“Apa maksudmu, Mas?” akhirnya Arum bersuara setelah terdiam beberapa saat.
Danu tersenyum menyeringai menatap Arum. Mereka masih berdiri di depan pintu dengan jarak cukup dekat.
“Berhenti bohongi aku, Arum!! Aku tahu siapa kamu.”
Arum membisu, matanya kembali membola menatap tajam ke arah Danu.
“Atau aku harus memanggilmu, Nona Anjani Maheswari saja?”
Arum menghela napas sambil memejamkan mata. Ia buru-buru menghindar dari tatapan Danu. Dadanya berdebar semakin cepat dan Arum sedikit gugup begitu mendengar ucapan Danu.
“Jadi kamu mau meneruskan obrolan kita di depan pintu? Atau mengundangku masuk?”
Arum berdecak, mendongak hingga matanya beradu dengan netra Danu. Kemudian perlahan Arum membuka pintu kabin apartemennya lebih lebar dan menyilakan Danu masuk.
Mereka sudah duduk di ruang tamu dengan sedikit jarak kali ini. Arum hanya diam sambil memperhatikan Danu. Hal yang sama juga
“Mas … kamu ---” Arum tidak meneruskan kalimatnya hanya diam menatap Danu.Sementara Danu, tanpa menunggu jawaban dari Arum. Ia langsung memasangkan cincin di jari manis Arum. Tentu saja Arum tersentak kaget.“Aku belum menerimanya, kenapa kamu malah memasangkan cincinnya?” protes Arum.“Aku anggap jawabanmu tadi iya. Jadi aku pasangkan saja.”Danu sudah kembali duduk bersebelahan dengan Arum di sofa dan tersenyum sambil menatap Arum. Arum terlihat kesal.“Kamu memang gak berubah. Kamu penuh muslihat, tukang paksa dan ---”“Apa lagi? Kenapa gak diteruskan?” sahut Danu.Arum membisu, menundukkan kepala sambil menatap cincin yang sudah melingkar di jari manisnya. Itu adalah cincin hasil desainnya. Saat mendesain kemarin, Arum sangat suka apalagi Danu meminta yang sederhana tapi elegan.“Bukannya kamu memang memilih rujuk denganku untuk menyelamatkan statusmu
BRAK!!!Sebuah pintu apartemen terbuka lebar kemudian tampak Nadia masuk ke dalamnya. Seorang pria dengan rambut keriting dan tampang awut-awutan keluar dari dalam sambil mengucek mata.“Nadia!! Ngapain kamu ke sini?” ucap pria tersebut.Nadia tidak menjawab langsung duduk di sofa menghempaskan tubuhnya.“Aku mau memberimu pekerjaan. Sini!!” Nadia berkata sambil menepuk sofa di sampingnya.Pria berambut keriting itu terdiam sesaat sambil menatap Nadia dengan bingung. Namun, dia sudah berjalan mendekat dan duduk bersebelahan dengan Nadia.“Kerjaan apa?”Nadia menghela napas panjang sambil mengeluarkan ponselnya. Kemudian ia tampak menunjukkan sebuah foto.“Ikuti dia!! Cari tahu dengan siapa saja dia pergi dan ke mana!!” pinta Nadia.Pria berambut keriting itu melihat foto di ponsel Nadia dan terdiam sesaat.“Kamu ingin aku membuntuti Tuan Danu?”Nad
“Tu—tunggu!!” ujar Arum.Ia sudah mendorong tubuh Danu menjauh. Semalam saja Arum tidak bisa tidur gara-gara ulah Danu padanya dan kini pria tampan ini akan membuatnya melayang lagi. Danu mengulum senyum mengurai pelukannya dan memberi jarak.“Maaf … kamu pasti tidak suka keadaan ini.”Danu mengeser tubuhnya menjauh hingga memberi jarak dengan Arum. Sementara Arum hanya diam sambil menundukkan kepala. Dia sendiri tidak tahu, kenapa hanya dengan Danu, dia bisa bereaksi sedekat ini.Danu mengulum senyum melirik ke arah Arum. Kemudian tiba-tiba bangkit dari duduknya. Arum terkejut, mendongak menatap Danu.“Aku mandi dulu, biar bersih dan terbebas dari kuman. Setelah itu, aku ke sini lagi, ya?”Belum sempat Arum menjawab, Danu sudah berjalan menuju pintu dan berlalu pergi begitu saja.“Dasar orang aneh. Aku kan sama sekali gak bermaksud mengusirnya. Hanya saja ---”Arum t
“Mas, aku mau bertemu dengan Bu Fatma dan ini berhubungan dengan program pencarian bakat itu. Kamu tahu sendiri kalau Nadia juga ada di sana. Bagaimana kalau bertemu dia di sana?” tanya Arum.Danu menghela napas panjang sambil berjalan mendekat. Langkahnya terhenti setelah berdiri tak berjarak di depan Arum. Tangan Danu langsung merengkuh pinggul Arum dan Arum sama sekali tidak menolaknya. Tentu saja hal itu membuat Lisa terkejut.“Itu lebih baik, kan. Dia akan segera tahu tentang hubungan kita.”Arum melotot. Pasalnya bukan Nadia yang ia takutkan. Namun, selama ini semua orang tahu kalau Anjani Maheswari tidak punya hubungan dekat dengan Danu. Kalau tiba-tiba datang bersama pasti akan banyak pertanyaan yang bermunculan.Perlahan Danu mendekatkan wajahnya ke arah Arum dan bersiap mengecup bibirnya. Namun, Arum buru-buru menghindar bahkan mendorong tubuh Danu menjauh. Lisa yang ada di ruangan itu langsung mengangkat tangan dan menut
