Mia mengukir senyuman paling manis hari ini. Ia meluruskan kembali tatapannya. Harapnya semoga kebahagiaan yang tengah dirasakan saat ini tak akan pernah hilang dan tak pernah diganggu siapa pun lagi. Apalagi Yusuf akan segera menceraikan Jenifer. Yusuf dan Jenifer hanyalah menikah siri. Suami Mia akan segera mengakiri semuanya. Perceraiannya juga tak perlu ke persidangan.Sesampainya di depan rumah, Mia dan Yusuf disambut dengan wajah sinis oleh Jenifer. Saat keduanya keluar dari mobil, istri kedua Yusuf sudah berdiri memasang tatapan sinis di depan rumah sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Dari mana saja kalian?" Bak seorang Ibu yang siap memarahi anaknya. Sepertinya Jenifer tak pantas bersikap seperti itu."Bukan urusan kamu, Jenifer," jawab Yusuf ketus."Ya jelas urusanku dong. Kamu lupa ya aku ini siapa. Aku ini tengah hamil anak kamu. Kamu tega sekali telah mengesampingkan aku!" Jenifer berbicara dengan hardiknya sampai Yusuf menggelengkan kepala.Pria pemilik n
Semua mata tertuju pada selembar surat yang diletakan oleh Yusuf di atas meja."Surat apa ini, Mas?" Jenifer langsung bertanya mewakili semua orang yang ada di ruang tamu."Buka saja. Kamu bisa segera membacanya," titah Yusuf. Mia hanya diam tak bisa mencampuri ucapan Yusuf karena khawatir dikira ikut campur atau menghasut.Sesuai dengan perintah Yusuf, Jenifer segera mengambil selembar kertas yang masih terlipat rapat sehingga mereka belum tahu apa isinya.Perlahan Jenifer membuka lipatan surat itu kemudian membaca isinya. Bola matanya seketika membulat sempurna seperti hendak loncat dari sarangnya."Apa-apaan ini, Mas!" Jenifer melempar surat itu kembali ke atas meja.Diambilnya surat itu oleh orang tua Jenifer karena penasaran dengan wajah anaknya yang terkejut bak tersambar petir.Sama halnya dengan Jenifer, kedua orang tuanya tak kalah terkejut."Kamu berani menceraikan anak saya, Yusuf! Kamu lupa kalau Jenifer tengah hamil?!" bentak orang tua Jenifer menampilkan wajah murkanya.
Jenifer dipaksa orang tuanya segera keluar dari kediaman Yusuf Zubair. Sebenarnya Jenifer memberotak tak mau pergi, namun orang tuanya memaksa karena sudah kecewa dan termakan emosi. Kedua orang tua Jenifer tampak malu dengan kelakuan anaknya."Aku tidak mau pergi!" Jenifer masih saja menolak saat masuk ke dalam mobil."Sudah, Jenifer! Kita pulang sekarang!" Orang tuanya dengan tegas.Mobil keluarga Jenifer akhirnya pergi berlalu dari kediaman Yusuf. Termasuk Pak RT dan saksi yang sudah menjadi saksi kalau Yusuf telah menceraikan Jenifer hari ini.Jenifer mengepalkan kedua tangannya dengan emosi. Dia kini berada dalam perjalanan menuju kediaman orang tuanya. Koper yang ada di dalam bagasi sebagai bukti kalau pernikahannya sudah berakhir padahal dia sudah susah payah mendapatkan Yusuf.'Awas kamu, Bastian! Kamu telah merusak semuanya!' batin Jenifer penuh emosi.Sementara di kediamannya, Yusuf terlihat lega kali ini. Dia memeluk Mia dari samping dengan erat. Mereka masih duduk di sofa r
"Oke baiklah kalau begitu. Saya akan kirim video ini ke nomor whatsup kamu. Kebetulan saya sudah memiliki nomor kamu. Kamu bisa cek ke ahli telematika atau ahli-ahli apa pun dibidangnya. Kamu buktikan sendiri kalau video rekaman cctv itu murni dan tidak ada edit-editan." Jenifer langsung memainkan kedua ibu jarinya pada layar ponsel. Dia mengirimkan video itu ke nomor Mia. Setelah rencananya berhasil, Jenifer kemudian pergi sambil melebarkan senyuman mengejek.Mia mengerutkan bibirnya menahan amarah. Ia tak sudi lagi melihat video yang menjijikan itu. Lenguhan panjang yang keluar dari mulut pria yang mirip suaminya terngiang-ngiang ditelinganya."Tidak, tidak mungkin! Suamiku tak mungkin mengkhianati kepercayaanku," keluh Mia berbicara sendiri setelah berlalunya Jenifer dari ruang tamu.Sepertinya ada yang harus Mia selidiki demi meyakinkan perasaannya. Demi meyakinkan kepercayaannya. Dia beranjak dari tempat duduk melangkah menuju kamar mengambil tas selempang yang ada di sana."Ibu,
