BRAK!!!
Sebuah pintu apartemen terbuka lebar kemudian tampak Nadia masuk ke dalamnya. Seorang pria dengan rambut keriting dan tampang awut-awutan keluar dari dalam sambil mengucek mata.
“Nadia!! Ngapain kamu ke sini?” ucap pria tersebut.
Nadia tidak menjawab langsung duduk di sofa menghempaskan tubuhnya.
“Aku mau memberimu pekerjaan. Sini!!” Nadia berkata sambil menepuk sofa di sampingnya.
Pria berambut keriting itu terdiam sesaat sambil menatap Nadia dengan bingung. Namun, dia sudah berjalan mendekat dan duduk bersebelahan dengan Nadia.
“Kerjaan apa?”
Nadia menghela napas panjang sambil mengeluarkan ponselnya. Kemudian ia tampak menunjukkan sebuah foto.
“Ikuti dia!! Cari tahu dengan siapa saja dia pergi dan ke mana!!” pinta Nadia.
Pria berambut keriting itu melihat foto di ponsel Nadia dan terdiam sesaat.
“Kamu ingin aku membuntuti Tuan Danu?”
Nad
“Tu—tunggu!!” ujar Arum.Ia sudah mendorong tubuh Danu menjauh. Semalam saja Arum tidak bisa tidur gara-gara ulah Danu padanya dan kini pria tampan ini akan membuatnya melayang lagi. Danu mengulum senyum mengurai pelukannya dan memberi jarak.“Maaf … kamu pasti tidak suka keadaan ini.”Danu mengeser tubuhnya menjauh hingga memberi jarak dengan Arum. Sementara Arum hanya diam sambil menundukkan kepala. Dia sendiri tidak tahu, kenapa hanya dengan Danu, dia bisa bereaksi sedekat ini.Danu mengulum senyum melirik ke arah Arum. Kemudian tiba-tiba bangkit dari duduknya. Arum terkejut, mendongak menatap Danu.“Aku mandi dulu, biar bersih dan terbebas dari kuman. Setelah itu, aku ke sini lagi, ya?”Belum sempat Arum menjawab, Danu sudah berjalan menuju pintu dan berlalu pergi begitu saja.“Dasar orang aneh. Aku kan sama sekali gak bermaksud mengusirnya. Hanya saja ---”Arum t
“Mas, aku mau bertemu dengan Bu Fatma dan ini berhubungan dengan program pencarian bakat itu. Kamu tahu sendiri kalau Nadia juga ada di sana. Bagaimana kalau bertemu dia di sana?” tanya Arum.Danu menghela napas panjang sambil berjalan mendekat. Langkahnya terhenti setelah berdiri tak berjarak di depan Arum. Tangan Danu langsung merengkuh pinggul Arum dan Arum sama sekali tidak menolaknya. Tentu saja hal itu membuat Lisa terkejut.“Itu lebih baik, kan. Dia akan segera tahu tentang hubungan kita.”Arum melotot. Pasalnya bukan Nadia yang ia takutkan. Namun, selama ini semua orang tahu kalau Anjani Maheswari tidak punya hubungan dekat dengan Danu. Kalau tiba-tiba datang bersama pasti akan banyak pertanyaan yang bermunculan.Perlahan Danu mendekatkan wajahnya ke arah Arum dan bersiap mengecup bibirnya. Namun, Arum buru-buru menghindar bahkan mendorong tubuh Danu menjauh. Lisa yang ada di ruangan itu langsung mengangkat tangan dan menut
“Apa maksud Ibu?” tanya Nadia.Ternyata Nadia mendengar apa yang baru saja dikatakan Bu Fatma. Bu Fatma terdiam sambil menatap sinis ke arah Nadia. Wanita paruh baya itu menghela napas sambil menggelengkan kepala.“Bukan apa-apa, Nona. Permisi, saya mau pulang.”Tanpa menjawab pertanyaan Nadia, Bu Fatma sudah berlalu pergi. Nadia masih bergeming di tempatnya hingga tiba-tiba Bu Vita, asistennya datang menghampiri.“Mari kita pulang, Nona!!”Kali ini Nadia menurut, tapi ia masih sibuk memikirkan ucapan Bu Fatma tadi.“Bu, apa yang Anda ketahui tentang Nona Anjani, desainer baru yang naik daun itu?” Nadia tiba-tiba bertanya ke Bu vita.“Ehm … setahu saya, beliau sangat ramah dan baik, Nona. Karyanya juga bagus. Bukannya akhir pekan lalu beliau baru saja launching produk baru. Meskipun untuk kalangan terbatas, tapi banyak sekali peminatnya.”Nadia berdecak sambil m
