Apel yang lima menit lalu diambil Baskara dari kulkas sudah habis hanya menyisakan tangkai dan bagian tengah tempat biji bersemayam. Pria itu sudah berpuluh kali memeriksa ponselnya. Nihil. Masih belum ada balasan dari Aruna. Bahkan terakhir kali dia mengecek, pesan yang dikirimkannya masih belum dibalas. Kaki Baskara bergerak berulang tanpa disadarinya. Kebiasaan yang selalu muncul setiap kali dia gelisah. Aruna juga yang pertama kali menyadari kebiasaannya itu. Dia masih ingat kenangan itu dengan jelas. Saat Baskara akan mengikuti seleksi untuk perlombaan yang sekarang tidak diingatnya tetapi dulu terasa sangat penting. Aruna menemaninya di ruang tunggu. Hanya membutuhkan waktu satu menit untuk gadis itu menyadari kebiasaan yang bahkan tidak pernah disadari oleh sayang empunya tubuh.Baskara membuang sisa apel ke tempat sampah, kembali ke ruang duduk dengan membawa sebotol air dingin. Segera setelah duduk, dia kembali memeriksa ponselnya. Masih tidak ada notifikasi yang diharapkann
Aruna bergegas mematikan membersihkan sisa cleansing balm dengan washlap ketika menyadari air sudah memenuhi bathtub. Gadis itu menambahkan garam mandi dan bubble bath beraroma verbena kesukaannya setelah memastikan kalau suhu air sesuai dengan keinginannya. Setelah hari yang panjang satu-satunya hal yang diinginkan oleh gadis itu adalah berendam selama satu jam kemudian tidur dengan essential oil terulas di balik cuping telinga. Malam ini alasannya untuk berendam juga bertambah. Aruna ingin melupakan pesan yang dikirim oleh cinta pertamanya. Pesan yang sangat tidak jelas. Bahkan setelah berpikir selama beberapa saat dia masih tidak dapat paham dengan apa yang dimaksud tidak sengaja oleh pria itu, Aruna memutuskan untuk membalas dengan mengetuk pesan itu dua kali. Setidaknya dia membalasnya walau bukan dengan kata-kata. "Baskara Ishan Prajana," gadis itu menyebut nama mantan pacarnya sambil mendesah panjang menikmati sensasi yang diberikan oleh air hangat bercampur garam mandi. Sel
Selesai mandi perasaan Aruna jauh dari kata ringan. Padahal berendam air hangat dengan campuran garam mandi dan bubble bath favoritnya tidak pernah gagal mengembalikan suasana hatinya. Tetapi dia tahu alasan lain yang menyebabkan suasana hatinya masih seburuk tadi. Kenanngan kebersamaan dengan Baskara. Mengapa pula dia harus mengingat kenangan pertemuan pertamanya dengan pria itu? Tidak. Mengapa pula kenangan itu masih memberikan efek sebesar ini setelah lebih dari sepuluh tahun. Mengapa, Aruna?Aruna mengikat bathrobe kemudian menggelung rambutnya dalam handuk sebelum memulai ritual membersihkan dan merawat wajahnya. Calya suka menertawai karena begitu banyak skincare yang digunakan olehnya. Sepupunya itu tidak pernah mengerti kenapa Aruna harus mengunakan sekian banyak produk padahal kulitnya sudah sangat sehat dan glowing. Dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan kalau ini serupa dengan kebiasaan anak kecil yang melakukan sesuatu berulang-ulang. Kegiataan sederhana yang mengha
"Kak, mau ke mana?" Aruna menatap bingung ketika menemukan Baskara sudah merapikan barang-arnagnya. Biasanya pria itu baru beranjak dari halaman belakang menjelang malam. Katanya halaman belakang jauh lebih tenang dari rumah sehingga dia bisa lebih fokus mengerjakan tugas sekolah. "Beli buku," Baskara menjawab singkat sambil mengenakan ransel tuanya. "Aku boleh ikut?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja, "Aku suka lihat-lihat toko buku.""Boleh aja. Tapi aku nggak ke toko buku," Baskara menggaruk rambutnya yang tidak gatal, "Aku nggak yakin kamu bakalan nyaman juga di sana. Panas terus...""Sebenarnya aku dibolehin ikut atau nggak, sih?" Da mulai terdengar kesal. Tidak memiliki pilihan lain, Baskara akhirnya menganggukkan kepala sambil menghitung sisa uang yang ada di kantungnya. Dia tidak mungkin mengajak gadis itu untuk menaiki angkutan umum. Seumur hidup Aruna kemungkinan besar gadis itu belum pernah bersentuhan dengan angkutan umum. Tidak mungkin dia setega itu. "Asyik!" Samb
