Home / Romansa / Suamiku seorang Mata-Mata / Bab 3: Pria berwajah Bram

Share

Bab 3: Pria berwajah Bram

Author: sweetchocosin
last update Last Updated: 2024-03-20 18:41:09

“Jadi, begitu, ya..” Nara berkomentar. Ia tampak tak terlalu terkejut. “Kalian berdua sama-sama agen intelijen negara. Kakak beradik, satu profesi, tato yang sama.”

“Tato itu urusan lain.” sahut pria itu.

“Boleh aku mengetahui namamu?”

“Bram.” jawab pria itu.

Nala mendengus kesal. “Jangan konyol. Kau bisa memikirkan nama samaran yang lain, kan? Seorang agen bukankah orang yang kreatif?”

“Sial. Padahal itu nama samaranku selama ini. Kakakku sudah memakainya duluan.” Pria itu melemparkan dirinya ke sofa di pinggir Nala. Ia tampak berpikir.

“Ya, sudah. Jadi Bram saja.”

“Ya, kurasa itu solusi bagus.” Pria itu tiba-tiba terkejut. “Apa? Maksudmu aku menjadi Bram?”

“Ya. Kau gantikan posisinya saja. Aku harus bilang apa pada tetanggaku, pada teman-temannya, dan orang-orang yang mengenalku? Ribet.”

Lebih dari itu, ia juga kebingungan bagaimana menjelaskan kepada Bayu, anaknya, alasan ayahnya tiba-tiba menghilang karena sedang bertugas melayani negara dari balik layar.

“Tapi, aku ada tugas lain setelah ini.” tukas pria itu.

“Apa?”

“Mencari kakakku.”

Nala tertawa. “Ya, sudah. Solusi paling aman adalah mencarinya, kan? Tidak kah kau pikir lebih baik menyamar sebagai orang yang kau cari untuk memancingnya keluar?”

Pria itu termenung. Ia tak menyangka Nala bisa berpikir sekritis itu. Dalam hati, ia mengakui kehebatan kakaknya memilih wanita ini sebagai istrinya.

“Boleh juga.”

“Selain itu,” tambah Nala. “Aku tidak ingin Bayu hidup tanpa ayah sepertiku.”

Nala bukannya seorang yatim piatu. Dulunya, ia seorang anak perempuan bahagia sampai ayahnya mendadak meninggalkannya bersama ibunya. Karena frustasi, ibunya menikahi pria lain dan ‘membuang’ Nala dalam asuhan neneknya di sebuah pedesaan yang jauh.

Sebenarnya, masa lalu Nala adalah cerita pahit yang panjang. Ia bahkan cukup jarang menceritakan masa kecilnya kepada Bram ketika sedang dalam tahap pendekatan. Satu-satunya yang bisa Nala banggakan adalah kedai bubur enak milik neneknya.

Nala membuka topi rajut pria itu, yang kini mengganti posisi Bram. Tampak rambutnya lurus, berbeda dengan suaminya yang memiliki rambut keriting keong.

“Rambutmu lurus.”

“Iya, kenapa? Seksi, ya?”

“Aku bisa mengenyahkanmu, asal kau tahu.” ujar Nala, sebal. “Ceritakan padaku semuanya!”

Pria itu tampak ragu. Ia menimbang seberapa berbahayanya posisi Nala kalau ikut terjebak dalam posisi ini. Tapi, ia juga ingin mencari kakaknya.

Setidaknya kalau aku berpura-pura menjadi suaminya, aku bisa melindunginya untuk kakakku, pikirnya.

Setelah itu, pria itu pun memulai ceritanya. Bram adalah seorang agen yang sudah pensiun. Sebenarnya, ia pernah menangani suatu kasus yang melibatkan sebuah gembong narkoba besar yang susah dilacak. Setelah Bram berhasil menaklukan orang nomer dua di organisasi itu, Bram memilih pensiun karena alasan pribadi.

“Apakah itu ada hubungannya dengan menikahiku?” tanya Nala.

“Jangan GR! Aku tahu dia memang ingin pensiun karena ingin punya bengkel sendiri dan hidup tenang.”

Nala berusaha keras untuk tidak meninju pria itu demi mendengar lanjutan ceritanya.

Pria itu melanjutkan ceritanya. Bram menjadi agen sejak lulus SMP. Sebenarnya dia memang dididik untuk menjadi agen. Bahkan, ia diarahkan untuk mengambil banyak kelas keterampilan termasuk mengambil gelar untuk itu.

