Share

Suamiku seorang Mata-Mata
Suamiku seorang Mata-Mata
Author: sweetchocosin

Bab 1: Perpisahan

Author: sweetchocosin
last update Last Updated: 2024-03-18 18:41:09

“Bukankah mereka sungguh romantis, Bram.” Nala menyandarkan kepalanya di bahu Bram.

“Apa iya? Seorang mata-mata dan gadis lugu?”

“Memangnya kau tidak merasa begitu?”

Bram tertawa kecil. “Pria mata-mata itu bisa kapan saja mengancam nyawa istrinya. Tentu saja hidup bersama sebuah langkah yang egois.”

“Kau ini tidak mengerti ya.” tukas Nala sambil mengangkat kepalanya kembali. “Bram, apapun yang terjadi, jangan tinggalkan aku, oke?”

Mereka baru saja melaksanakan pesta pernikahan tadi siang, dan sekarang sedang beristirahat sambil menonton film. Nala tampak bersemangat menunggu jawaban Bram. Mata Nala menyala-nyala seolah akan melahapnya kalau tak mengucapkan jawaban yang menyenangkan.

Satu-satunya yang dilakukan Bram adalah menutup mata itu. Ia menarik wajah Nala dan mengecupnya.

Setelahnya, mereka memiringkan wajah dan saling memeluk kehangatan satu sama lain. Tangan Nala menyentuh punggung Bram, menekuri setiap sudutnya dengan hati-hati.

Bram membantu Nala melepaskan pakaian dan mendekap Nala lebih erat lagi. Ia menidurkan tubuh Nala setelah membuka bajunya.

Nala merasa aneh. Sekalipun tubuhnya ditindih oleh pria seksi berotot, ia tak merasa terintimidasi. Nala semakin mempererat pelukan dan ciumannya. Di momen itu, setiap jengkal tubuh Nala teraba oleh Bram. Mereka tak mengenakan sehelai kain pun.

Wajah Nala memerah dan kepanasan karena degupan jantungnya tak beraturan. Ia bisa merasakan desah nafas mereka beradu. Dalam benaknya saat itu, inilah saatnya ia memberikan mahkotanya kepada pria yang sudah bersumpah untuk sehidup semati bersamanya.

Nala yang menyipitkan matanya, hanyut dalam sentuhan sensual yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hangatnya bibir Bram, lembutnya jemari Bram. Sampai matanya terpaku pada sebuah gambar tato kecil di balik cuping telinga kiri pria itu. Sebuah gambar trisula.

“Bram, kamu punya tato?”

Nala tahu, Bram tampak terkejut. Namun, Bram mengalihkan perhatian dengan mengecup leher Nala. Bram memainkan jarinya sampai ia membuka kedua kaki Nala.

Nala tak kuasa menahan desahan saat Bram menyentuhnya sampai akhirnya Bram mengecup bagian di antara dua kaki itu. Nala merasakan nikmat yang luar biasa setelah itu, sampai ia melupakan rasa penasarannya.

Sampai setahun berikutnya, Nala dan Bram tetap saling mencintai satu sama lain hingga dikaruniai seorang bayi yang lucu dan tak pernah membahas soal tato trisula kecil. Hal kecil semacam tato bukan alasan yang cukup untuk membuat perasaannya luntur.

Mata Nala berseri-seri. Ia mengecup kening Bayu, seorang balita yang baru saja bisa menyebutkan ‘Papa’ sambil bermain Kokeshi, sebuah boneka Jepang.

“Mama, Bayu.” Nala berujar kesal. Ia merasa tak adil baginya kalau kata pertama yang diucapkan oleh anak yang sudah susah payah dikandungnya bukan panggilan untuk dirinya.

“Papa..” Bayu bersikeras, sambil menunjukkan sebagian giginya yang sudah tumbuh.

Nala mendengus kesal. “Terserah Bayu saja, deh..”

“Ada apa?” seorang lelaki bertubuh tegap, berpawakan tinggi, dan berambut ikal pendek muncul di balik pintu kamar. Tampak jejak oli di kedua tangan dan kulit kakinya yang kulit langsat. Bram, suami Nala.

