“Apa maksud Ibu?” tanya Nadia.
Ternyata Nadia mendengar apa yang baru saja dikatakan Bu Fatma. Bu Fatma terdiam sambil menatap sinis ke arah Nadia. Wanita paruh baya itu menghela napas sambil menggelengkan kepala.
“Bukan apa-apa, Nona. Permisi, saya mau pulang.”
Tanpa menjawab pertanyaan Nadia, Bu Fatma sudah berlalu pergi. Nadia masih bergeming di tempatnya hingga tiba-tiba Bu Vita, asistennya datang menghampiri.
“Mari kita pulang, Nona!!”
Kali ini Nadia menurut, tapi ia masih sibuk memikirkan ucapan Bu Fatma tadi.
“Bu, apa yang Anda ketahui tentang Nona Anjani, desainer baru yang naik daun itu?” Nadia tiba-tiba bertanya ke Bu vita.
“Ehm … setahu saya, beliau sangat ramah dan baik, Nona. Karyanya juga bagus. Bukannya akhir pekan lalu beliau baru saja launching produk baru. Meskipun untuk kalangan terbatas, tapi banyak sekali peminatnya.”
Nadia berdecak sambil m
“Ini semua foto yang kamu minta!!” ujar Seno.Selang tiga minggu, Seno menemui Nadia di apartemennya. Seno datang dengan membawa sebuah amplop besar berwarna coklat. Nadia menerima amplop besar itu dan melihat ada banyak foto di sana. Nadia melihat satu persatu foto sambil tersenyum masam.“Aku sudah mengikutinya selama tiga minggu dan memang benar Tuan Danu sudah pindah apartemen. Bahkan dia tinggal di apartemen yang sama dengan Nona Anjani, hanya beda lantai saja,” tambah Seno.Nadia terbelalak kaget.“Jadi Mas Danu tidak rujuk bersama mantan istrinya melainkan menjalin hubungan dengan Nona Anjani?”Seno menghela napas panjang dan mengangguk. “Ya, sepertinya begitu.”“Selama aku mengikutinya, aku tidak pernah melihat Tuan Danu menemui mantan istrinya. Dia lebih sering menghabiskan waktu bersama Nona Anjani. Bahkan sering datang ke pagelaran busana bersama beberapa kali.”Na
“Nona!! Apa Anda membaca berita pagi ini?” tanya Lisa.Pagi itu Lisa datang tergesa masuk ke ruangan Arum dan langsung bertanya seperti itu. Arum yang baru saja datang tampak terkejut dan menatap Lisa dengan bingung. Lisa berjalan mendekat kemudian mengeluarkan ponsel dan menunjukkan berita yang dimaksud.“Siapa sebenarnya Anjani Maheswari?” gumam Arum membaca berita tersebut.Lisa menghela napas panjang sambil menatap Arum. Arum terlihat tenang dan hanya mengulum senyum melihat reaksi Lisa.“Nona … kenapa Anda terlihat santai seperti itu? Anda tidak takut kalau ada yang mencari tahu tentang Anda?”Arum berdecak sambil mengendikkan bahu.“Kamu sudah membaca beritanya, belum? Aku yakin penulis berita itu sama sekali tidak tahu siapa aku. Jadi untuk apa aku bingung? Lagipula mereka tidak pernah melakukan konfirmasi atau wawancara denganku. Jadi aku anggap itu hanya berita isapan jempol saja. Bis
“Kamu gak menyangkalnya sama sekali, Mas. Jadi bener kamu pacaran?” tanya Nadia.Suaranya terdengar bergetar dan ada nada panik di sana. Danu hanya diam, menatap Nadia dengan tajam. Setelah cukup lama, akhirnya Danu bersuara.“Bukannya aku mengatakannya dengan jelas tadi. Aku memang dekat dengan Nona Anjani saat ini.”Nadia tampak marah, matanya menyalang dengan wajah tegang bahkan terdengar suara gemelatuk dari bibirnya.“Memangnya kamu tahu siapa dia? Dia itu orang aneh. Kemana-mana mengenakan masker, tidak mau bersentuhan dengan orang lain. Apa kamu tidak takut? Bagaimana kalau dia seorang teroris? Bagaimana kalau dia hanya memanfaatkanmu saja?”Danu mengulum senyum, mencondongkan tubuhnya ke arah Nadia.“Aku sangat mengenalnya, Nadia. Aku tahu siapa dia. Terserah orang bilang ia aneh atau apa, tapi bagiku dia tidak seperti itu. Lagian selama ini dia tidak menolak sentuhanku, kok.”&l
“Dokter Sandy,” seru Arum tertahan.Pria yang baru bersuara dan tertegun menatap Arum itu tak lain memang Dokter Sandy. Dokter Sandy sengaja mampir ke tempat Arum hanya ingin mengajak Arum makan malam. Dia tidak menduga malah menyaksikan interaksi intim Arum dan Danu.“Selamat malam, Dok. Kebetulan sekali bertemu di sini,” sapa Danu.Kali ini sengaja Danu berbicara sambil merangkul pinggul Arum. Ia seakan tidak ingin membiarkan Arum menjauh dari sisinya. Dokter Sandy melihat reaksi Arum. Alisnya mengernyit dengan kedua mata menyelidiki.“Tepat dugaanku, kamu memang sudah sembuh dari phobiamu, Arum. Aku senang melihat hasil terapiku berhasil.”Alih-alih merasa cemburu, Dokter Sandy malah tersenyum sambil berulang menganggukkan kepala melihat kedekatan Arum dan Danu kali ini. Terang saja Danu tidak senang mendengarnya. Ia menggeser tubuhnya mendekat kearah Arum hingga membuat tubuhnya bersentuhan dengan Arum.