Gelar aslinya hanya 2. Sisanya, adalah gelar palsu. Bram pernah selama 2 tahun menjadi seorang dokter hewan demi menyusup di suatu organisasi penyelundupan hewan langka.

“Aku tahu itu.” potong Nala. “Bram pernah memberitahuku kalau pernah dibiayai oleh sosok misterius yang pendapatannya naik-turun.”

Pria itu terdiam. Ia tak tahu harus melanjutkan ceritanya dengan kalimat apa. Ia pikir, sepertinya kakaknya sudah memberi gambaran lain soal panti asuhan dan asal-usul pembiayaan mereka.

Kini, ia berusaha untuk berhati-hati agar tidak membuat Nala berpikir yang tidak-tidak terkait masa lalu mereka sebagai kakak beradik.

“Umur asli Bram, berapa?”

“Kau pikir berapa?”

“50 tahun?”

“Kau ini bodoh, ya?”

Nala menghela nafas lega. Setidaknya, ia tahu kalau tidak sedang menikahi seseorang yang berusia sama dengan ibunya.

“Singkatnya, organisasi narkoba ini sudah mengakar di negeri ini, dan sudah menewaskan banyak agen sejak kakakku memasukkan salah satu orang pentingnya ke penjara. Kakakku dipanggil oleh pusat, dan dalam waktu 3 hari, kakakku tidak bisa dihubungi lagi. Lalu aku diarahkan untuk mencari tahu. Sampailah aku disini.”

“Apa ada kemungkinan aku akan dibunuh setelah aku mengetahui fakta ini?” tanya Nala.

“Tentu saja.”

Nala terhenyak. Sebenarnya, kenapa Tuhan memberikan kehidupan yang pelik dan rumit begini padanya.

“Aku jadi Bram, kan?”

“Apa?”

“Kalau begitu, aku suamimu kan?”

Nala menatap pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dilihat bagaimanapun, pria itu memiliki perawakan yang sama dengan suaminya, bahkan garis wajah yang mirip. Yang membedakan hanya rambut dan warna kulit Bram yang lebih gelap.

“Tapi aku akan membunuhmu kalau kau berani menyentuhku.” ancam Nala. “Kita harus mencari Bram, bagaimanapun caranya.”

“Ya, oke. Terserah padamu saja.”

Nala teringat sesuatu. Lalu, ia beranjak. Mencari di sekitar ruang tamu, dan kembali lagi ke ruang tengah.

Nala menyodorkan surat dari Bram kepada pria itu. “Kau tahu apa maksud metafora ini?”

Pria itu nampak serius membaca surat dari Bram. “Ya, aku tahu. Tapi, kau tanya saja kepada kakakku langsung. Pantang menyebutkan nama asli seorang agen saat sedang bertugas.”

“Eh? Di surat itu ada nama aslinya?” Nala merebut surat itu dan membacanya lagi. Namun, Nala tidak menemukan apapun.

“Sky.” kata pria itu.

“Apa?”

“Sky adalah kode kakakku sebagai agen. Sedangkan aku Blue.”

Sky, pikir Nala. Nama yang bagus dan sangat Bram sekali.

“Blue, nama organisasi narkoba itu.. apakah Elang Grup?”

Blue tampak terkejut. Keringat dingin mengalir disekitar pelipisnya. Ia khawatir kalau-kalau kakaknya tak sengaja membeberkan rahasia saat mabuk pada Nala. “Kau.. Bagaimana kau mengetahuinya? Apa Sky pernah memberitahumu sesuatu tentang Elang Grup?”

Nala menggeleng pelan. “Aku pernah menemukan.. sesuatu.”

Blue mendesah kesal. “Oh, kau mengutil ya?”

Nala melempari Blue dengan boneka Kokeshi, mainan Bayu. Tentu saja Blue dengan cepat mengelak.

“Aku pernah menemukan sebuah dokumen yang berstempelkan nama perusahaan itu. Tapi, bukankah Elang Grup sebuah perusahaan makanan terkenal?” tanya Nala. “Tidak ada yang aneh dengan perusahaan itu. Bahkan beberapa kali muncul diberita bahwa mereka sudah banyak memberikan bantuan untuk anak-anak, termasuk ke panti asuhan.”