“Bayu..” jawab Nala. “Dia malah mengucapkan ‘Papa’ saat bersamaku. Apakah itu wajar?”

Bram tertawa. Tawa itu membuat Nala tersipu dan terpesona. “Mungkin wajar karena dia anakku, kan?”

“Memangnya dia bukan anakku?”

Bram mendekati Nala dan mengecup bibirnya dengan lembut. “Tentu saja dia anakmu, sayang. Aku tak pernah lupa jeritanmu beberapa bulan yang lalu di ruang persalinan.”

Nala termenung sejenak dan mendorong kecil Bram agar tidak salah tingkah. Hal kecil seperti ini yang membuat Nala tak kuasa menolak pesona suaminya meskipun terkadang terkesan misterius.

“Kenapa kau masuk kamar saat pakaianmu kotor, sih?”

“Oh, aku lupa kalau ada pakaian usang yang akan kubuang. Sepertinya bisa kugunakan untuk kain lap motorku.”

“Kau ini ada-ada saja.” Nala membantu Bram mencari pakaian yang dimaksud di lemari, sebelum akhirnya menyerahkannya. “Kalau sudah, nanti aku buatkan kopi, ya.”

Sayangnya, sebuah pemandangan indah keluarga harmonis itu tak bertahan lama.

Bram tak pernah mencicipi kopinya.

Sebelum menghilang, Nala mendengar Bram mendapatkan panggilan dari teleponnya dan tampak hanyut dalam obrolan yang serius. Keheningan terjadi selama 30 menit setelahnya, dan terdengar suara motor menjauh dari garasi.

Nala terkejut. Ia bergegas keluar dan mendapati Bram dan motornya menghilang. Tanpa sedikitpun kata pamit yang terlontar. Berkali-kali Nala menghubunginya, dan panggilan selalu dialihkan ke kotak suara.

“Kau gila, ya? Apa yang membuatmu pergi begitu saja tanpa memberitahuku apa-apa? Apa yang terjadi padamu?”

Klik!

Karena putus asa, Nala mengirimi Bram pesan suara yang entah kapan akan dibuka oleh suaminya itu.

Dalam kesunyian malam, Nala menangis. Ia berusaha menahan diri agar napas berat dan suaranya tak membangunkan anaknya yang baru saja tertidur.

Bram. Nala berkenalan dengannya saat mereka sama-sama menjadi tenaga sukarelawan di wilayah banjir bandang di sebuah kota, dua tahun yang lalu. Saat itu, Nala masih bekerja sebagai seorang akuntan. Sedangkan Bram mengaku sebagai seorang radiografer di rumah sakit. Mereka sudah saling suka sejak pertama kali bertemu sampai setahun berikutnya mereka memutuskan menikah.

Tapi, Nala tak pernah mengetahui apa pun tentang asal usul Bram. Bahkan, ia tak mengenal keluarga suaminya itu sama sekali.

“Kau di mana, Bram?”

Ini bukan pertama kalinya Bram menghilang tanpa bisa dihubungi. Saat dulu menjalin kasih, Bram pernah tak bisa dihubungi selama 3 hari lamanya dan nomernya tidak aktif.

Saat itu, Bram beralasan telepon genggamnya rusak dan mengalami kecelakaan yang menyebabkan tangannya tak bisa menghubungi Nala karena digips.

“Tidak!” tukas Nala. “Tidak mungkin. Nala, sadarkan dirimu! Dia Bram, suamimu. Kau seharusnya mempercayainya dan menunggunya kembali.”

Ya, Nala pada akhirnya menunggu Bram kembali dan mencoba menahan rasa penasarannya sampai suaminya datang.