“Ini semua foto yang kamu minta!!” ujar Seno.Selang tiga minggu, Seno menemui Nadia di apartemennya. Seno datang dengan membawa sebuah amplop besar berwarna coklat. Nadia menerima amplop besar itu dan melihat ada banyak foto di sana. Nadia melihat satu persatu foto sambil tersenyum masam.“Aku sudah mengikutinya selama tiga minggu dan memang benar Tuan Danu sudah pindah apartemen. Bahkan dia tinggal di apartemen yang sama dengan Nona Anjani, hanya beda lantai saja,” tambah Seno.Nadia terbelalak kaget.“Jadi Mas Danu tidak rujuk bersama mantan istrinya melainkan menjalin hubungan dengan Nona Anjani?”Seno menghela napas panjang dan mengangguk. “Ya, sepertinya begitu.”“Selama aku mengikutinya, aku tidak pernah melihat Tuan Danu menemui mantan istrinya. Dia lebih sering menghabiskan waktu bersama Nona Anjani. Bahkan sering datang ke pagelaran busana bersama beberapa kali.”Na
“Nona!! Apa Anda membaca berita pagi ini?” tanya Lisa.Pagi itu Lisa datang tergesa masuk ke ruangan Arum dan langsung bertanya seperti itu. Arum yang baru saja datang tampak terkejut dan menatap Lisa dengan bingung. Lisa berjalan mendekat kemudian mengeluarkan ponsel dan menunjukkan berita yang dimaksud.“Siapa sebenarnya Anjani Maheswari?” gumam Arum membaca berita tersebut.Lisa menghela napas panjang sambil menatap Arum. Arum terlihat tenang dan hanya mengulum senyum melihat reaksi Lisa.“Nona … kenapa Anda terlihat santai seperti itu? Anda tidak takut kalau ada yang mencari tahu tentang Anda?”Arum berdecak sambil mengendikkan bahu.“Kamu sudah membaca beritanya, belum? Aku yakin penulis berita itu sama sekali tidak tahu siapa aku. Jadi untuk apa aku bingung? Lagipula mereka tidak pernah melakukan konfirmasi atau wawancara denganku. Jadi aku anggap itu hanya berita isapan jempol saja. Bis
“Kamu gak menyangkalnya sama sekali, Mas. Jadi bener kamu pacaran?” tanya Nadia.Suaranya terdengar bergetar dan ada nada panik di sana. Danu hanya diam, menatap Nadia dengan tajam. Setelah cukup lama, akhirnya Danu bersuara.“Bukannya aku mengatakannya dengan jelas tadi. Aku memang dekat dengan Nona Anjani saat ini.”Nadia tampak marah, matanya menyalang dengan wajah tegang bahkan terdengar suara gemelatuk dari bibirnya.“Memangnya kamu tahu siapa dia? Dia itu orang aneh. Kemana-mana mengenakan masker, tidak mau bersentuhan dengan orang lain. Apa kamu tidak takut? Bagaimana kalau dia seorang teroris? Bagaimana kalau dia hanya memanfaatkanmu saja?”Danu mengulum senyum, mencondongkan tubuhnya ke arah Nadia.“Aku sangat mengenalnya, Nadia. Aku tahu siapa dia. Terserah orang bilang ia aneh atau apa, tapi bagiku dia tidak seperti itu. Lagian selama ini dia tidak menolak sentuhanku, kok.”&l
“Dokter Sandy,” seru Arum tertahan.Pria yang baru bersuara dan tertegun menatap Arum itu tak lain memang Dokter Sandy. Dokter Sandy sengaja mampir ke tempat Arum hanya ingin mengajak Arum makan malam. Dia tidak menduga malah menyaksikan interaksi intim Arum dan Danu.“Selamat malam, Dok. Kebetulan sekali bertemu di sini,” sapa Danu.Kali ini sengaja Danu berbicara sambil merangkul pinggul Arum. Ia seakan tidak ingin membiarkan Arum menjauh dari sisinya. Dokter Sandy melihat reaksi Arum. Alisnya mengernyit dengan kedua mata menyelidiki.“Tepat dugaanku, kamu memang sudah sembuh dari phobiamu, Arum. Aku senang melihat hasil terapiku berhasil.”Alih-alih merasa cemburu, Dokter Sandy malah tersenyum sambil berulang menganggukkan kepala melihat kedekatan Arum dan Danu kali ini. Terang saja Danu tidak senang mendengarnya. Ia menggeser tubuhnya mendekat kearah Arum hingga membuat tubuhnya bersentuhan dengan Arum.