Rahang Blue mengeras. Tampaknya ia sudah cukup marah. “Tapi mereka banyak membunuh orang dan anak-anak juga, sebenarnya.”

Nala terdiam. Ia sudah muak dengan segala hal yang terjadi di hidupnya. Dulu, ia pasrah saat ditinggalkan oleh ayah, ibu dan neneknya. Sekarang, ia tak mau lagi ditinggalkan siapapun.

“Blue..” panggil Nala. Dadanya bergemuruh. Matanya menyala-nyala. Hatinya berkobar karena marah. Siapa yang dengan berani merebut suaminya yang penyayang? Siapa yang berani menculik suaminya yang takut serangga?

Nala sudah bertekad. “Ayo, kita cari Bram!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dina0505
hati2 Nala jangan sampai permintaan kamu jadi Boomerang untuk diri kamu sendiri
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 4: Kami berciuman

    Sepuluh tahun kemudian..“Ah..” Suara desahan memecah lagu heavy metal yang mengisi seluruh kamar. Tampak seorang wanita berambut pirang menggerakan pinggulnya di atas tubuh Blue. Tubuh mereka setengah telanjang, dan wanita itu tampak masih mengenakan stiletto.Blue menarik wajah wanita pirang bertubuh semampai itu dan menciuminya, seolah desahannya dapat mengganggu ritme permainan mereka. Tangan Blue sibuk meraba punggung wanita itu sampai tak tahu kalau ada seseorang sedang mengawasinya dari pintu. Sosok wanita, yang berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya. Wajahnya sudah dipenuhi rasa kesal.“Sepertinya kau bersenang-senang lagi, ya.”Pinggul wanita pirang berhenti dan Blue berhenti menciumnya. Mereka terkejut melihat Nala. “Kyaaa!!” pekik wanita itu.“Oh, halo. Kau..” Nala menyipitkan matanya, mencoba mengenali wanita pirang itu. “Aku.. baru mengenalmu ya?”“Si.. siapa kau?” tanya wanita pirang. Nala berjalan ke

    Last Updated : 2024-03-21
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 5: Bayang-bayang Bram

    Blue dan Nala kelabakan. Mereka tak pernah menyangka akan bercumbu di depan seorang anak berusia 10 tahun. Apalagi Nala. Fakta kalau ia adalah seorang ibu, sangat mengganggunya. Padahal, mereka berpindah-pindah karena Nala sedang mencari kemana suaminya pergi.“Anu, sebenarnya..”“Tidurku terganggu karena suara pintu yang dibanting.” Bayu memotong kata-kata Nala. Ia tak tega melihat ibunya berusaha mencari alasan. “Sudahlah, aku mengerti apa yang terjadi.”“Kau mengerti apa yang terjadi?” tanya Nala, heran. Bagaimana mungkin seorang anak imut-imut bisa terlihat tenang saat melihat dua orang yang seharusnya tidak bercumbu malah tertangkap basah.Blue mendengus. “Kau tidak tahu kalau Bayu ini unik?”Bayu mengangkat bahunya, seolah tak peduli. Ia berjalan mendekati tempat tidur, mencari celah di antara Nala dan Blue. Ia merapikan bantalnya, sebelum menidurinya. “Jadi, Bu. Kau bekerja dimana?”“Ehem,” Nala berdeham, berusaha mengharg

    Last Updated : 2024-03-22
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 6: Blue dan alkohol sialan

    Bayu sudah terlelap saat senja datang. Nala menghisap rokoknya di balkon kamar sambil melihat lampu kota bertebaran. Bau lembab mulai memasuki paru-parunya, berlomba dengan asap rokok yang menusuk. Angin menerbangkan rambutnya. Nala berusaha tak memikirkan apapun. Ia berjuang keras untuk menyuruh otaknya beristirahat. Ada banyak hal yang sudah terjadi belakangan ini, membuat hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam semalam, sepuluh tahun yang lalu.Nala berdiri anggun, memantapkan posisi dan bernafas tanpa suara, menikmati petang di ibukota. Meskipun dalam kondisi tenang, benaknya tetap berteriak mengagungkan sebuah nama.Bram.“Nala..”Nala menoleh. Blue membawa dua cangkir teh panas dan menaruhnya di meja terdekat. Ia menyalakan rokoknya, dan berjalan ke tempat Nala berdiri.“Hari ini makan malamnya apa?”“Sepertinya menu khususnya kepiting. Aku alergi makanan laut, jadi kita pesan layanan kamar saja.”Sebenarnya, Nala tahu kalau hotel pasti sudah menyiapkan menu

    Last Updated : 2024-03-23
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 7: Apakah kami akhirnya menetap?

