke beranda depan, lantai kayu yang tua berderit di bawah kaki mereka, seolah-olah mengeluh karena diganggu setelah bertahun-tahun sunyi. David merogoh kantongnya dan mengeluarkan kunci kuno yang diwariskan oleh almarhum neneknya.

Dengan hati-hati, dia memasukkan kunci ke lubang kunci besar dan memutarnya. Pintu berderit terbuka, memperlihatkan interior yang gelap dan berdebu.

Mereka melangkah masuk ke dalam rumah, disambut oleh aroma khas kayu tua dan debu yang sudah lama tak terganggu. Cahaya matahari yang memudar memancar melalui jendela-jendela besar, menciptakan bayangan panjang di lantai kayu yang retak-retak.

“Wow, ini besar sekali,” seru Lily dengan nada kagum, tetapi juga sedikit takut.

“Ya, memang besar,” jawab David sambil mengelus rambut putrinya. “Tapi kita akan membuatnya menjadi rumah yang hangat dan nyaman lagi.”

Lisa berjalan pelan ke ruang tamu, matanya menyapu setiap sudut ruangan. Dia bisa merasakan beban sejarah yang menempel di dinding dan lantai rumah ini. Ada sesuatu yang terasa aneh, seolah-olah rumah ini menyimpan rahasia yang belum terungkap. Namun, dia mengabaikan perasaan itu dan memutuskan untuk fokus pada penataan rumah mereka yang baru.

“Besok kita mulai membersihkan dan mendekorasi ulang,” kata Lisa dengan penuh semangat. “Kita akan membuat tempat ini menjadi indah lagi.”

Malam itu, setelah makan malam sederhana yang mereka persiapkan dengan bahan-bahan yang dibawa dari kota, keluarga itu berkumpul di ruang tamu yang masih berantakan.

David menyalakan perapian tua yang sudah lama tak digunakan. Nyala api memberikan kehangatan dan sedikit cahaya yang menenangkan.

“Kenapa kita pindah ke sini, Ayah?” tanya Michael sambil memeluk bantal di pangkuannya. “Bukankah di kota lebih baik?”

David menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. “Ini adalah tempat di mana ayah dibesarkan. Setelah nenek meninggal, rumah ini diwariskan kepada kita. Ayah pikir ini adalah kesempatan yang baik untuk memulai sesuatu yang baru, jauh dari hiruk-pikuk kota.”

Lily yang duduk di pangkuan Lisa, menatap api dengan tatapan kosong. “Apakah nenek pernah bercerita tentang rumah ini?” tanyanya lirih.

David terdiam sejenak. “Nenek pernah bercerita bahwa rumah ini menyimpan banyak kenangan. Beberapa di antaranya mungkin tidak menyenangkan. Tapi sekarang, rumah ini adalah milik kita dan kita bisa menciptakan kenangan baru di sini.”

Setelah percakapan itu, mereka memutuskan untuk tidur lebih awal. David dan Lisa mengantar anak-anak mereka ke kamar masing-masing, memastikan mereka merasa nyaman di tempat yang masih asing bagi mereka. David dan Lisa kemudian menuju kamar mereka sendiri, yang terletak di lantai atas. Setelah beberapa saat berbicara tentang rencana mereka untuk keesokan harinya, mereka pun terlelap.

Di tengah malam, suara langkah kaki yang samar terdengar di lorong, diikuti oleh suara pintu yang berderit perlahan. Lisa terbangun dari tidurnya, merasakan sesuatu yang tidak beres. Dia menoleh ke arah David yang masih tertidur lelap di sampingnya.

Dengan hati-hati, dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu kamar mereka. Saat dia membuka pintu, rasa dingin menyergapnya, membuat bulu kuduknya berdiri. Dia melihat bayangan samar di ujung lorong, namun saat dia mencoba memfokuskan pandangannya, bayangan itu menghilang.

Lisa berdiri terpaku di sana untuk beberapa saat, mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanya imajinasinya. Namun, perasaan tidak nyaman itu tetap tinggal. Dia menutup pintu perlahan dan kembali ke tempat tidur, berharap bahwa semua ini hanyalah bagian dari adaptasi mereka di rumah baru yang penuh sejarah ini.

Keesokan paginya, cahaya matahari pagi masuk melalui jendela besar di kamar mereka, mengusir sisa-sisa kegelapan malam. David terbangun lebih dulu, merasakan semangat baru untuk hari itu. Setelah mandi dan berpakaian, dia turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Lisa menyusul beberapa menit kemudian, tampak segar meskipun masih sedikit terganggu oleh kejadian malam sebelumnya.

“Tidurmu nyenyak?” tanya David sambil menuangkan kopi ke cangkirnya.

“Cukup baik,” jawab Lisa, berusaha terdengar ceria. “Meskipun aku merasa seperti mendengar sesuatu tadi malam.”

“Apa maksudmu?” tanya David dengan alis terangkat.

“Aku mendengar suara langkah kaki di lorong dan pintu berderit,” jelas Lisa, mengingat kembali kejadian itu. “Mungkin hanya imajinasiku saja.”

David tertawa kecil. “Mungkin hanya rumah tua ini yang beradaptasi dengan kehadiran kita. Lagipula, rumah ini sudah lama kosong.”

Michael dan Lily kemudian bergabung dengan mereka di meja makan, dan suasana pagi itu segera dipenuhi dengan tawa dan percakapan riang. Setelah sarapan, mereka semua mulai bekerja bersama untuk membersihkan rumah dan mendekorasi ulang.

Mereka menghabiskan sebagian besar hari dengan membersihkan debu, menyapu lantai, dan menggantung tirai baru. Michael dan Lily bahkan membantu dengan mengecat beberapa dinding yang mulai pudar. Suasana rumah mulai berubah, menjadi lebih hangat dan ramah seiring berjalannya waktu.

Namun, seiring dengan berlalunya hari, perasaan aneh yang dirasakan Lisa tidak sepenuhnya hilang. Dia terus merasa seolah-olah ada sesuatu yang mengawasi mereka dari bayangan, terutama saat dia berada sendirian di salah satu ruangan.

Malam harinya, setelah semua pekerjaan selesai, keluarga itu kembali berkumpul di ruang tamu. Kali ini, mereka merasa lebih nyaman dan aman di rumah baru mereka. David menyalakan perapian lagi, dan mereka duduk bersama, menikmati kehangatan api dan berbicara tentang rencana mereka untuk hari-hari berikutnya.

Lisa duduk dengan tenang, memperhatikan anak-anak mereka yang tampak bahagia dan nyaman. Dia menyadari bahwa meskipun ada perasaan aneh yang menyelimutinya, rumah ini bisa menjadi tempat yang baik bagi mereka. Dengan David di sisinya, dia merasa yakin bahwa mereka bisa menghadapi apa pun yang mungkin datang.

Namun, dalam hatinya, Lisa tahu bahwa ini baru permulaan. Masih banyak rahasia yang belum terungkap di rumah tua ini, dan dia harus siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin terjadi. Dengan pikiran itu, dia memutuskan untuk lebih waspada dan menjaga keluarganya dengan sebaik-baiknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status