SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKU
Bab 2
"Apa jangan-jangan mas David ada di kamar Nora? Jadi, apa suara desahan yang saling bersahutan itu adalah suara mereka berdua?"
Aku harus memastikannya sendiri. Aku bergegas bangun dari posisi dudukku di ranjang. Tidak lupa aku menggunakan sweater untuk menutupi lenganku yang terbuka karena aku masih mengenakan baju tidur yang tanpa lengan. Cuaca pun belakangan hari ini terasa dingin. Aku pun tidak ingin nanti aku masuk angin.
Saat aku sudah sampai di depan pintu kamar Nora dan Kevin. Aku kembali melakukan panggilan pada ponsel mas David. Aku ingin memastikan sekali lagi kalau apa yang aku dengar tadi itu adalah benar. Namun, lagi-lagi ponsel mas David tidak aktif. Hanya suara operator perempuan yang menjawab sambungan teleponku. Akhirnya aku memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Nora.
Satu kali ketukan.
Dua kali ketukan.
Tiga kali ketukan barulah Nora membukakan pintu kamarnya. Tidak lebar, hanya sebatas tubuhnya yang terlihat saja. Sedikit kepalaku mencuri penglihatan ke dalam kamar tapi, sayangnya pandangan mataku terbatas. Aku tidak dapat melihat apa pun. Ditambah lagi posisi pintu yang hanya terbuka setengahnya oleh Nora.
"Ada apa, Mbak?" tanya Nora sembari menguap.
Kutelisik wajah Nora dengan memicingkan mataku. Tidak ada yang aneh dari wajah dan tubuhnya. Persis seperti orang sedang bangun tidur.
Apakah aku telah berpikiran terlalu jauh tentang mereka berdua? Tapi, aku tadi tidak salah dengar kalau suara ponsel mas David benar-benar terdengar di kamar Nora.
"Mbak Raya? Ada apa? Kok malah bengong?" Aku tersentak saat tangan Nora mengibas di depan wajahku.
"Ah, maaf, aku mau cari Mas David. Mana dia?" Kulihat kening Nora sedikit berkerut.
"Mas David? Kok Mba cari kesini? Kan suaminya, Mbak. Ya mungkin ada di kamar Mbak lah," ucap Nora dengan nada sedikit ketus.
Yah, mungkin kalau pikiran kita lagi normal tentu saja hal mustahil aku mencari suamiku di kamar iparku. Masalahnya, aku baru saja mendengar hal yang membuat otakku traveling hingga ke arah sana. Bukan salahku juga kan?
"Aku mau lihat kedalam. Ada apa? Kok sepertinya ada yang kamu tutupi?" ucapku dengan menekankan kata-kata. Sengaja aku lakukan agar dia tahu kalau aku sedang dalam mode marah saat ini.
"Apaan sih, Mbak? Malam-malam kok ngomong gak jelas begitu."
"Yaudah minggir aku mau masuk. Kalau kamu beneran gak kasih aku jalan. Berarti memang benar ada yang kamu sembunyikan."
"Ck, yaudah sana masuk. Periksa sendiri ada apa di dalam."
Nora menggeser tubuhnya sedikit ke belakang hingga tubuhku yang ramping ini dapat masuk ke dalam kamarnya.
Kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan. Tidak kudapati hal yang mencurigakan di kamar ini. Apa iya aku yang terlalu overthinking? Tapi tunggu dulu, kamar mandi belum aku periksa.
Aku memutar tubuhku dan berjalan perlahan menuju kamar mandi sembari mataku masih mencari-cari sesuatu yang memang sedang aku cari. Siapa tahu ada yang terlewat tadi saat aku brbalik badan.
Namun, hingga kakiku sudah berada di depan kamar mandi mataku belum juga menangkap hal yang mencurigakan. Tanganku bersiap untuk membuka handle pintu kamar mandi hingga akhirnya aku mendengar sebuah suara dari dalam sana.
"Ada apa Beib? Aku lagi nanggung nih! Tunggu sebentar ya!" Itu suara Kevin.
Yah aku tidak salah Kevin ada di dalam kamar mandi. Aku pun mengurungkan niatku untuk membuka handle pintu tersebut.
Akn tetapi, sejak kapan Kevin pulang? Kok aku tidak tahu? Apa waktu aku sedang ke cafe tadi pagi? Saat itu Kevin mungkin pulang makanya aku tidak tahu. Mungkin saja kan seperti itu.