Namun, tiga hari setelahnya, Nala malah menemukan sepucuk surat di depan pintu rumahnya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dina0505
waduh si Bram bikin Nala ketar ketir
goodnovel comment avatar
Lavinka
bikin penasaran kak. kira-kira si Bram ini ke mana yah?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 2: Suamiku seorang mata-mata

    Hari itu hujan. Bayangan tubuh Nala menggelap, seiring dengan suara petir yang bersahutan membangunkan seorang balita. Tangis pecah terdengar di seluruh penjuru rumah. Nala bergeming, tak mempedulikan anaknya yang meronta-ronta ketakutan. Sepucuk surat dibacanya dengan tangan bergetar.‘Aku harus pergi, Nala. Sudah saatnya langit menjemputku. Mungkin, di kemudian hari, saat air sudah bisa kutunggangi, aku akan kembali. Jangan tunggu aku. Aku mencintaimu, Nala. Dan Bayu.’Pintu gerbang sudah dikunci, tapi melihat ada seseorang yang bisa masuk sampai pintu depan rumah dengan mudah tanpa adanya alarm yang berbunyi…Nala bergegas mengecek CCTV.Benar.“Kau datang, Bram.”Bram tampak muncul di CCTV. Ia membuka gerbang dan berdiri cukup lama di depan pintu rumah sampai ia mengeluarkan sepucuk surat. Setelah meletakkan surat itu di lantai, Bram beranjak pergi. Ia menengadahkan wajahnya melihat CCTV. Ia menjulurkan ta

    Last Updated : 2024-03-19
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 3: Pria berwajah Bram

    “Jadi, begitu, ya..” Nara berkomentar. Ia tampak tak terlalu terkejut. “Kalian berdua sama-sama agen intelijen negara. Kakak beradik, satu profesi, tato yang sama.”“Tato itu urusan lain.” sahut pria itu.“Boleh aku mengetahui namamu?”“Bram.” jawab pria itu.Nala mendengus kesal. “Jangan konyol. Kau bisa memikirkan nama samaran yang lain, kan? Seorang agen bukankah orang yang kreatif?”“Sial. Padahal itu nama samaranku selama ini. Kakakku sudah memakainya duluan.” Pria itu melemparkan dirinya ke sofa di pinggir Nala. Ia tampak berpikir.“Ya, sudah. Jadi Bram saja.”“Ya, kurasa itu solusi bagus.” Pria itu tiba-tiba terkejut. “Apa? Maksudmu aku menjadi Bram?”“Ya. Kau gantikan posisinya saja. Aku harus bilang apa pada tetanggaku, pada teman-temannya, dan orang-orang yang mengenalku? Ribet.” Lebih dari itu, ia juga kebingungan bagaimana menjelaskan kepada Bayu, anaknya, alasan ayahnya tiba-tiba menghilan

    Last Updated : 2024-03-20
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 4: Kami berciuman

    Sepuluh tahun kemudian..“Ah..” Suara desahan memecah lagu heavy metal yang mengisi seluruh kamar. Tampak seorang wanita berambut pirang menggerakan pinggulnya di atas tubuh Blue. Tubuh mereka setengah telanjang, dan wanita itu tampak masih mengenakan stiletto.Blue menarik wajah wanita pirang bertubuh semampai itu dan menciuminya, seolah desahannya dapat mengganggu ritme permainan mereka. Tangan Blue sibuk meraba punggung wanita itu sampai tak tahu kalau ada seseorang sedang mengawasinya dari pintu. Sosok wanita, yang berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya. Wajahnya sudah dipenuhi rasa kesal.“Sepertinya kau bersenang-senang lagi, ya.”Pinggul wanita pirang berhenti dan Blue berhenti menciumnya. Mereka terkejut melihat Nala. “Kyaaa!!” pekik wanita itu.“Oh, halo. Kau..” Nala menyipitkan matanya, mencoba mengenali wanita pirang itu. “Aku.. baru mengenalmu ya?”“Si.. siapa kau?” tanya wanita pirang. Nala berjalan ke

    Last Updated : 2024-03-21
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 5: Bayang-bayang Bram

