Selesai mandi perasaan Aruna jauh dari kata ringan. Padahal berendam air hangat dengan campuran garam mandi dan bubble bath favoritnya tidak pernah gagal mengembalikan suasana hatinya. Tetapi dia tahu alasan lain yang menyebabkan suasana hatinya masih seburuk tadi. Kenanngan kebersamaan dengan Baskara. Mengapa pula dia harus mengingat kenangan pertemuan pertamanya dengan pria itu? Tidak. Mengapa pula kenangan itu masih memberikan efek sebesar ini setelah lebih dari sepuluh tahun. Mengapa, Aruna?Aruna mengikat bathrobe kemudian menggelung rambutnya dalam handuk sebelum memulai ritual membersihkan dan merawat wajahnya. Calya suka menertawai karena begitu banyak skincare yang digunakan olehnya. Sepupunya itu tidak pernah mengerti kenapa Aruna harus mengunakan sekian banyak produk padahal kulitnya sudah sangat sehat dan glowing. Dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan kalau ini serupa dengan kebiasaan anak kecil yang melakukan sesuatu berulang-ulang. Kegiataan sederhana yang mengha
"Kak, mau ke mana?" Aruna menatap bingung ketika menemukan Baskara sudah merapikan barang-arnagnya. Biasanya pria itu baru beranjak dari halaman belakang menjelang malam. Katanya halaman belakang jauh lebih tenang dari rumah sehingga dia bisa lebih fokus mengerjakan tugas sekolah. "Beli buku," Baskara menjawab singkat sambil mengenakan ransel tuanya. "Aku boleh ikut?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja, "Aku suka lihat-lihat toko buku.""Boleh aja. Tapi aku nggak ke toko buku," Baskara menggaruk rambutnya yang tidak gatal, "Aku nggak yakin kamu bakalan nyaman juga di sana. Panas terus...""Sebenarnya aku dibolehin ikut atau nggak, sih?" Da mulai terdengar kesal. Tidak memiliki pilihan lain, Baskara akhirnya menganggukkan kepala sambil menghitung sisa uang yang ada di kantungnya. Dia tidak mungkin mengajak gadis itu untuk menaiki angkutan umum. Seumur hidup Aruna kemungkinan besar gadis itu belum pernah bersentuhan dengan angkutan umum. Tidak mungkin dia setega itu. "Asyik!" Samb
Sejak kuliah Baskara terbiasa untuk mandi sebelum tidur. Dia terpengaruh oleh teman-teman yang berasal dari Korea Selatan dan Jepang. Awalnya dia terbengong kenapa mereka selalu menyempatkan diri untuk mandi atau setidaknya membilas badan sebelum tidur. Atas desakan teman-temannya, Baskara mencoba melakukan kebiasaan merekan. Berawal dari penasaran perlahan menjadi kebiasaan karena dia merasakan efeknya. Tidurnya menjadil lebih nyenyak. Lelah menunggu balasan dari Aruna, berharap gadis itu tidak hanya sekedar menyukai pesan yang dikirimkannya, Baskara memutuskan untuk mandi. Tidak lama, pria itu tidak pernah lama ketika mandi. Dia membiarkan air yang keluar dari pancuran membilas setiap senti kulitnya. Sengaja dia menggunakan air dingin walau ada pemanas di apartemennya. Baskara ingin menenangkan diri dan biasanya air dingin mampu meredam segala emosi yang dirasakannya. Di sela siraman air pria itu menarik napas dalam-dalam. Ada yang mengganjal dalam dirinya. Sesuatu yang tidak
Matanya mengerjap beberapa kali karena merasa silau. Setelah terbiasa, dia langsung membuka mata dan menatap bingung ke arah gorden jendela yang tidak tertutup rapat. Sambil menguap lebar tangannya meraba mencari ponsel. Begitu menemukan, pria itu langsung menyalakan. "GILA!" Baskara langsung melompat dari tempat tidur ketika melihat layar ponselnya. Pukul tujuh pagi. Biasanya dia sudah di kantor dan menikmati secangkir kopi di ruangannya sambil memeriksa jadwal yang dikirim oleh asisten pribadinya. Dengan masih tidak percaya kalau dia bisa kesiangan, Baskara setengah berlalu menuju kamar mandi untuk mandi dan bersiap. Lima menit kemudian dia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kaos dalam celana pendek. Celana pendek segera berganti dengan chino berwarna cokelat tua. Dia membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk memutuskan kemeja apa yang akan dikenakannya. Pilihannya jatuh pada kemeja tartan berwarna biru dongker. Dengan cepat dia mengancing kemeja kemudian memasukkan ke da