Aku menghela napasku. Ada sedikit kelegaan yang menjalar di hatiku. Akan tetapi, bukan berarti aku kembali percaya sepenuhnya pada mereka. Oh tidak, aku tetap masih menaruh curiga suara-suara desahan setiap malam yang aku dengar bukan hanya mimpi belaka. Itu kenyataan. Aku tetap harus mencari tahu, mungkin saja mereka mau bermain kucing-kucingan denganku. Its oke gak masalah, tetap akan aku cari tahu tentang semuanya. Kalau memang benar mereka berdua ada main di belakangku lihat saja apa yang akan aku lakukan.
Bukankah insting seorang istri itu kuat?
"Gimana? Ada nggak Mas David nya?" tanya Nora sembari tersenyum mengejek dan melipat tangannya di dada tatapan seperti mencemooh pun tak luput ia layangkan padaku.
"Yah, mungkin saja saat ini kalian masih bisa terselamatkan dengan sandiwara kalian. Tapi, jika suatu hari nanti aku tahu yang sebenarnya. Aku pastikan kalian akan menyesal karena telah bermain-main dengan serang Narraya Okta." Aku pun pergi dari kamar Nora meninggalkan Nora dengan sejuta tanda tanya di benakku.
Setelah dari kamar Nora tiba-tiba saja rasa haus menyergap tenggorokanku. Aku pun berniat untuk mengambil minum di dapur yang terletak di lantai bawah karena kebetulan minum di kamar sudah habis.
Derap langkahku yang menuruni anak tangga terdengar di telinga. Karena memang ini sudah larut malam. Siapa pun pasti sudah tertidur di jam segini. Saat kakiku baru saja menapaki anak tangga terakhir, mataku tanpa sengaja melihat sosok yang sangat aku kenal tengah bersandar di sofa ruang tamu dalam kondisi lampu dimatikan.
Meskipun kondisi ruangan cukup gelap namun, sorot lampu dari teras cukup memperjelas akan sosok yang aku lihat itu.
"Mas David?"
Yah, yang aku lihat barusan adalah suamiku. Suami yang aku curigai bermain gila dengan Nora istri adik iparku.
"Raya? Kamu belum tidur?" ucap mas David sembari menoleh ke arahku lantaran aku memanggilnya.
"Kamu dari mana, Mas?" Aku tidak menghiraukan pertanyaannya justru aku yang memberinya pertanyaan.
"Lho, bukannya tadi siang aku sudah telepon kalau aku mau lembur malam ini."
"Yah, aku tidak lupa karena aku belum pikun. Hanya saja, tidak seperti biasanya kamu pulang lembur di jam segini? Biasanya paling malam juga antsra jam 10 hingga jam 11 itu juga sudah sangat larut. Dan lagi kenapa teleponmi tiba-tiba tidak aktif padahal aku baru menghubungimu satu kali."
"Aku banyak kerjaan yang harus diselesaikan hati ini juga, Raya. Makanya aku baru pulang jam segini. Soal telepon, ponselku tiba-tiba habis baterai saat aku mau mengangkat telpon darimu."
Aku memicingkan mata dan menatapnya dengan seksama. Ingin melihat apakah ada kebohongan di sana. Nihil, wajah itu begitu tenang seolah-olah apa yang ia katakan adalah benar. Namun, aku tidak boleh percaya begitu saja. Seekor buaya punya seribu cara untuk menipu mangsanya. Benar begitu bukan?
"Oh ya? Kerjaan apa?"
"Kerjaan kantor lah Raya. Kamu kenapa sih? Pertanyaanmu kok aneh begitu?"
"Oh aku kira ada pekerjaan yang lain yang tentunya jauh lebih penting dari sekedar pekerjaan lemburanmu di kantor," ucapku sarkas pada mas David.
"Maksud kamu apa sih, Ray? Aku gak ngerti deh."
"Gak ada, aku hanya bergurau saja. Tidak usah terlalu dipikirkan."
"Hemm, lalu, kenapa kamu belum tidur?"
"Sedang mencari keberadaan seseorang yang mengganggu pikiranku."
"Maksud kamu?"
"Enggak ada, Mas. Yasudah kalau mau istirahat kamu duluan ke kamar. Aku mau ambil minum."
Mas David hanya mengangguk menjawab ucapanku. Namun, bru satu langkah aku meninggalkan mas David, aku kembali berbalik bdan dan menanyakan hal yang juga membuatku terheran.
"Betewe ani busway kalau kamu baru pulang kok aku nggak dengar suara mobil kamu, Mas?
Aku sudah bangun dari jam dua belas kurang sepuluh menit lho. Sedangkan kamu baru saja pulang di jam dua belas lebih dua puluh menit. Mobil kamu kemana?"
Pias, satu kata itulah yang aku dapatkan dari wajahnya saat aku menanyakan perihal kemana mobilnya.