Mia menghapus air mata yang terus saja menganak sungai di pipinya. Hatinya hancur bak pecahan kaca yang jatuh dari atas langit. Ia mengusap dada yang isinya remuk bagai tanpa tulang.Mia beranjak dari tempat duduknya namun seketika Yusuf menahannya. "Kamu mau kemana? Kita belum selesai bicara," tahan Yusuf segera."Saya butuh sendiri, Mas. Saya butuh menenangkan diri. Kenyataan ini terlalu pahit untuk ditelan," lirih Mia menjawab pertanyaan Yusuf. Air matanya tetap saja tak bisa dihentikan.Yusuf langsung berdiri memeluk tubuh istrinya yang hampir rapuh."Sayang, maafkan kekhilafan saya. Sungguh semua itu terjadi di luar kesadaran saya. Seandainya waktu bisa diulang, maka saya tak akan pernah melakukannya. Saya telah terbius oleh jebakan wanita licik itu." Yusuf masih nemeluk erat istrinya. Ia berusaha meyakinkan Mia tentang kesalahannya.Namun, wanita itu perlahan melepaskan pelukan Yusuf. Mia mengembalikan kedua tangan suaminya."Izinkan saya sendiri, Mas. Saya hanya butuh waktu un
Wajah mantan mertua Yusuf benar-bebar terlihat murka. Sebagai wanita yang usainya tudak muda lagi dia terlihat mati-matian membela putrinya."Urusan saya juga tak kalah pentingnya, Tante! Jenifer telah lancang membuat kegaduhan di rumah saya. Saya yakin, dia telah mengirimkan video tidak baik itu pada istri saya. Saya tidak terima dan saya bisa menuntut Jenifer!" Yusuf segera melancarkan ancamannya."Cukup, Yusuf! Tutup mulut kamu!" Mamanya Jenifer kembali meradang. Sementara Jenifer hanya diam saja tak mengeluarkan sepatah kata pun. Wajahnya nampak lemas seperti belum makan dalam satu minggu."Asal kamu tahu ya! Saat ini Jenifer tengah hamil!" Dengan yakinnya Mama Jenifer berkata.Yusuf menggelengkan kepala. Dia tersenyum getir. Tak menyangka kalau Jenifer akan kembali berdusta."Kedatangan saya sepertinya tak akan merubah apa pun tentang kebusukan, Jenifer. Sekali berdusta selamanya Jenifer tak akan pernah berubah. Dan sekarang, kalian akan kembali membohongi saya? Sayangnya saya ti
Pukul dua belas malam, Yusuf telah sampai di penginapan yang ada di Bogor. Suasana di penginapan memang sedikit sepi karena malam yang sudah larut. Yusuf keluar dari mobilnya. Ia disambut oleh pelayan hotel dengan ramah. Tak mau menunggu lama, ia segera menanyakan kamar atas nama Mia Lestari.Awalnya petugas penginapan menolak untuk memberitahukan karena itu merupakan privacy, namun Yusuf segera mengeluarkan bukti pernikahannya dengan Mia termasuk kartu identitas dan poto surat nikah kepada resepsionis.Setelah berunding dalam beberapa menit, akhirnya Yusuf diperbolehkan menemui Mia di kamarnya atas alasan beberapa hal.Yusuf diantar petugas hotel masuk ke dalam lift menuju kamar atas nama Mia Lestari. Dia sudah tidak sabar ingin menjelaskan semua kesalah paham itu pada istrinya.Kamar dengan nomor 13 sudah di depan mata, tapi sepertinya Yusuf urung untuk mengetuk pintunya. Ia sadar kalau ini sudah malam dan tak mau mengganggu Mia yang dipastikan sedang beristirahat.Yusuf memutuskan
Dalam perjalanan menuju klinik Dokter langganan, Yusuf terus saja mengeluh kesakitan pada bagian ulu hati. Mobilnya ditinggalakan di parkiran hotel dan akan dijemput oleh asistennya nanti. Sementara Yusuf dibawa oleh Mia di mobil berwarna putih yang dibawa Mia."Mas, apa kamu telat makan?" Mia bertanya cemas. Kedua tangannya tetap fokus pada setir mobil."Saya tak bisa makan sebelum masalah dengan kamu selesai," jawab Yusuf sambil meringgis kesakitan. Raut wajahnya layu tak bercahaya."Ya ampun, Mas. Mengapa harus menyiksa diri seperti itu." Mia merasa bersalah. Ia merutuki dirinya sendiri.'Harusnya aku sadar dari awal, kalau Mas Yusuf memiliki asam lambung akut,' batin Mia yang merasa menyesal."Tidak apa-apa, Sayang. Yang paling penting adalah, kini kamu telah kembali. Kamu telah memaafkan saya. Saya tidak perduli dengan diri saya," balas Yusuf padahal suaranya sudah lemah tapi dia tetap berusaha bicara. Itu semakin membuat Mia kian merasa bersalah.Setelah mengemudikan kendaraan r