"Oke baiklah kalau begitu. Saya akan kirim video ini ke nomor whatsup kamu. Kebetulan saya sudah memiliki nomor kamu. Kamu bisa cek ke ahli telematika atau ahli-ahli apa pun dibidangnya. Kamu buktikan sendiri kalau video rekaman cctv itu murni dan tidak ada edit-editan." Jenifer langsung memainkan kedua ibu jarinya pada layar ponsel. Dia mengirimkan video itu ke nomor Mia. Setelah rencananya berhasil, Jenifer kemudian pergi sambil melebarkan senyuman mengejek.Mia mengerutkan bibirnya menahan amarah. Ia tak sudi lagi melihat video yang menjijikan itu. Lenguhan panjang yang keluar dari mulut pria yang mirip suaminya terngiang-ngiang ditelinganya."Tidak, tidak mungkin! Suamiku tak mungkin mengkhianati kepercayaanku," keluh Mia berbicara sendiri setelah berlalunya Jenifer dari ruang tamu.Sepertinya ada yang harus Mia selidiki demi meyakinkan perasaannya. Demi meyakinkan kepercayaannya. Dia beranjak dari tempat duduk melangkah menuju kamar mengambil tas selempang yang ada di sana."Ibu,
Mia menghapus air mata yang terus saja menganak sungai di pipinya. Hatinya hancur bak pecahan kaca yang jatuh dari atas langit. Ia mengusap dada yang isinya remuk bagai tanpa tulang.Mia beranjak dari tempat duduknya namun seketika Yusuf menahannya. "Kamu mau kemana? Kita belum selesai bicara," tahan Yusuf segera."Saya butuh sendiri, Mas. Saya butuh menenangkan diri. Kenyataan ini terlalu pahit untuk ditelan," lirih Mia menjawab pertanyaan Yusuf. Air matanya tetap saja tak bisa dihentikan.Yusuf langsung berdiri memeluk tubuh istrinya yang hampir rapuh."Sayang, maafkan kekhilafan saya. Sungguh semua itu terjadi di luar kesadaran saya. Seandainya waktu bisa diulang, maka saya tak akan pernah melakukannya. Saya telah terbius oleh jebakan wanita licik itu." Yusuf masih nemeluk erat istrinya. Ia berusaha meyakinkan Mia tentang kesalahannya.Namun, wanita itu perlahan melepaskan pelukan Yusuf. Mia mengembalikan kedua tangan suaminya."Izinkan saya sendiri, Mas. Saya hanya butuh waktu un
Wajah mantan mertua Yusuf benar-bebar terlihat murka. Sebagai wanita yang usainya tudak muda lagi dia terlihat mati-matian membela putrinya."Urusan saya juga tak kalah pentingnya, Tante! Jenifer telah lancang membuat kegaduhan di rumah saya. Saya yakin, dia telah mengirimkan video tidak baik itu pada istri saya. Saya tidak terima dan saya bisa menuntut Jenifer!" Yusuf segera melancarkan ancamannya."Cukup, Yusuf! Tutup mulut kamu!" Mamanya Jenifer kembali meradang. Sementara Jenifer hanya diam saja tak mengeluarkan sepatah kata pun. Wajahnya nampak lemas seperti belum makan dalam satu minggu."Asal kamu tahu ya! Saat ini Jenifer tengah hamil!" Dengan yakinnya Mama Jenifer berkata.Yusuf menggelengkan kepala. Dia tersenyum getir. Tak menyangka kalau Jenifer akan kembali berdusta."Kedatangan saya sepertinya tak akan merubah apa pun tentang kebusukan, Jenifer. Sekali berdusta selamanya Jenifer tak akan pernah berubah. Dan sekarang, kalian akan kembali membohongi saya? Sayangnya saya ti
Pukul dua belas malam, Yusuf telah sampai di penginapan yang ada di Bogor. Suasana di penginapan memang sedikit sepi karena malam yang sudah larut. Yusuf keluar dari mobilnya. Ia disambut oleh pelayan hotel dengan ramah. Tak mau menunggu lama, ia segera menanyakan kamar atas nama Mia Lestari.Awalnya petugas penginapan menolak untuk memberitahukan karena itu merupakan privacy, namun Yusuf segera mengeluarkan bukti pernikahannya dengan Mia termasuk kartu identitas dan poto surat nikah kepada resepsionis.Setelah berunding dalam beberapa menit, akhirnya Yusuf diperbolehkan menemui Mia di kamarnya atas alasan beberapa hal.Yusuf diantar petugas hotel masuk ke dalam lift menuju kamar atas nama Mia Lestari. Dia sudah tidak sabar ingin menjelaskan semua kesalah paham itu pada istrinya.Kamar dengan nomor 13 sudah di depan mata, tapi sepertinya Yusuf urung untuk mengetuk pintunya. Ia sadar kalau ini sudah malam dan tak mau mengganggu Mia yang dipastikan sedang beristirahat.Yusuf memutuskan