"Ah, itu anu mobilku ada di ….
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 3Pias, satu kata itulah yang aku dapatkan dari wajahnya saat aku menanyakan perihal kemana mobilnya. "Ah, itu anu mobilku ada di depan rumah Pak Bram tetangga baru kita itu. Yah benar seperti itu. Itulah sebabnya kamu gak dengar suara mesin mobilku," kilah mas David. Aku menatap wajahnya mencari sebuah kejujuran di sana dan berharap menemukannya. Sayangnya aku tidak menemukan itu. Fix, mas David sedang berbohong kali ini. Oke, aku ingin lihat sampai di mana dia mampu terus menutupi kebusukannya padaku. Toh aku mau menuduhnya sekarang kau tidak memiliki bukti. Akan aku cari bukti-bukti itu dan jika benar semua sesuai pradugaku maka aku akan membuat mereka menyesal karena telah bersekongkol menipuku seperti ini. "Kenapa mesti kamu parkir di depan rumah tetangga baru? Memangnya kenapa kalau langsung kamu masukin ke garasi rumah kita?" tanyaku yang ingin tahu jawaban apa yang akan dia berikan. "Ya, aku gak mau aja suara mesin mobilku mengganggu oran
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 4Di sebelah mas David juga sudah ada Nora yang sedang menyendokkan nasi goreng buatan Bi Ratmi ke dalam mulutnya. Namun, ada hal yang aku sangat ingin tanyakan pada Nora begitu tubuh ini sudah mendarat di kursi makan. "Nora? Kevin kemana? Bukannya dia pulang?" Seketika Nora menghentikan gerakannya yang akan menyuap makanan ke dalam mulutnya. Nora dan mas David terlihat saling melemparkan pandangan dari ekor mataku. Namun, aku berpura-pura tidak melihatnya. Aku seolah-olah tengah sibuk mengoles mentega pada roti tawar yang ada di tanganku. "Em anu, Mas Kevin dia … dia masih tidur hehehe iya masih tidur. Karena kecapekan baru pulang tadi malam." Aku hanya membulatkan mulut membentuk huruf o. "Memangnya Kevin pulang, Ra? Bukannya jatahnya dia pulang masih sekitar beberapa hari lagi?" tanya mas David yang membuatku menghentikan gerakan tanganku memasukkan roti ke dalam mulut. Aku pun menatap mas David seksama berharap melihat kejujuran di sana. Na
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 5"Kita lihat saja, Mas. Apakah ini hanya pradugaku saja ataukah memang benar kau ada main dengan adik iparmu itu. Kalau sampai benar terbukti kau ada main dengan nya aku pastikan akan membuatmu menyesal, Mas." ***Aku membelokkan mobil yang kukendarai tepat di depan toko yang menjual aneka cctv. Setelah mesin mobil kumatikan aku melangkah dengan pasti ke dalam toko tersebut. Derap langkah sepatu heelsku terdengar mengetuk-ketuk lantai yang aku lalui. "Selamat pagi, Ibu, ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang karyawan laki-laki tapi dengan gaya yang kemayu padaku saat tubuh ini berhasil masuk ke dalam toko tersebut. "Pagi, Mas, saya mau cari cctv yang bentuknya sangat kecil tapi daya rekam gambar dan audionya jelas. Apa ada?" "Tentu saja ada kami menjual berbagai macam cctv mulai dari yang paling standar yang biasa dipakai di toko-toko, minimarket atau pun perkantoran hingga ke cctv yang biasanya dipesan oleh perempuan atau pun laki-laki yang bi
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 6Namun, baru saja aku akan berbalik badan aku dikejutkan dengan suara seseorang yang ternyata baru saja menapaki anak tangga. "Lagi ngapain?" Aku tersentak dan hampir saja terlonjak karena terkejut dengan tepukan tangan itu. Saat aku menoleh ke arahnya ternyata yang menepukku tadi adalah mas David. Aku sedikit mengerutkan dahi karena tumben mas David pulang cepat. Biasanya paling cepat itu sekitar jam tujuh malam sedangkan ini masih sore mas David sudah sampai di rumah. Beruntung aku sudah selesai memasang cctv yang kubeli tadi pada tempat yang seharusnya. Masih ada sisa satu cctv lagi, biarlah akan kusimpan nanti akan aku cari lagi tempat yang sekiranya mencurigakan dan aku pasang cctv yang masih tersisa ini. "Mas David? Kok tumben udah pulang jam segini?" tanyaku padanya tanpa menjawab pertanyaannya tadi padaku. "Iya kebetulan kerjaan sudah pada selesai jadi aku bisa pulang cepat. Lagian aku kangen sama istri cantikku ini sudah beberapa hari b