    “Hoahmm..”Nala meregangkan tubuhnya. Tangannya mengenai kepala Bayu yang sudah lebih dulu terjaga dan memilih membaca novel detektif.“Pagi sayangnya akuuu..” Nala menarik pipi Bayu dan mengecupnya.Bayu menarik diri. “Ibu bau alkohol.”Mendengar hal itu, Nala menghembuskan nafas ke arah telapak tangannya. “Ha.. Ha.. Wah, iya. Ibu semalem mabuk, ya?”“Kayaknya, sih, begitu.”Nala menekan kepalanya. Ia merasa seolah ada sesuatu yang terlupakan, entah apa. “Blue mana?”“Paman sudah pergi daritadi.”“Eh? Kemana?”Bayu mengangkat bahunya. “Mencari hotel baru, mungkin. Atau ke klub.”Nala tertawa. “Mana ada klub yang buka pagi-pagi?”Bayu melirik ibunya yang tampaknya masih setengah terjaga. Bayu juga membantu Nala membersihkan kotoran di kedua matanya. “Aku tidak bilang paman pergi pagi-pagi. Kurasa dia belum pulang sejak kemarin.”“Kenapa?”“Karena kamar mandinya kering saat aku pakai subuh tadi, dan paman sudah tidak ada. Kupikir, antara dia pergi buru-buru tanpa mandi, atau memang bel

    Last Updated : 2024-03-23
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 8: Tempat asing

    Dalam waktu kurang dari seminggu, Nala, Bayu, dan Blue, sudah menemukan rumah layak huni yang dekat dengan rumah sakit tempat Nala bekerja. Mereka memilih perumahan yang tidak terlalu ramai, dan dekat dengan fasilitas umum agar tidak terlalu sering keluar lingkungan. Rumah mereka dua tingkat, dengan bagasi dan taman lebar yang menjadi satu dan memiliki banyak kaca di bagian belakang. Dindingnya cukup tinggi, membuat suasana di dalam rumah cukup sejuk, didukung dengan sirkulasi udara yang bagus. Lantai bawah rumah ini terdiri dari ruang tamu yang juga bisa menjadi ruang keluarga, kamar mandi kecil, dan dapur. Sedangkan di lantai atas terdapat satu kamar kecil, satu kamar mandi dan satu kamar besar dengan kamar mandi dalam. Luas tanahnya tak begitu besar, sekitar separuh luas tanah rumah Nala dan Bram sepuluh tahun lalu. Kalau dipikir-pikir, kota tempat tinggal Nala dulu memang kota kecil yang harga tanahnya cukup murah. Sedangkan kota ini adalah ibukota negara, ya

    Last Updated : 2024-03-24
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 9: Lingkungan baru, kasus baru

    Nala, Bayu, dan Blue, duduk melingkar di atas tempat tidur. Bayu memeluk boneka serigala kecilnya. Kata Nala, itu satu-satunya benda yang dibelikan ayahnya, Bram, yang bisa dibawa. Mereka bertiga tampak serius menyusun rencana, membahas soal peran apa yang akan mereka lakukan: menjadi ‘keluarga’ sungguhan.“Kapan kau mulai masuk kerja?” tanya Blue.Nala menempelkan telunjuknya ke dagu, berpikir. “Kupikir mulai minggu depan. Pembukaan rumah sakit itu sendiri masih satu bulan lagi. Sepertinya seluruh karyawan masuk lebih awal untuk mempersiapkan segala hal sebelum rumah sakit benar-benar menerima pasien.”“Sejauh yang kau tahu, rumah sakit ini punya berapa poli?”Nala menghitung dengan jari-jarinya. “Seingatku, aku melihat ada tujuh papan nama poli. Kandungan, bedah, penyakit gigi dan mulut, orthopaedi, paru, penyakit dalam, dan satu papan terbalik jadi aku tidak tahu apa yang tertulis.”“Poli anak.” sahut Bayu. “Poli kandungan selalu dibar

    Last Updated : 2024-03-25
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 10: Sosok Misterius