Dalam perjalanan menuju klinik Dokter langganan, Yusuf terus saja mengeluh kesakitan pada bagian ulu hati. Mobilnya ditinggalakan di parkiran hotel dan akan dijemput oleh asistennya nanti. Sementara Yusuf dibawa oleh Mia di mobil berwarna putih yang dibawa Mia."Mas, apa kamu telat makan?" Mia bertanya cemas. Kedua tangannya tetap fokus pada setir mobil."Saya tak bisa makan sebelum masalah dengan kamu selesai," jawab Yusuf sambil meringgis kesakitan. Raut wajahnya layu tak bercahaya."Ya ampun, Mas. Mengapa harus menyiksa diri seperti itu." Mia merasa bersalah. Ia merutuki dirinya sendiri.'Harusnya aku sadar dari awal, kalau Mas Yusuf memiliki asam lambung akut,' batin Mia yang merasa menyesal."Tidak apa-apa, Sayang. Yang paling penting adalah, kini kamu telah kembali. Kamu telah memaafkan saya. Saya tidak perduli dengan diri saya," balas Yusuf padahal suaranya sudah lemah tapi dia tetap berusaha bicara. Itu semakin membuat Mia kian merasa bersalah.Setelah mengemudikan kendaraan r
Semua berlalu begitu saja. Mia berusaha melupakan video panas itu walau sulit. Akan selalu ada saatnya masalah itu datang pada manusia yang masih bernapas di dunia termasuk, Mia. Dia sudah mengalami dua kali kegagalan dalam rumah tangganya dan keduanya berakhir karena perselingkuhan. Mia telah kehilangan kebahagiaannya termasuk anak yang terlahir dari kandungannya. Dia tak punya siapa-siapa lagi, ayah ibunya bahkan telah tiada beberapa tahun silam. Termasuk orang-orang yang menyakitinya pun telah menghadap sang illahi."Sayang, kenapa melamun?" Yusuf mengusap punggung tangan istrinya.Mia masih duduk di dekat Yusuf, menemaninya yang terbaring lemas di tempat tidur. Ia menggelengkan kepala. Menatap suaminya sendu. Ia sangat sadar perasaanya pada Yusuf bukan lagi sekedar cinta, melainnya rasa sayang dan takut kehilangan.Bukan tentang raut wajah Yusuf yang tampan serta kehidupannya yang mapan, tapi saat Mia menatap wajah suaminya, rasa takut kehilangan terus menyadari dirinya."Mas, say
"Jenifer, tengah hamil," ungkap mamanya Jenifer. Sementara mantan istri Yusuf itu hanya diam saja dengan wajahnya yang datar."Hamil atau pun tidak, apa hubungannya dengan saya?" Mia tak terkejut. Ia meyakini kalau dua orang yang ada di depannya tengah berdusta karena sudah biasa melakukan itu."Memang tidak ada hubungannya dengan kamu, Mia. Tapi ada hubungannya dengan suami kamu!" Jenifer angkat bicara setelah sekian detik membungkam.Mia berusaha tetap tenang. 'Tenang, Mia,' gumamnya dalam hati."Oke. Lantas kalian mau apa?" Mia menantang."Saya hamil anak, Mas Yusuf. Saya minta rujuk dengan, Mas Yusuf. Saya tidak mungkin melahirkan anak sendirian tanpa seorang suami," tekan Jenifer. Ia tampak berusaha meyakinkan Mia."Kalian pikir saya akan percaya? Saya dan Mas Yusuf tak akan percaya lagi sama kamu. Kebohongan kamu terlalu sering dilakukan. Jangan harap saya atau pun Mas Yusuf akan percaya lagi." Mia menolak keterangan Jenifer."Saya tidak berbohong, Mia. Saya benar-benar hamil. K
"Masa kita akan bermain sepagi ini, Mas," protes Mia lagi, tapi dia juga tak bisa menolak. Ada getaran di setiap sentuhan suaminya.Bersamaan dengan itu pintu kamar kembali diketuk. Selalu saja begitu. Setiap mereka tengah berduaan, gangguan itu selalu saja datang."Siapa?" Mia bertanya pada seseorang di balik pintu. Sementara Yusuf masih saja mengecup leher istrinya tampak sulit mengakhiri."Bu, mau lapor. Di luar gerbang ada keributan," lapor Ijah sedikit mengeraskan nada suaranya.Mendengar itu, Yusuf segera melepaskan kecupannyan."Saya akan segera keluar," sahut Mia dari dalam kamar. Ijah pun berlalu dari depan pintu."Siapa ya, Mas?" Mia dan Yusuf saling melempar tatapan penasaran. Sebelumnya tak pernah terjadi keributan di depan rumahnya."Kita lihat," ajak Yusuf. Mereka mengakhiri candaan pagi ini segera melangkah keluar kamar menghampiri keributan yang dilaporkan Ijah tadi. Suara teriakan, bentakan di depan gerbang terdengar jelas begitu langkah kaki keduanya telah sampai di