    Blue dan Nala kelabakan. Mereka tak pernah menyangka akan bercumbu di depan seorang anak berusia 10 tahun. Apalagi Nala. Fakta kalau ia adalah seorang ibu, sangat mengganggunya. Padahal, mereka berpindah-pindah karena Nala sedang mencari kemana suaminya pergi.“Anu, sebenarnya..”“Tidurku terganggu karena suara pintu yang dibanting.” Bayu memotong kata-kata Nala. Ia tak tega melihat ibunya berusaha mencari alasan. “Sudahlah, aku mengerti apa yang terjadi.”“Kau mengerti apa yang terjadi?” tanya Nala, heran. Bagaimana mungkin seorang anak imut-imut bisa terlihat tenang saat melihat dua orang yang seharusnya tidak bercumbu malah tertangkap basah.Blue mendengus. “Kau tidak tahu kalau Bayu ini unik?”Bayu mengangkat bahunya, seolah tak peduli. Ia berjalan mendekati tempat tidur, mencari celah di antara Nala dan Blue. Ia merapikan bantalnya, sebelum menidurinya. “Jadi, Bu. Kau bekerja dimana?”“Ehem,” Nala berdeham, berusaha mengharg

    Last Updated : 2024-03-22
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 6: Blue dan alkohol sialan

    Bayu sudah terlelap saat senja datang. Nala menghisap rokoknya di balkon kamar sambil melihat lampu kota bertebaran. Bau lembab mulai memasuki paru-parunya, berlomba dengan asap rokok yang menusuk. Angin menerbangkan rambutnya. Nala berusaha tak memikirkan apapun. Ia berjuang keras untuk menyuruh otaknya beristirahat. Ada banyak hal yang sudah terjadi belakangan ini, membuat hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam semalam, sepuluh tahun yang lalu.Nala berdiri anggun, memantapkan posisi dan bernafas tanpa suara, menikmati petang di ibukota. Meskipun dalam kondisi tenang, benaknya tetap berteriak mengagungkan sebuah nama.Bram.“Nala..”Nala menoleh. Blue membawa dua cangkir teh panas dan menaruhnya di meja terdekat. Ia menyalakan rokoknya, dan berjalan ke tempat Nala berdiri.“Hari ini makan malamnya apa?”“Sepertinya menu khususnya kepiting. Aku alergi makanan laut, jadi kita pesan layanan kamar saja.”Sebenarnya, Nala tahu kalau hotel pasti sudah menyiapkan menu

    Last Updated : 2024-03-23
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 7: Apakah kami akhirnya menetap?

    “Hoahmm..”Nala meregangkan tubuhnya. Tangannya mengenai kepala Bayu yang sudah lebih dulu terjaga dan memilih membaca novel detektif.“Pagi sayangnya akuuu..” Nala menarik pipi Bayu dan mengecupnya.Bayu menarik diri. “Ibu bau alkohol.”Mendengar hal itu, Nala menghembuskan nafas ke arah telapak tangannya. “Ha.. Ha.. Wah, iya. Ibu semalem mabuk, ya?”“Kayaknya, sih, begitu.”Nala menekan kepalanya. Ia merasa seolah ada sesuatu yang terlupakan, entah apa. “Blue mana?”“Paman sudah pergi daritadi.”“Eh? Kemana?”Bayu mengangkat bahunya. “Mencari hotel baru, mungkin. Atau ke klub.”Nala tertawa. “Mana ada klub yang buka pagi-pagi?”Bayu melirik ibunya yang tampaknya masih setengah terjaga. Bayu juga membantu Nala membersihkan kotoran di kedua matanya. “Aku tidak bilang paman pergi pagi-pagi. Kurasa dia belum pulang sejak kemarin.”“Kenapa?”“Karena kamar mandinya kering saat aku pakai subuh tadi, dan paman sudah tidak ada. Kupikir, antara dia pergi buru-buru tanpa mandi, atau memang bel

    Last Updated : 2024-03-23
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 8: Tempat asing

    Dalam waktu kurang dari seminggu, Nala, Bayu, dan Blue, sudah menemukan rumah layak huni yang dekat dengan rumah sakit tempat Nala bekerja. Mereka memilih perumahan yang tidak terlalu ramai, dan dekat dengan fasilitas umum agar tidak terlalu sering keluar lingkungan. Rumah mereka dua tingkat, dengan bagasi dan taman lebar yang menjadi satu dan memiliki banyak kaca di bagian belakang. Dindingnya cukup tinggi, membuat suasana di dalam rumah cukup sejuk, didukung dengan sirkulasi udara yang bagus. Lantai bawah rumah ini terdiri dari ruang tamu yang juga bisa menjadi ruang keluarga, kamar mandi kecil, dan dapur. Sedangkan di lantai atas terdapat satu kamar kecil, satu kamar mandi dan satu kamar besar dengan kamar mandi dalam. Luas tanahnya tak begitu besar, sekitar separuh luas tanah rumah Nala dan Bram sepuluh tahun lalu. Kalau dipikir-pikir, kota tempat tinggal Nala dulu memang kota kecil yang harga tanahnya cukup murah. Sedangkan kota ini adalah ibukota negara, ya