    Saat ini, Nala sedang mengendarai sebuah motor matic hitam yang sudah dimodifikasi sehingga suara knalpot dan mesinnya tak terdengar. Sebuah bagasi juga sudah dipasang di belakang jok untuk memudahkannya membawa beberapa barang penting, misalnya saja sebuah senapan. Kecepatannya, setara dengan mesin baru yang sanggup melaju kencang 3 detik setelah mesin dinyalakan. Sedangkan Blue mengendarai sebuah mobil SUV tua 4 pintu berwarna abu gelap, dengan ban yang tinggi. Meskipun keluaran lama, interior mobil tersebut sudah dimutakhirkan dengan teknologi terbaru.Klik!Blue sudah menghubungkan sambungan telepon satelit dengan Bayu dan Nala ke mobilnya. Ia juga sudah menyalakan layar, yang terhubung dengan tablet yang diutak-atik Bayu.“Roger!” seru Blue. “Sudah kau dapatkan plat nomernya?”“Roger!” Bayu, dikelilingi banyak orang, memantau CCTV. “JK 190 L. Pelaku sepertinya sudah keluar dari kompleks.”“Roger!” seru Blue dan Nala, bergantian.Bayu mengutak-atik tabletnya. Tampak ia sudah bisa

    Last Updated : 2024-03-26
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 11: Bayu galau

    Bayu dan Aldo menyambut Nala dan Blue. Aldo sudah tampak riang. Ia nyaris melompat ke pelukan Blue, kalau tidak ditarik oleh Bayu. Tampaknya, suasana penggrebekan penculik menjadi momen paling membahagiakan dalam hidupnya.“Ibu!” seru Bayu. Ia berlari menuju pelukan Nala. Nala bergeming, karena tidak biasanya Bayu bersikap manja. Tapi, ia segera sadar kalau gerak-geriknya sekarang sudah dipantau oleh beberapa pasang mata.“Nala..” kata Sarah. Ia tampak takjub, setengah tak percaya. “Kau tidak apa-apa, kan?”“Kurasa begitu..”Blue berdeham, seolah memberi isyarat kepada Nala agar bersikap sok lemah dan tak berdaya.Nala berhasil menangkap maksud terselubung Blue. “Eh, oh.. ya..” Ia menekan dahinya dan berjalan agak sempoyongan. Bayu memegangi Nala setengah hati, karena tahu ibunya payah saat diminta berakting. “A.. aku agak dehidrasi..”Beberapa orang mengerubungi Nala, namun dengan cekatan, Blue mengambil alih. Ia menyandarkan ke

    Last Updated : 2024-03-27

Latest chapter

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 210: Epilog

    Setahun kemudian.. Sky, Nala, dan Bayu, sedang menikmati sore di taman kota. Setelah sekian lama berjuang melawan berbagai tantangan dalam hidup, mereka akhirnya menemukan kedamaian dan kebahagiaan di kehidupan mereka saat ini. Bayu baru saja mulai bersekolah lagi di SD Matahari bersama teman-temannya, Joana dan Aldo. Mereka tinggal di kompleks yang sama dengan Joana dan Aldo, sehingga setelah berjalan-jalan santai, mereka kembali ke rumah mereka. Anya telah meniti karier yang sukses sebagai direktur Rumah Sakit Besari, mendedikasikan dirinya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di komunitas mereka. Elang Group, perusahaan yang dipimpin oleh Blue, atau yang sekarang dikenal sebagai Langit, terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Sementara itu, Rose berhasil mendapatkan naturalisasi dan membuka toko bunga yang indah di dekat kompleks tempat tinggal Nala. Tokonya menjadi tempat favorit bagi penduduk setempat yang mengagumi keahli

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 209: Hutang yang terbayar

    Tiger, Nala dan Rose tiba di tepi pantai dengan napas terengah-engah, terdengar gemuruh ombak di kejauhan. Mereka menghentikan langkah mereka mendadak ketika mendengar suara letusan yang mengejutkan dari arah dermaga.Dor!Hati Nala berdebar kencang, naluri mereka langsung mengarahkan pandangan ke arah Sky dan Blue yang terendam di dalam air.Nala, dengan mata berkaca-kaca, berlari mendekati Sky yang terdampar di tepi pantai. Dengan gemetar, dia jatuh berlutut di pasir pantai. Riak air tiba-tiba berhenti, menandakan mereka berdua sudah jauh tenggelam.Nala dan Rose mencoba mendekati tempat kejadian, namun para polisi mencegahnya. Beberapa petugas ada yang menyelam, mencari mereka. Namun, nihil. Tak ada tanda-tanda tubuh mereka ditemukan."Sepertinya mereka terbawa arus," ucap salah satu di antara mereka. "Kami tidak menemukan apapun."Rose dan Nala menjerit tak karuan. Setelah beberapa saat, mereka mencoba menenangkan diri di pin