Anya sedang sibuk dengan setumpuk pekerjaan yang harus segera diselesaikannya. Siapa bilang menjadi asisten pribadi itu pekerjaan yang gampang? Setiap kali ada yang meremehkan dirinya ketika mengetahui profesinya Anya selalu berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri dari keinginan mencabik-cabik orang tersebut. Dia tidak terlahir dengan wajah cantik. Tidak juga dengan otak encer. Kelebihannya hanya satu, kegigihan. Sejak kecil dia sudah gigih untuk mencapai tujuannya. Salah satu bukti keberhasilannya adalah Anya berhasil menyelesaikan pendidikan SMAnya tanpa dukungan biaya dari orang tuanya. Kegigihannya juga yang membuatnya berhasil menjadi asisten pribadi seorang Baskara Ishan Prajana yang masuk dalam daftar Forbes 30 under 30. Mengetahui dirinya tidak terlahir rupawan, Anya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk belajar bagaimana membuat dirinya menarik. Dia mencoba berbagai gaya pakaian, riasan dan mengatur jumlah kalori yang masuk ke tubuhnya. Setelah dia berhasil menyulap diri
Baskara kembali ke ruang kerja setelah menyelesaikan makan siang. Terlalu bingung ingin memesan apa di ojek daring membuat pria itu memutuskan untuk berjalan ke belakang gedung Steam Perfection. Ada banyak warung dan pejual kaki lima yang menyesaki lorong-lorong kecil di balik gedung perkantoran mewah ibukota. Walau founder perusahaan rintisan yang sudah berkembang pesat, Baskara tidak merasa malu jika harus makan di sana. Seperti biasa, dia langsung menyalakan iMac dan memeriksa daftar pekerjaannya untuk hari ini. Baskara sudah menyelesaikan hampir seluruh pekerjaan yang mendesak. Sebelum ini dia tidak pernah menyadari kekuatan sebuah pesan. Sepotong pesan dari Aruna berhasil membuat suasana hatinya baik sepanjang hari. Tidak hanya itu, dia juga merasa kalau pikirannya jauh lebih jernih. Pekerjaan yang biasa menghabiskan waktu berjam-jam berhasil diselesaikannya dalam dua jam saja. Ketika memeriksa email dan masih belum menemukan email dari Aruna, pria itu segera mengambil ponsel d
"Lagi ngapain lo?" Gala semringah masuk ke ruang kerja sahabatnya. Seperti biasa dia tidak memrasa harus mengetuk atau menunggu Anya untuk mempersilakannya masuk. Dia bebas keluar masuk kantor Baskara. Hanya jika Baskara sedang meeting atau bertemu klien Anya akan menahan atau memberikan kode."Tumben banget kamu main HP," pria itu meletakkan paperbag di meja kerja Baskara, "Biasa fokus kerja. Kehabisan kerjaan lo?" Baskara terkekeh, "Ini juga lagi kerja.""Chatting-an gitu kerja?" Dari tempatnya berdiri Gala dapat sekilas melihat layar ponsel pria itu sebelum dia mematikan layar ponsel dan menyimpannya di meja kerja. "Iya. Lagi bahas detail kontrak," Baskara menunjuk paperbag, "Ini apa?" "Biasa lo bahas kayak gituan via email," Gala duduk di salah satu sofa yang tersedia di ruang kerja sahabatnya, "Ayam goreng kesukaan lo.""Becanda!" Senyum lebar bercampur tatapan tidak percaya segera muncul di wajah Baskara, "Kapan lo terbang ke Singapura?" "Tadi pagi. Ada meeting," Gala tergel
Aruna Dayana Widjaja: Kak, udah sampai? Sambil melangkah masuk ke lift apartemen yang terhubung langsung dengan unitnya, Baskara memeriksa ponsel. Lagi, senyumnya langsung terulas ketika menemukan pesan yang dikirimkan oleh mantan pacarnya saat SMA itu. Sebelum bersepeda pulang pria itu memang membalas pesan gadis itu dengan mengatakan kalau dia sedang dalam perjalanan pulang. Baskara Ishan Prajana: Lagi di liftBaskara Ishan Prajana: Kamu? Tidak perlu menunggu lama Baskara sudah menemukan pesan balasan dari gadis itu masuk ke ponselnya. Aruna Dayana Widjaja: Masih di kantorAruna Dayana Widjaja: Kak Askara ngasih revisi last minute bangetAda rasa bersalah yang muncul begitu membaca pesan tersebut. Baskara memang mengirimkan revisi terakhir terkait kerja sama mereka di akhir jam kerja. Ini semua karena Gala datang dengan seporsi besar Yardbird kesukaannya. Membuat dia tidak mungkin menolak paksaan sahabatnya untuk bercerita. Baskara Ishan Prajana: Sorry. Seharusnya kamu lanjut b