Keesokan harinya Arum terlihat sibuk. Seharian dia sudah berkutak dengan pekerjaannya dan menjelang malam, Arum harus stand by untuk syuting program pencarian bakat. Sudah hampir dua bulan berselang program itu berlangsung dan tinggal beberapa minggu saja menuju akhir acara.Hari ini saat break syuting, Nadia mendatangi Arum yang sedang asyik memainkan ponselnya. Arum langsung menghentikan aktivitasnya dan mendongak menatap Nadia.“Ada apa, Nadia?” tanya Arum.Nadia menghela napas panjang sambil melipat tangan di depan dada.“Saya hanya mau tanya ada hubungan apa Anda dengan Mas Danu?” ujar Nadia to the point.Sebenarnya Arum tidak menduga kalau Nadia akan bertanya secara langsung seperti ini. Arum terdiam sesaat sambil menatap tajam ke arah Nadia.“Memangnya Anda berpikir bagaimana hubungan saya dengan Tuan Danu?” Arum tidak menjawab pertanyaan Nadia, malah balas bertanya.“Sudah jangan muter
“Apa?? Memangnya kenapa?” tanya Arum.Dia sangat penasaran, kenapa tiba-tiba ada permintaan aneh seperti ini. Gara-gara kesibukannya di luar negeri, Arum tidak mencari tahu apa yang sedang terjadi di sini.“Nona … saya mohon kali ini saja. Saya mohon maaf, ini memang menyangkut privasi Anda. Namun, acara ini taruhannya. Pihak sponsor mengancam akan menarik semua hadiahnya jika Anda tidak melakukannya.”Belum selesai Arum berbincang dengan Bu Fatma di telepon, tiba-tiba Lisa masuk tergesa ke ruangan Arum.“Bu, nanti saya telepon lagi. Saya akan memberi kabar secepatnya!!” Arum mengakhiri panggilannya dan kini menatap Lisa yang sedang berdiri di depannya.“Ada apa?”Lisa menarik napas panjang sambil menunjukkan tablet di tangannya. “Anda harus lihat ini, Nona?”Arum menerima tablet dari Lisa. Ia sudah melihat sebuah tayangan di channel medsos yang membahas dirinya. Bahka
“Pernikahan … kita?” ulang Arum.Belum habis rasa terkejut Arum usai mendengar berita tadi, kini ditambah ia harus mendengar kabar dari Danu. Danu tersenyum menatapnya dengan lembut sambil menggenggam erat tangan Arum.“Tiga bulan dari sekarang, kita nikah. Aku sudah menentukan tempatnya juga. Dulu, kita tidak melakukan resepsi dan untuk yang kali ini. Aku ingin sedikit lebih istimewa. Kamu gak keberatan, kan?”Arum tidak menjawab. Ia membisu sambil tertegun menatap Danu.“Eng … Mas, apa ini tidak terlalu cepat? Aku masih banyak kerjaan dan butuh konsentrasi penuh. Aku takut ---”Arum menghentikan ucapannya saat jemari hangat Danu sudah menempel di depan bibirnya.“Tenang saja. Aku akan memakai jasa WO. Kamu tinggal mempersiapkan diri saja, Arum.”Arum membisu, hanya menunduk sambil menatap tangan Danu yang menggenggamnya erat.“Apa kamu masih meragukan aku sehingga ingin memundurkannya?”Arum sontak mengangkat kepala da
“APA!!??” seru hampir sebagian penghuni ruang makan itu.Tidak hanya suara mereka yang terkejut, ekspresi wajah satu persatu dari orang yang hadir disana menunjukkan keheranan. Sementara Danu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Iya, aku akan menikah lagi dengan Arum. Tepatnya tiga bulan dari sekarang. Benar kan, Sayang?” Danu berkata sambil melihat ke arah Arum. Arum menjawab dengan senyuman dan anggukkan.“Danu, kamu jangan asal ngomong. Bukannya kamu akan melamar Nadia dan menikah dengannya, bukan dengan Arum,” sahut Nyonya Lani.Nadia terlihat marah, menatap Danu dengan tajam sambil berulang kali menganggukkan kepala membenarkan ucapan Nyonya Lani. Tuan Rafael hanya diam melihat Danu dengan tajam, hal yang sama juga dilakukan Nyonya Maria. Sepertinya kedua orang tua Nadia itu ikut menunjukkan rasa tidak sukanya dengan ucapan Danu tadi.“Aku tidak asal ngomong, Ma. Ini benar. Aku sudah memikirka