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 208: Pengejaran

    Sky dan Blue memacu mobil mereka dengan cepat mengejar Hartono yang melarikan diri. Lampu-lampu kota yang masih hidup, berkedip-kedip di sekitar mereka saat mereka melaju melewati jalan-jalan yang ramai. Mereka mengejar mobil Hartono yang berbelok-belok di antara lalu lintas, mencoba untuk tidak kehilangan jejak."Kita hampir mendapatkannya!" seru Sky, matanya tetap fokus pada mobil di depan mereka.Blue, yang duduk di kursi penumpang dengan tegang, mengangguk setuju. "Tetap fokus, Sky. Kita harus menangkapnya sebelum dia bisa kabur lebih jauh."Mereka terus memacu mobil mereka, mengikuti dengan cermat setiap gerakan mobil Hartono. Jalanan mulai sepi ketika mereka mendekati dermaga yang terletak di pinggiran kota. Lampu-lampu jalan redup di belakang mereka, memantulkan kekhawatiran yang mereka rasakan.Hartono, yang terus melaju dengan cepat, akhirnya memarkir mobilnya di ujung dermaga yang sepi. Dia keluar dengan cepat, menghadapi Sky dan Blue ya

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 207: Sedikit lagi!

    Suara letusan senjata menggelegar di dalam vila yang sunyi, menyela hening pagi yang mulai terang. Tiger, yang menunggu di mobil dengan tegang, mendongak mendengar itu. Dia menatap Nala dengan mata penuh kekhawatiran."Kau merasa gugup?" Tiger bertanya dengan lembut. "Setelah ini, semuanya akan berakhir."Nala, yang duduk di sampingnya dengan wajah tegang, menggeleng pelan. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri meskipun jantungnya berdegup kencang."Ya, sedikit," jawab Nala akhirnya, suaranya bergetar sedikit. "Ini semua terasa seperti mimpi buruk. Kuharap tidak ada yang terluka dari letusan itu."Tiger meraih tangan Nala dengan penuh dukungan. "Kita akan melalui ini bersama-sama, Nala. Kami sudah mendekati akhir dari semua ini."Mereka berdua duduk dalam hening sejenak, mengumpulkan keberanian dan fokus untuk apa yang akan mereka hadapi selanjutnya.Lalu, tiba-tiba suara radio mengejutkan mereka."Lapor, Tiger.

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 206: Anya berduka

    "Ahhhh!!!" Olivia, dengan hati yang penuh kegelisahan, melihat Pak Was jatuh dari balkon dengan terkejut yang mendalam. "Tidak, tidak. Was!! Was, jangan tinggalkan aku, Was. Jangan pergi! Was! Kau sudah berjanji padaku, Was. Kau harus hidup, jangan tinggalkan aku! Jangan tinggalkan akuu!!!"Olivia berteriak histeris, mencoba menjangkau pak Was yang terbaring tak bergerak di tanah. Anya, putrinya yang ketakutan, berlari mendekat untuk menahan ibunya. Namun, dalam kepanikan yang melanda, Olivia terlalu kuat untuk ditahan."Mama, sudah. Jangan seperti ini, atau mama akan jatuh. Ma, tolong. Ayo, ma kita turun. Ma,"Anya bisa melihat dari kejauhan kalau rumahnya sudah dikepung. Ia tahu sebentar lagi akan menjadi akhir dari perjalanan orang tuanya dalam melakukan kejahatan. Tapi, ia sendiri tidak menyangka akan menyaksikan peristiwa jatuhnya Pak Was. Dari tampilannya, tampaknya tubuh Pak Was sudah tak lagi bernyawa. Pria itu sudah tak lagi bisa diselam

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 205: Selamat tinggal, Pak Was