    Last Updated : 2024-03-24
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 9: Lingkungan baru, kasus baru

    Nala, Bayu, dan Blue, duduk melingkar di atas tempat tidur. Bayu memeluk boneka serigala kecilnya. Kata Nala, itu satu-satunya benda yang dibelikan ayahnya, Bram, yang bisa dibawa. Mereka bertiga tampak serius menyusun rencana, membahas soal peran apa yang akan mereka lakukan: menjadi ‘keluarga’ sungguhan.“Kapan kau mulai masuk kerja?” tanya Blue.Nala menempelkan telunjuknya ke dagu, berpikir. “Kupikir mulai minggu depan. Pembukaan rumah sakit itu sendiri masih satu bulan lagi. Sepertinya seluruh karyawan masuk lebih awal untuk mempersiapkan segala hal sebelum rumah sakit benar-benar menerima pasien.”“Sejauh yang kau tahu, rumah sakit ini punya berapa poli?”Nala menghitung dengan jari-jarinya. “Seingatku, aku melihat ada tujuh papan nama poli. Kandungan, bedah, penyakit gigi dan mulut, orthopaedi, paru, penyakit dalam, dan satu papan terbalik jadi aku tidak tahu apa yang tertulis.”“Poli anak.” sahut Bayu. “Poli kandungan selalu dibar

    Last Updated : 2024-03-25

Latest chapter

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 210: Epilog

    Setahun kemudian.. Sky, Nala, dan Bayu, sedang menikmati sore di taman kota. Setelah sekian lama berjuang melawan berbagai tantangan dalam hidup, mereka akhirnya menemukan kedamaian dan kebahagiaan di kehidupan mereka saat ini. Bayu baru saja mulai bersekolah lagi di SD Matahari bersama teman-temannya, Joana dan Aldo. Mereka tinggal di kompleks yang sama dengan Joana dan Aldo, sehingga setelah berjalan-jalan santai, mereka kembali ke rumah mereka. Anya telah meniti karier yang sukses sebagai direktur Rumah Sakit Besari, mendedikasikan dirinya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di komunitas mereka. Elang Group, perusahaan yang dipimpin oleh Blue, atau yang sekarang dikenal sebagai Langit, terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Sementara itu, Rose berhasil mendapatkan naturalisasi dan membuka toko bunga yang indah di dekat kompleks tempat tinggal Nala. Tokonya menjadi tempat favorit bagi penduduk setempat yang mengagumi keahli

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 209: Hutang yang terbayar

    Tiger, Nala dan Rose tiba di tepi pantai dengan napas terengah-engah, terdengar gemuruh ombak di kejauhan. Mereka menghentikan langkah mereka mendadak ketika mendengar suara letusan yang mengejutkan dari arah dermaga.Dor!Hati Nala berdebar kencang, naluri mereka langsung mengarahkan pandangan ke arah Sky dan Blue yang terendam di dalam air.Nala, dengan mata berkaca-kaca, berlari mendekati Sky yang terdampar di tepi pantai. Dengan gemetar, dia jatuh berlutut di pasir pantai. Riak air tiba-tiba berhenti, menandakan mereka berdua sudah jauh tenggelam.Nala dan Rose mencoba mendekati tempat kejadian, namun para polisi mencegahnya. Beberapa petugas ada yang menyelam, mencari mereka. Namun, nihil. Tak ada tanda-tanda tubuh mereka ditemukan."Sepertinya mereka terbawa arus," ucap salah satu di antara mereka. "Kami tidak menemukan apapun."Rose dan Nala menjerit tak karuan. Setelah beberapa saat, mereka mencoba menenangkan diri di pin