Keesokan harinya Arum terlihat sibuk. Seharian dia sudah berkutak dengan pekerjaannya dan menjelang malam, Arum harus stand by untuk syuting program pencarian bakat. Sudah hampir dua bulan berselang program itu berlangsung dan tinggal beberapa minggu saja menuju akhir acara.Hari ini saat break syuting, Nadia mendatangi Arum yang sedang asyik memainkan ponselnya. Arum langsung menghentikan aktivitasnya dan mendongak menatap Nadia.“Ada apa, Nadia?” tanya Arum.Nadia menghela napas panjang sambil melipat tangan di depan dada.“Saya hanya mau tanya ada hubungan apa Anda dengan Mas Danu?” ujar Nadia to the point.Sebenarnya Arum tidak menduga kalau Nadia akan bertanya secara langsung seperti ini. Arum terdiam sesaat sambil menatap tajam ke arah Nadia.“Memangnya Anda berpikir bagaimana hubungan saya dengan Tuan Danu?” Arum tidak menjawab pertanyaan Nadia, malah balas bertanya.“Sudah jangan muter
“Kamu baik-baik saja, Sayang?” tanya Danu. Arum tersenyum sambil menganggukkan kepala. Sudah hampir tujuh bulan berselang sejak kejadian itu. Semua pelaku kejahatan satu persatu mendapat balasan atas ulahnya. Hubungan Arum dan Tuan Arya kini pun semakin dekat. Bahkan sering kali Arum dan Danu menginap di rumah Tuan Arya seperti hari ini. “Iya, Mas. Aku baik-baik saja, hanya sekarang aku semakin engap,” jawab Arum. Ia berkata sambil mengelus perutnya yang membesar. Danu mengulum senyum sambil menatap penuh cinta ke Arum. Saat ini usia kandungan Arum sudah memasuki sembilan bulan dan tinggal menunggu hari persalinan. Danu mendekat duduk di tepi kasur dan membantu Arum untuk bangkit. Alih-alih bangun dari tempat tidur, Arum malah memeluk Danu dengan erat sembari mendekatkan wajahnya tak berjarak. “Kok malah meluk, lagi pengen?” Danu bersuara sambil mengerlingkan mata. Arum tersenyum, menjentik hidung Danu dengan gemas. “Enggak, cuman seneng aja liat kamu. Ganteng banget.” Danu son
“Berhubungan denganku? Berhubungan dalam hal apa?” tanya Tuan Arya. Tuan Simon mengulum senyum dan reaksinya membuat Tuan Arya semakin penasaran. “Asal kamu tahu, salah satu anak panti itu mempunyai hubungan darah denganmu.” Mata Tuan Arya membola, tidak hanya Tuan Arya saja yang terkejut kali ini. Danu, Arum dan Tuan Prada juga ikut kaget. “Maksud Anda … berhubungan darah itu apa? Anak atau kerabat, begitu?” Danu menimpali. Tuan Simon mengangguk. “Iya, tepat sekali. Anakmu tidak mati, Arya. Dia hidup dan tinggal di panti itu.” Tuan Arya terperanjat dan menatap Tuan Simon tampak kedip. Tuan Prada yang mendengar ikut terkejut. “Mana mungkin? Roweina meninggal di tempat dalam kecelakaan itu. Tidak mungkin dia melahirkan,” elak Tuan Arya. Tuan Simon menarik napas panjang dan menggelengkan kepala. “Tidak. Saat kecelakaan, dia tidak langsung meninggal di tempat. Roweina sempat melahirkan dan ada seseorang yang menolongnya lalu meletakkan bayi tersebut ke panti. Sayangnya saat oran
