Home / Romansa / Suamiku seorang Mata-Mata / Bab 5: Bayang-bayang Bram

Share

Bab 5: Bayang-bayang Bram

Author: sweetchocosin
last update Last Updated: 2024-03-22 18:41:47

Blue dan Nala kelabakan. Mereka tak pernah menyangka akan bercumbu di depan seorang anak berusia 10 tahun. Apalagi Nala. Fakta kalau ia adalah seorang ibu, sangat mengganggunya. Padahal, mereka berpindah-pindah karena Nala sedang mencari kemana suaminya pergi.

“Anu, sebenarnya..”

“Tidurku terganggu karena suara pintu yang dibanting.” Bayu memotong kata-kata Nala. Ia tak tega melihat ibunya berusaha mencari alasan. “Sudahlah, aku mengerti apa yang terjadi.”

“Kau mengerti apa yang terjadi?” tanya Nala, heran. Bagaimana mungkin seorang anak imut-imut bisa terlihat tenang saat melihat dua orang yang seharusnya tidak bercumbu malah tertangkap basah.

Blue mendengus. “Kau tidak tahu kalau Bayu ini unik?”

Bayu mengangkat bahunya, seolah tak peduli. Ia berjalan mendekati tempat tidur, mencari celah di antara Nala dan Blue. Ia merapikan bantalnya, sebelum menidurinya. “Jadi, Bu. Kau bekerja dimana?”

“Ehem,” Nala berdeham, berusaha menghargai usaha Bayu dalam mengalihkan topik pembicaraan. “Ibu dapat pekerjaan di sebuah rumah sakit umum. Dan sepertinya, gajinya oke.”

“Kau serius membicarakan gaji?” ledek Blue.

Nala menatapnya jengkel. “Memangnya kenapa? Aku ini pekerja yang cakap. Sudah selayaknya aku dibayar dengan layak.”

Blue menarik selimutnya dan menutup diri. “Terserah kau saja. Asal kau tidak asal menusuk pasien hanya karena mereka bau durian saja, itu sudah oke.”

“Aku bukan ditempatkan di bidang suntik menyuntik, kau tahu!” sahut Nala. “Aku menjadi admin ruang. Tepatnya di laboratoriumnya.”

“Wah, tugasnya seperti apa?” tanya Bayu.

“Seperti mengecek formulir pemeriksaan pasien, menyortirnya sesuai prioritas darurat tidaknya, memberinya kepada analis, dan kalau hasilnya sudah jadi, ibu yang menulis hasilnya di komputer. Lalu, saat hasil sudah selesai dicatat, ibu mengirimkannya ke ruangan yang membutuhkan.”

“Terdengar mudah. Apa ada orang yang mau membayar tinggi untuk itu?”

Nala mencubit bahu Blue. “Ya, itu contoh sederhana tugasku. Tugas lain-lainnya masih ada. Dan mungkin saja akan kita ketahui kalau aku sudah mulai bekerja di sana.”

Bayu menepuk tangan Nala, menyuruhnya berhenti menyakiti Blue. “Bu, kalau begitu, apakah kita akan pindah hotel lagi?”

Nala menghela nafas panjang. Dari pertanyaan Bayu, sepertinya ia tampak lelah dan jengah dengan situasi yang terjadi. Anak seusianya harus merasakan pindah dari kota ke kota lain, tanpa sempat berinteraksi dengan teman sebayanya. Bahkan, Bayu tak pernah sekolah.

Blue dan Nala bergantian mengajari Bayu membaca, berhitung, dan menulis. Tapi, sistem pengajaran Blue sepertinya efektif.

Di usia Bayu yang ke lima, ia bahkan bisa menyelesaikan persamaan aljabar sederhana dan menghabiskan waktunya membaca buku Mein Kampf yang peredarannya sempat dilarang di beberapa negera di dunia. Ya, seperti yang bisa diduga, Blue memiliki salinan bukunya dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Bayu, sudah menamatkan keduanya.

Bahkan, di usianya yang ke tujuh, sandiwara Nala dengan Blue terbongkar. Sebenarnya, Nala berniat untuk membuat Blue berperan sebagai ayahnya Bayu, Bram.

“Kau pamanku, kan?”

Tentu saja Blue terpaku. Sekujur tubuhnya membeku. Ia sudah melihat bayangan kejam wajah Nala yang memukul lehernya dengan palu sampai mati dan berdarah-darah.

Blue tercengang. Ia bertanya-tanya bagaimana bisa Bayu mendapatkan kesimpulan itu dengan mudah.

“Kalau reaksimu begitu, berarti benar.” kata Bayu, sekali lagi.

“Aku tidak bisa berbohong, maafkan aku.”

Bayu tergelak. “Bagaimana mungkin seorang mata-mata tidak bisa berbohong? Pantas saja penyamaranmu jelek.”

Blue terhenyak. “Apa kelihatannya begitu?”

Bayu tertawa kecil. “Tidak. Sebenarnya kalau itu orang lain, pasti tidak akan tahu. Tapi, ini karena aku yang mengenal ayah. Makanya aku bisa menyimpulkannya.”

“Kau kenal ayahmu?” Blue terheran-heran.