Sejak kuliah Baskara terbiasa untuk mandi sebelum tidur. Dia terpengaruh oleh teman-teman yang berasal dari Korea Selatan dan Jepang. Awalnya dia terbengong kenapa mereka selalu menyempatkan diri untuk mandi atau setidaknya membilas badan sebelum tidur. Atas desakan teman-temannya, Baskara mencoba melakukan kebiasaan merekan. Berawal dari penasaran perlahan menjadi kebiasaan karena dia merasakan efeknya. Tidurnya menjadil lebih nyenyak. Lelah menunggu balasan dari Aruna, berharap gadis itu tidak hanya sekedar menyukai pesan yang dikirimkannya, Baskara memutuskan untuk mandi. Tidak lama, pria itu tidak pernah lama ketika mandi. Dia membiarkan air yang keluar dari pancuran membilas setiap senti kulitnya. Sengaja dia menggunakan air dingin walau ada pemanas di apartemennya. Baskara ingin menenangkan diri dan biasanya air dingin mampu meredam segala emosi yang dirasakannya. Di sela siraman air pria itu menarik napas dalam-dalam. Ada yang mengganjal dalam dirinya. Sesuatu yang tidak
Matanya mengerjap beberapa kali karena merasa silau. Setelah terbiasa, dia langsung membuka mata dan menatap bingung ke arah gorden jendela yang tidak tertutup rapat. Sambil menguap lebar tangannya meraba mencari ponsel. Begitu menemukan, pria itu langsung menyalakan. "GILA!" Baskara langsung melompat dari tempat tidur ketika melihat layar ponselnya. Pukul tujuh pagi. Biasanya dia sudah di kantor dan menikmati secangkir kopi di ruangannya sambil memeriksa jadwal yang dikirim oleh asisten pribadinya. Dengan masih tidak percaya kalau dia bisa kesiangan, Baskara setengah berlalu menuju kamar mandi untuk mandi dan bersiap. Lima menit kemudian dia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kaos dalam celana pendek. Celana pendek segera berganti dengan chino berwarna cokelat tua. Dia membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk memutuskan kemeja apa yang akan dikenakannya. Pilihannya jatuh pada kemeja tartan berwarna biru dongker. Dengan cepat dia mengancing kemeja kemudian memasukkan ke da
Anya sedang sibuk dengan setumpuk pekerjaan yang harus segera diselesaikannya. Siapa bilang menjadi asisten pribadi itu pekerjaan yang gampang? Setiap kali ada yang meremehkan dirinya ketika mengetahui profesinya Anya selalu berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri dari keinginan mencabik-cabik orang tersebut. Dia tidak terlahir dengan wajah cantik. Tidak juga dengan otak encer. Kelebihannya hanya satu, kegigihan. Sejak kecil dia sudah gigih untuk mencapai tujuannya. Salah satu bukti keberhasilannya adalah Anya berhasil menyelesaikan pendidikan SMAnya tanpa dukungan biaya dari orang tuanya. Kegigihannya juga yang membuatnya berhasil menjadi asisten pribadi seorang Baskara Ishan Prajana yang masuk dalam daftar Forbes 30 under 30. Mengetahui dirinya tidak terlahir rupawan, Anya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk belajar bagaimana membuat dirinya menarik. Dia mencoba berbagai gaya pakaian, riasan dan mengatur jumlah kalori yang masuk ke tubuhnya. Setelah dia berhasil menyulap diri
Baskara kembali ke ruang kerja setelah menyelesaikan makan siang. Terlalu bingung ingin memesan apa di ojek daring membuat pria itu memutuskan untuk berjalan ke belakang gedung Steam Perfection. Ada banyak warung dan pejual kaki lima yang menyesaki lorong-lorong kecil di balik gedung perkantoran mewah ibukota. Walau founder perusahaan rintisan yang sudah berkembang pesat, Baskara tidak merasa malu jika harus makan di sana. Seperti biasa, dia langsung menyalakan iMac dan memeriksa daftar pekerjaannya untuk hari ini. Baskara sudah menyelesaikan hampir seluruh pekerjaan yang mendesak. Sebelum ini dia tidak pernah menyadari kekuatan sebuah pesan. Sepotong pesan dari Aruna berhasil membuat suasana hatinya baik sepanjang hari. Tidak hanya itu, dia juga merasa kalau pikirannya jauh lebih jernih. Pekerjaan yang biasa menghabiskan waktu berjam-jam berhasil diselesaikannya dalam dua jam saja. Ketika memeriksa email dan masih belum menemukan email dari Aruna, pria itu segera mengambil ponsel d