“Pelaku kejahatan? Kejahatan apa?” tanya Tuan Simon.Dia sangat penasaran dengan ucapan Danu. Danu tersenyum kemudian menjelaskan apa saja yang dilakukan Nyonya Lani terhadap keluarganya.“Astaga!! Jika Anda punya bukti lengkap, bisa kita seret ke meja hijau, Tuan.”Danu tersenyum sambil mengangguk. “Punya. Saya punya buktinya. Itu sebabnya saya penasaran dan ingin tahu siapa dalang di balik ulah Mama Lani selama ini.”Tuan Simon tersenyum sambil menganggukkan kepala. Kemudian pria paruh baya itu mengalihkan perhatiannya kepada beberapa anggota polisi yang membawa Pak Sudibyo. Pria berkepala plontos itu tampak marah dan menyeringai ke arah Tuan Simon.“Kamu tidak akan bisa menangkapku, Simon!! Sebentar lagi juga aku akan lepas!” seru Pak Sudibyo.Tuan Simon tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Mungkin dulu kamu bisa berkata seperti itu, tapi tidak sekarang. Bawa dia, Pak!!&rdquo
“Tuan, saya sudah mendapat info tentang siapa yang melindungi Nyonya Lani selama ini,” ujar Beni pagi itu.Danu yang belum berangkat kerja terkejut saat mendengar ucapan anak buahnya. Ia hanya diam sambil menatap Beni dengan penuh tanya. Memang selama ini Beni sering berada di rumah Danu. Danu yang meminta Beni menjaga Arum selama ia tidak ada di rumah.“Siapa orangnya?” Tiba-tiba Tuan Prada menyeruak dari dalam rumah.Usai keluar dari rumah sakit, Danu memang meminta ayahnya tinggal bersama di rumahnya. Selain itu, Tuan Prada juga ingin menjaga Arum. Ia tidak mau terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan menimpa Arum lagi.“Pa, kenapa Papa ke sini?”Selama ini Danu memang menyembunyikan penyelidikannya terhadap Nyonya Lani. Ia ingin memastikan semuanya dulu baru menjelaskan ke Tuan Prada. Namun, sepertinya Tuan Prada sudah tahu ulah Nyonya Lani.“Aku sudah tahu apa yang dilakukan Lani, Danu. Bibi yang
“Masih hidup? Anak Roweina masih hidup?” tanya Tuan Simon.Pria bermata sipit itu terkejut saat mendengar penjelasan Tuan Burhan. Tuan Burhan tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Bagaimana bisa? Kecelakaan itu ---”“Kecelakaan itu direkayasa, Simon. Mereka sudah menyabotase mobil Roweina hingga mengalami kecelakaan. Namun, sayangnya Roweina masih hidup saat itu bahkan gara-gara mengalami kecelakaan dia melahirkan di tempat.”Tuan Simon terbelalak kaget mendengarnya. Dia tidak pernah dengar tentang hal ini sebelumnya. Apa jangan-jangan ada yang menyembunyikan bukti tentang Roweina yang baru saja melahirkan saat itu.“Seseorang membantunya dan mengambil bayinya lalu dititipkan di panti itu. Sayangnya orang-orang yang menyabotase mobil Roweina tahu.”“Tunggu dulu!! Bukannya mobil Roweina terbakar dan dia ikut hangus di dalamnya. Bagaimana mungkin ---”Tuan Burhan berdecak sam
“Kamu sudah bangun?” tanya Danu.Pria tampan itu tampak sudah berpakaian rapi dan menghampiri Arum yang sedang terbaring di atas kasur. Semalam mereka datang sangat larut bahkan Arum sudah tertidur di dalam mobil sehingga Danu harus menggendongnya masuk ke dalam rumah.Arum menguap sambil menutup mulutnya kemudian memperhatikan Danu dengan seksama.“Kamu mau ke mana, Mas?”Danu tersenyum. Duduk di tepi kasur sambil menatap Arum dengan sendu.“Aku mau menyelesaikan yang tadi malam. Aku harus membuat laporan ke polisi tentang penculikanmu.”Arum terdiam, menunduk sambil menggelengkan kepala. Danu melihat bahu Arum naik turun mengolah udara.“Aku tidak menduga, Mas. Jika Dokter Sandy menyimpan dendam padaku. Aku tidak tahu selama ini.”Danu tersenyum sambil mengelus lengan Arum dengan lembut.“Kamu pasti tidak akan percaya jika kuberitahu siapa pelaku pembunuhan Anjani,