    Di luar jendela, matahari mulai terbit, menyisakan langit senja yang memancarkan cahaya oranye dan merah muda yang lembut. Suasana itu memberikan kontras dengan keheningan yang menyelimuti ruangan Hartono yang sepi.Pikirannya melayang ke masa lalu, saat semuanya masih normal. Pak Was, yang selalu setia dan dedikatif dalam pekerjaannya, kini telah mengkhianatinya. Dia merasa kehilangan sosok yang telah menjadi bagian dari kehidupannya selama bertahun-tahun.Hartono menatap foto keluarganya, foto Liliana dan kedua anak kembarnya, di meja kerjanya, sorot matanya tampak penuh penyesalan. Dia berdoa dalam hati, berharap agar Liliana tenang di tempat yang lebih baik.Suasana pagi itu di ruang kerja Hartono memantulkan perasaannya yang campur aduk: kesedihan, penyesalan, dan tekad balas dendam yang membara. Langit fajar yang merona menjadi saksi dari perubahan yang mendalam dalam hidupnya, suatu perubahan yang tidak pernah dia rencanakan atau bayangkan sebelumny

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 204: Meluncur!

    Setelah perjalanan yang tegang dan cepat dari kota menuju vila terpencil di pinggiran hutan, Blue, Nala, Sky, dan Rose tiba di tempat tujuan mereka. Hutan di sekeliling vila memberikan kesan sunyi namun tegang, dengan sinar fajar yang mulai membuat bayangan di balik pohon-pohon rimbun. Mereka turun dari mobil dengan hati-hati, siap untuk bertindak cepat dan efisien, menunggu pasukan lain dan Tiger tiba.Setelah beberapa saat, belasan mobil polisi dan dua mobil yang mengangkut pasukan khusus, mulai berdatangan. Tiger muncul di antara mereka dengan membawa senapan laras panjang dan senyum di wajahnya."Bagaimana? Siap?" pria itu bertanya. "Helikopter sudah dalam perjalanan. Kali ini, Hartono tidak akan kabur.""Bukankah jumlah ini terlalu berlebihan?" Rose tampak melongo dengan sejumlah pasukan yang mengitari mereka. "Memangnya kita menangkap gerombolan orang jahat ya?""Ya, Hartono setara dengan ratusan penjahat, sih. Jadi ini sepadan, hehe."

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 203: Suara letusan

    Anya melangkah dengan cepat di koridor vila, menuju kamar Olivia. Setiap langkah yang ia ambil, membuat ingatannya memainkan gambaran masa lalu yang penuh cahaya, berbeda dengan suasana saat ini yang dipenuhi dengan ketegangan dan kekhawatiran. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri sambil mencari-cari ibunya, Olivia, yang mungkin masih terlelap dan tidak tahu atas apa yang akan terjadi.Sebagai anak dari Olivia dan Hartono, Anya tumbuh di lingkungan yang sering kali menawarkan lebih banyak teka-teki daripada jawaban. Ayahnya, Hartono, adalah seorang pria yang selalu tampak gelap dan misterius yang dibalut dengan senyum hangatnya, sementara ibunya, Olivia, adalah sosok yang mencoba sekuat tenaga untuk menjaga ketenangan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga mereka, tentu saja dengan cara-cara licik yang belakangan Anya ketahui. Namun, situasi yang sering kali tegang dan penuh tekanan telah membuat Anya belajar untuk memilih langkah-langkahnya denga

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 202: Mari tangkap Hartono!

    Suasana malam yang dingin dan tenang menyelimuti kota saat Sky, Nala, Blue, dan Rose menerima telepon darurat dari Anya. Mereka duduk bersama di ruang tengah pondok kayu, tempat mereka kini berkumpul, atmosfer yang sebelumnya santai berubah menjadi tegang seketika. Anya, dengan suara gemetar, memberitahukan bahwa Hartono memergoki istrinya, Olivia, sedang bermesraan dengan Pak Was. Entah bermesraan yang seperti apa, yang pasti Anya tampak takut akan terjadi sesuatu yang buruk.Sky, yang duduk di sofa dengan laptopnya, segera menutup layar dan menatap serius ke arah Blue dan Nala. "Kita harus segera ke sana. Anya bilang dia sudah mengirimkan alamatnya padamu, kan?"Blue, yang biasanya santai, kini tampak tegang. Dia mengangguk cepat. "Aku ambil kunci mobil."Nala, yang sedang mengaduk secangkir teh, menaruh sendoknya perlahan. "Aku ambil kit medis dari lemari."Rose, yang duduk di pojok ruangan dengan buku di tangannya, mengangguk setuju. "Aku ambi

DMCA.com Protection Status