“Apa maksud Ibu?” tanya Nadia.Ternyata Nadia mendengar apa yang baru saja dikatakan Bu Fatma. Bu Fatma terdiam sambil menatap sinis ke arah Nadia. Wanita paruh baya itu menghela napas sambil menggelengkan kepala.“Bukan apa-apa, Nona. Permisi, saya mau pulang.”Tanpa menjawab pertanyaan Nadia, Bu Fatma sudah berlalu pergi. Nadia masih bergeming di tempatnya hingga tiba-tiba Bu Vita, asistennya datang menghampiri.“Mari kita pulang, Nona!!”Kali ini Nadia menurut, tapi ia masih sibuk memikirkan ucapan Bu Fatma tadi.“Bu, apa yang Anda ketahui tentang Nona Anjani, desainer baru yang naik daun itu?” Nadia tiba-tiba bertanya ke Bu vita.“Ehm … setahu saya, beliau sangat ramah dan baik, Nona. Karyanya juga bagus. Bukannya akhir pekan lalu beliau baru saja launching produk baru. Meskipun untuk kalangan terbatas, tapi banyak sekali peminatnya.”Nadia berdecak sambil m
“Ini semua foto yang kamu minta!!” ujar Seno.Selang tiga minggu, Seno menemui Nadia di apartemennya. Seno datang dengan membawa sebuah amplop besar berwarna coklat. Nadia menerima amplop besar itu dan melihat ada banyak foto di sana. Nadia melihat satu persatu foto sambil tersenyum masam.“Aku sudah mengikutinya selama tiga minggu dan memang benar Tuan Danu sudah pindah apartemen. Bahkan dia tinggal di apartemen yang sama dengan Nona Anjani, hanya beda lantai saja,” tambah Seno.Nadia terbelalak kaget.“Jadi Mas Danu tidak rujuk bersama mantan istrinya melainkan menjalin hubungan dengan Nona Anjani?”Seno menghela napas panjang dan mengangguk. “Ya, sepertinya begitu.”“Selama aku mengikutinya, aku tidak pernah melihat Tuan Danu menemui mantan istrinya. Dia lebih sering menghabiskan waktu bersama Nona Anjani. Bahkan sering datang ke pagelaran busana bersama beberapa kali.”Na
“Nona!! Apa Anda membaca berita pagi ini?” tanya Lisa.Pagi itu Lisa datang tergesa masuk ke ruangan Arum dan langsung bertanya seperti itu. Arum yang baru saja datang tampak terkejut dan menatap Lisa dengan bingung. Lisa berjalan mendekat kemudian mengeluarkan ponsel dan menunjukkan berita yang dimaksud.“Siapa sebenarnya Anjani Maheswari?” gumam Arum membaca berita tersebut.Lisa menghela napas panjang sambil menatap Arum. Arum terlihat tenang dan hanya mengulum senyum melihat reaksi Lisa.“Nona … kenapa Anda terlihat santai seperti itu? Anda tidak takut kalau ada yang mencari tahu tentang Anda?”Arum berdecak sambil mengendikkan bahu.“Kamu sudah membaca beritanya, belum? Aku yakin penulis berita itu sama sekali tidak tahu siapa aku. Jadi untuk apa aku bingung? Lagipula mereka tidak pernah melakukan konfirmasi atau wawancara denganku. Jadi aku anggap itu hanya berita isapan jempol saja. Bis
“Kamu gak menyangkalnya sama sekali, Mas. Jadi bener kamu pacaran?” tanya Nadia.Suaranya terdengar bergetar dan ada nada panik di sana. Danu hanya diam, menatap Nadia dengan tajam. Setelah cukup lama, akhirnya Danu bersuara.“Bukannya aku mengatakannya dengan jelas tadi. Aku memang dekat dengan Nona Anjani saat ini.”Nadia tampak marah, matanya menyalang dengan wajah tegang bahkan terdengar suara gemelatuk dari bibirnya.“Memangnya kamu tahu siapa dia? Dia itu orang aneh. Kemana-mana mengenakan masker, tidak mau bersentuhan dengan orang lain. Apa kamu tidak takut? Bagaimana kalau dia seorang teroris? Bagaimana kalau dia hanya memanfaatkanmu saja?”Danu mengulum senyum, mencondongkan tubuhnya ke arah Nadia.“Aku sangat mengenalnya, Nadia. Aku tahu siapa dia. Terserah orang bilang ia aneh atau apa, tapi bagiku dia tidak seperti itu. Lagian selama ini dia tidak menolak sentuhanku, kok.”&l