“PAPA!!! Apa yang Papa katakan?” sergah Dokter Sandy.Tuan Simon dan beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu ikut tercengang usai mendengar ucapan Tuan Burhan. Mereka semua terdiam dan menatap Tuan Burhan. Sementara Tuan Burhan kini tampak melihat ke arah Dokter Sandy.“Iya, benar. Bukankah kamu juga tahu jika Papa yang membunuh Anjani. Papa yang merudapaksa dia kemudian tanpa sengaja membunuhnya.”Lagi-lagi semua yang hadir di sana terkesima mendengar pengakuan Tuan Burhan. Sedangkan Dokter Sandy membisu, mengatupkan rapat bibirnya dengan mata berkaca menatap Tuan Burhan.Pria berkacamata itu tidak dapat berkata apa-apa hanya menggelengkan kepala saja. Tuan Simon yang berada dalam ruangan itu perlahan mendekat dan berdiri di samping Tuan Burhan.“Benar yang kamu katakan, Burhan?” tanya Tuan Simon.Tuan Burhan mendongak, mata kelabunya menatap sendu Tuan Simon. Lalu dengan perlahan kepalanya menganggu
“Sial!! Berengsek!!” umpat Dokter Sandy.Ia langsung menyimpan alat suntiknya sambil berjalan tergesa menuju pintu. Arum hanya diam memperhatikannya. Namun, tinggal beberapa langkah menuju pintu Dokter Sandy menghentikan langkahnya dan menoleh ke Arum.Sebuah senyum seringai yang menyeramkan tampil di wajah pria itu. Arum sampai bergidik ketakutan melihatnya.“Aku akan pergi sebentar. Kamu bisa menikmati waktumu, Arum. Namun, setelahnya aku akan mengeksekusimu.”Sebuah tawa menyeramkan sontak bergema mengakhiri kalimat Dokter Sandy. Arum hanya membisu, memeluk lengannya sambil menatap ketakutan pria aneh itu. Pintu sudah kembali tertutup mengiringi kepergian Dokter Sandy.Arum menghela napas panjang sambil mengurut dadanya. Ia tidak tahu berada di mana saat ini, yang pasti Arum berharap Danu segera menemukannya.Selang beberapa saat mobil Dokter Sandy sudah berhenti di depan sebuah rumah tua. Ia melihat banyak mobil terparkir di depan rumahnya. Tidak hanya itu, Dokter Sandy juga melih
“Tuan, saya tidak bisa menemukan Nyonya,” ujar Beni di dalam panggilannya.Danu hanya terdiam dengan telinga yang tegak mendengarkan.“CCTV di kafe tersebut rusak sejak dua hari yang lalu dan saat kejadian tadi tidak terlihat apa yang sedang terjadi,” imbuh Beni.Masih tidak ada jawaban dari Danu hanya giginya yang saling beradu menimbulkan bunyi gemelatuk.“Tuan … .” Suara Beni terdengar menginterupsi lamunan Danu.Terdengar helaan napas panjang dari bibir Danu. Ia tidak tahu harus mencari di mana istrinya. Ponsel Arum bahkan tidak terlacak sama sekali. Bisa jadi Dokter Sandy sudah melepas nomornya dan membuang entah di mana.“Iya, Ben. Aku mendengarnya.” Akhirnya Danu bersuara setelah terdiam beberapa saat.“Saya masih mencoba tanya ke beberapa pelayan. Salah satu dari mereka ada yang melihat mobil box pengiriman datang dan berhenti di bagian belakang kafe dekat toilet. Bi