Share

115 Manusia Tidak Tahu Malu

"Mungkin Pak Yusuf harus belajar ikhlas," ucapku. Ah aku tak tahu harus bicara apa. Aku juga tak tahu harus menanggapi apa. Sungguh aku tak paham dengan cerita Yusuf saat ini.

"Ikhlas! Apa hubungannya?" Suara Yusuf terkejut.

"Ya ikhlas aja. Jangan menyimpan kebencian di dalam hati. Bukan apa-apa, itu hanya akan membuat hati kita tertekan," celotehku. Ah sepertinya tidak nyambung tapi terserah aku tak paham. Kalau kata Siska kan aku lemot.

"Masa sih! Kamu juga masih menyimpan kebencian kan pada mantan suami kamu. Lalu itu apa namanya?" Ah Yusuf malah menyindir. Aku kan bingung mau jawab apa.

"Siapa bilang. Saya bukan benci, tapi saya tak mau melihat wajahnya lagi. Saya sudah ikhlas kok dengan semua masa pahit itu," bantahku segera.

"Iya lah, perempuan mana mau dikalahkan. Biasanya tetap mau menang kok," sindir Yusuf lagi.

"Apaan sih," gerutuku.

Entah apa yang terjadi dengan malam ini. Kami berdua malah asik berbincang lewat sambungan telepon dalam waktu cukup lama. Nada suara Yusuf jug
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status