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 208: Pengejaran

    Sky dan Blue memacu mobil mereka dengan cepat mengejar Hartono yang melarikan diri. Lampu-lampu kota yang masih hidup, berkedip-kedip di sekitar mereka saat mereka melaju melewati jalan-jalan yang ramai. Mereka mengejar mobil Hartono yang berbelok-belok di antara lalu lintas, mencoba untuk tidak kehilangan jejak."Kita hampir mendapatkannya!" seru Sky, matanya tetap fokus pada mobil di depan mereka.Blue, yang duduk di kursi penumpang dengan tegang, mengangguk setuju. "Tetap fokus, Sky. Kita harus menangkapnya sebelum dia bisa kabur lebih jauh."Mereka terus memacu mobil mereka, mengikuti dengan cermat setiap gerakan mobil Hartono. Jalanan mulai sepi ketika mereka mendekati dermaga yang terletak di pinggiran kota. Lampu-lampu jalan redup di belakang mereka, memantulkan kekhawatiran yang mereka rasakan.Hartono, yang terus melaju dengan cepat, akhirnya memarkir mobilnya di ujung dermaga yang sepi. Dia keluar dengan cepat, menghadapi Sky dan Blue ya

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 207: Sedikit lagi!

    Suara letusan senjata menggelegar di dalam vila yang sunyi, menyela hening pagi yang mulai terang. Tiger, yang menunggu di mobil dengan tegang, mendongak mendengar itu. Dia menatap Nala dengan mata penuh kekhawatiran."Kau merasa gugup?" Tiger bertanya dengan lembut. "Setelah ini, semuanya akan berakhir."Nala, yang duduk di sampingnya dengan wajah tegang, menggeleng pelan. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri meskipun jantungnya berdegup kencang."Ya, sedikit," jawab Nala akhirnya, suaranya bergetar sedikit. "Ini semua terasa seperti mimpi buruk. Kuharap tidak ada yang terluka dari letusan itu."Tiger meraih tangan Nala dengan penuh dukungan. "Kita akan melalui ini bersama-sama, Nala. Kami sudah mendekati akhir dari semua ini."Mereka berdua duduk dalam hening sejenak, mengumpulkan keberanian dan fokus untuk apa yang akan mereka hadapi selanjutnya.Lalu, tiba-tiba suara radio mengejutkan mereka."Lapor, Tiger.

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 206: Anya berduka

    "Ahhhh!!!" Olivia, dengan hati yang penuh kegelisahan, melihat Pak Was jatuh dari balkon dengan terkejut yang mendalam. "Tidak, tidak. Was!! Was, jangan tinggalkan aku, Was. Jangan pergi! Was! Kau sudah berjanji padaku, Was. Kau harus hidup, jangan tinggalkan aku! Jangan tinggalkan akuu!!!"Olivia berteriak histeris, mencoba menjangkau pak Was yang terbaring tak bergerak di tanah. Anya, putrinya yang ketakutan, berlari mendekat untuk menahan ibunya. Namun, dalam kepanikan yang melanda, Olivia terlalu kuat untuk ditahan."Mama, sudah. Jangan seperti ini, atau mama akan jatuh. Ma, tolong. Ayo, ma kita turun. Ma,"Anya bisa melihat dari kejauhan kalau rumahnya sudah dikepung. Ia tahu sebentar lagi akan menjadi akhir dari perjalanan orang tuanya dalam melakukan kejahatan. Tapi, ia sendiri tidak menyangka akan menyaksikan peristiwa jatuhnya Pak Was. Dari tampilannya, tampaknya tubuh Pak Was sudah tak lagi bernyawa. Pria itu sudah tak lagi bisa diselam

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 205: Selamat tinggal, Pak Was