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 7 Namun, saat tangan ini memindah chanel cctv ke bagian yang aku letakkan tepat di depan kamar Nora aku melihat sesuatu yang luar biasa yang membuat jantungku berdegup kencang dan mataku terbelalak. "Kalian …." Aku mengepalkan erat tanganku, emosi seketika menyeruak dalam dada. Mungkin saja buku-buku tanganku terlihat memutih karena saking eratnya aku mengepalkan. Betapa tidak? Jika yang aku lihat saat ini adalah Mas David dan Nora yang tengah berciuman juga berpelukan mesra layaknya mereka adalah kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Yah, meskipun aku sudah menduganya sejak awal aku curiga. Akan tetapi, tetap saja hati ini rasanya tidak terima jika ternyata aku sudah dibohongi oleh mereka mentah-mentah seperti ini.Aku lantas menurunkan kakiku yang sudah kuletakkan di atas ranjang King size milikku ini, aku pun bangun dari posisi dudukku dan bersiap untuk keluar dari kamar guna memergoki perbuatan hina yang kedua manusia laknat itu lakukan.Akan
Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang sembari memainkan ponsel di tanganku. Hanya untuk berselancar di dunia biru. Saat mataku sedang terfokus pada layar datar tersebut, terdengar ada seseorang tengah berusaha membuka pintu kamar dari arah luar. Aku menolehkan kepala ke arah sana, Mas David sedang berdiri di ambang pintu sembari mengulas senyum ke arahku. Senyum yang dulu mampu membuatku mabuk kepayang, namun sekarang malah membuatku terasa begitu mual. Aku membalas senyuman lelaki itu dengan penuh keterpaksaan.Aku kembali mengalihkan pandangan ke arah benda pipih yang ada di tanganku saat lelaki itu tengah berusaha menutup kembali daun pintu. Suara derap langkah mendekat, namun aku tak mempedulikan kehadiran lelaki itu yang sedang ada di dalam kamar ini. "Kok belum tidur?" tanya Mas David saat aku menoleh, lelaki itu sedang naik ke atas ranjang. "Belum ngantuk, Mas," jawabku sembari mengalihkan kembali pandanganku ke arah layar datar tersebut. Tak ada sahutan lagi dari lelaki i
[Mbak, aku sudah sampai di bandara.] Satu pesan masuk yang dikirimkan oleh Kevin ke nomorku. Aku mengulas senyum. Hari ini semua akan berakhir. Semuanya, karena Kevin akan mengetahui kebohongan, pengkhianatan yang dilakukan oleh orang yang sangat ia cintai itu. Kemarin Kevin mengatakan jika besok akan pulang, akan tetapi selang mengatakan jika besok akan pulang, Kevin mengirimkan pesan jika ia tak jadi pulang, sebab ada pekerjaan yang harus ia selesaikan terlebih dahulu. Dan hari ini, tiga hari kemudian, Kevin baru benar-benar pulang. Berkali-kali aku menekankan pada Kevin agar tak memberitahukan pada Nora soal kepulangannya. Syukurlah, ia menuruti permintaanku. Sebenarnya, sembari menunggu kepulangan Kevin, aku ingin memanfaatkan sisa waktu untuk mencari bukti-bukti perselingkuhan mereka. Akan tetapi, tak ada apapun yang mereka lakukan. Mungkin mereka berdua telah menyadari jika perselingkuhan mereka mulai kuendus, maka dari itu, mereka mensiasati dengan menjaga jarak di antara
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 10Kenapa Kevin begitu mempercayai kesetiaan Nora, sedangkan aku telah menunjukkan bukti perselingkuhan istrinya? Mungkinkah Nora selangkah lebih maju dariku? Mungkinkah Nora telah mengatakan yang bukan-bukan tentangku pada Kevin?Ah, aku benar-benar pusing memikirkannya. Akan tetapi, aku tetap tidak boleh menyerah begitu saja. Akan aku buktikan kalau aku ini benar. Akan aku cari tahu kenapa Kevin bisa menolak apa yang aku beritahukan padanya. Aku curiga kalau mereka sudah curi start dariku. "Baiklah, jangan panggil namaku Naraya Okta kalau aku tidak bisa membereskan masalah ini," janjiku dalam hati. Aku mengetuk-ngetukkan jari telunjukku di atas meja yang hanya tersaji segelas es lemon tea ini. Aku memutar otak memikirkan bagaimana cara langkah yang tepat dan jitu dalam membongkar kebusukan mereka. Salah-salah aku melangkah maka kejadian seperti ini akan terulang lagi dan justru akulah yang menjadi tersangka sedangkan merekalah yang menjadi korbann