    Di luar jendela, matahari mulai terbit, menyisakan langit senja yang memancarkan cahaya oranye dan merah muda yang lembut. Suasana itu memberikan kontras dengan keheningan yang menyelimuti ruangan Hartono yang sepi.Pikirannya melayang ke masa lalu, saat semuanya masih normal. Pak Was, yang selalu setia dan dedikatif dalam pekerjaannya, kini telah mengkhianatinya. Dia merasa kehilangan sosok yang telah menjadi bagian dari kehidupannya selama bertahun-tahun.Hartono menatap foto keluarganya, foto Liliana dan kedua anak kembarnya, di meja kerjanya, sorot matanya tampak penuh penyesalan. Dia berdoa dalam hati, berharap agar Liliana tenang di tempat yang lebih baik.Suasana pagi itu di ruang kerja Hartono memantulkan perasaannya yang campur aduk: kesedihan, penyesalan, dan tekad balas dendam yang membara. Langit fajar yang merona menjadi saksi dari perubahan yang mendalam dalam hidupnya, suatu perubahan yang tidak pernah dia rencanakan atau bayangkan sebelumny

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 204: Meluncur!

    Setelah perjalanan yang tegang dan cepat dari kota menuju vila terpencil di pinggiran hutan, Blue, Nala, Sky, dan Rose tiba di tempat tujuan mereka. Hutan di sekeliling vila memberikan kesan sunyi namun tegang, dengan sinar fajar yang mulai membuat bayangan di balik pohon-pohon rimbun. Mereka turun dari mobil dengan hati-hati, siap untuk bertindak cepat dan efisien, menunggu pasukan lain dan Tiger tiba.Setelah beberapa saat, belasan mobil polisi dan dua mobil yang mengangkut pasukan khusus, mulai berdatangan. Tiger muncul di antara mereka dengan membawa senapan laras panjang dan senyum di wajahnya."Bagaimana? Siap?" pria itu bertanya. "Helikopter sudah dalam perjalanan. Kali ini, Hartono tidak akan kabur.""Bukankah jumlah ini terlalu berlebihan?" Rose tampak melongo dengan sejumlah pasukan yang mengitari mereka. "Memangnya kita menangkap gerombolan orang jahat ya?""Ya, Hartono setara dengan ratusan penjahat, sih. Jadi ini sepadan, hehe."

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 203: Suara letusan

    Anya melangkah dengan cepat di koridor vila, menuju kamar Olivia. Setiap langkah yang ia ambil, membuat ingatannya memainkan gambaran masa lalu yang penuh cahaya, berbeda dengan suasana saat ini yang dipenuhi dengan ketegangan dan kekhawatiran. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri sambil mencari-cari ibunya, Olivia, yang mungkin masih terlelap dan tidak tahu atas apa yang akan terjadi.Sebagai anak dari Olivia dan Hartono, Anya tumbuh di lingkungan yang sering kali menawarkan lebih banyak teka-teki daripada jawaban. Ayahnya, Hartono, adalah seorang pria yang selalu tampak gelap dan misterius yang dibalut dengan senyum hangatnya, sementara ibunya, Olivia, adalah sosok yang mencoba sekuat tenaga untuk menjaga ketenangan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga mereka, tentu saja dengan cara-cara licik yang belakangan Anya ketahui. Namun, situasi yang sering kali tegang dan penuh tekanan telah membuat Anya belajar untuk memilih langkah-langkahnya denga

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 202: Mari tangkap Hartono!

    Suasana malam yang dingin dan tenang menyelimuti kota saat Sky, Nala, Blue, dan Rose menerima telepon darurat dari Anya. Mereka duduk bersama di ruang tengah pondok kayu, tempat mereka kini berkumpul, atmosfer yang sebelumnya santai berubah menjadi tegang seketika. Anya, dengan suara gemetar, memberitahukan bahwa Hartono memergoki istrinya, Olivia, sedang bermesraan dengan Pak Was. Entah bermesraan yang seperti apa, yang pasti Anya tampak takut akan terjadi sesuatu yang buruk.Sky, yang duduk di sofa dengan laptopnya, segera menutup layar dan menatap serius ke arah Blue dan Nala. "Kita harus segera ke sana. Anya bilang dia sudah mengirimkan alamatnya padamu, kan?"Blue, yang biasanya santai, kini tampak tegang. Dia mengangguk cepat. "Aku ambil kunci mobil."Nala, yang sedang mengaduk secangkir teh, menaruh sendoknya perlahan. "Aku ambil kit medis dari lemari."Rose, yang duduk di pojok ruangan dengan buku di tangannya, mengangguk setuju. "Aku ambi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status