Bukankah Bayu ditinggalkan oleh Bram saat masih balita. Mustahil seorang balita memiliki ingatan yang jelas dan mantap akan ayahnya yang sudah lama tak ia temui lagi.

Bayu mengangguk. “Setidaknya begitu. Aku memperhatikan gerak-gerikmu yang aneh dan canggung. Ayahku di foto pernikahan jelas bertangan kidal. Orang memiliki kecenderungan memakai jam di tangan yang tidak dominan. Ayah memakai arloji di tangan kanannya. Itu berarti dia seorang kidal. Sedangkan kau adalah pengguna tangan kanan dan sering memakai jam di tangan kiri.”

Blue gelagapan. “Tidak mungkin begitu. Aku mungkin tidak nyaman mengenakan jam di tangan kiri saat pernikahanku, kan?”

Bayu menggeleng pelan. “Selain itu, rambut ayahku keriting keong. Kau lurus. Aku pernah melihatmu menata rambutmu. Tak mungkin seorang pria berpenampilan sedemikian rupa hanya untuk seharian berada di rumah. Aku menduga, kau melakukannya karena ingin memastikan kalau kau adalah ayahku, yang berambut keriting. Selain itu..”

“Selain itu?”

“Kita selalu memesan hotel dengan kamar paling bagus, yang memiliki dua kamar terpisah. Di kamarmu dan ibu selalu ada sofa. Dan setiap aku memegang sofanya di pagi hari, selalu terasa hangat, seperti baru saja dipakai. Aku menduga kalau kau tidur di sofa, dan ibu tidur di kasur, yang mengindikasikan kalau kalian pisah ranjang. Itu artinya, kau bukan ayahku yang sebenarnya. Tapi, cuping kalian memiliki bentuk yang sama selayaknya saudara kandung. Jadi, kalau kau bukan ayahku, besar kemungkinan kalau kau ini adalah pamanku.”

Blue tersenyum. Ia tampak puas. “Sudah kuduga dari anak seorang Sky. Kau ini otaknya luar biasa.”

Sejak saat itu, Bayu pun memanggil Blue dengan paman. Nala yang baru pulang dari berbelanja kebutuhan sehari-hari, sangat terkejut dan memeluk Bayu dengan erat.

Mungkin, karena tumbuh di lingkungan yang tidak biasa, Bayu menjadi anak yang tegar dan selalu mengatakan kalau ia baik-baik saja. Bayu memastikan agar ibu dan pamannya tak perlu berlebihan mengkhawatirkan dirinya.

Nala mengenang saat itu di benaknya, sambil mengelus rambut Bayu sedangkan Blue menepuk pahanya.

“Hei, jagoan. Kau punya mimpi tidak?” tanya Blue, mengalihkan pembicaraan. Ia melirik ke arah Nala yang sudah nyaris berkaca-kaca.

Bayu termenung sejenak. Ia tak pernah ditanyai hal-hal seperti itu.

Satu-satunya teman yang ia miliki hanya ibu dan pamannya, ia tak punya tempat untuk berbagi. Otaknya menjadi tumbuh dewasa lebih cepat karena ia berinteraksi dengan dua orang dengan perbedaan umur yang cukup jauh.

“Apa aku.. bisa memiliki hal-hal yang seperti itu?” tanya Bayu.

Hati Nala kembali teriris. Ia berusaha mencegah air matanya sekuat tenaga. “Memangnya kenapa? Bayu pasti punya keinginan yang ingin dicapai di masa depan, kan?”

Bayu terdiam lagi. Ia tak banyak menginginkan sesuatu. Ia sebenarnya ingin segera bertemu ayahnya. Tapi, kalau ia sudah bersatu dengan ayah, apa pamannya akan pergi?

Bagi Bayu, pamannya sudah seperti penguatnya. Ia sering menghabiskan waktunya bersama pamannya itu saat Nala pergi bekerja. Apa Bayu tidak bisa merasakan hidup di hotel lagi saat itu tiba? Bagaimana kalau Bayu tidak bisa bergaul dengan teman sebayanya saat akhirnya harus menetap di suatu tempat?

“Aku.. belum memikirkannya.” jawab Bayu. “Itu hal yang bagus, kan? Mungkin impianku adalah agar memiliki sebuah mimpi.”

Blue tertawa. “Yah, kau bisa memikirkan banyak hal sampai hari itu tiba. Lagipula..” Blue meninju bahu Bayu pelan. “ Ada banyak orang yang baru menyadari mimpinya saat mereka sudah dewasa. Kau tidak perlu terburu-buru, oke? Hidup ini cuma sekali. Cukup berjalan saja. Ikuti alurnya, tapi jangan sampai terseret arusnya.”

Bayu menatap pamannya dengan wajah riang. Nala melihat pemandangan itu dan seketika pikirannya agak tenang. Ternyata menjaga agar Blue tetap berada di dekatnya adalah sebuah ide yang cemerlang.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dina0505
bayi pinter banget. ada tanda-tanda bakal jadi penerus sang ayah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 6: Blue dan alkohol sialan

    Bayu sudah terlelap saat senja datang. Nala menghisap rokoknya di balkon kamar sambil melihat lampu kota bertebaran. Bau lembab mulai memasuki paru-parunya, berlomba dengan asap rokok yang menusuk. Angin menerbangkan rambutnya. Nala berusaha tak memikirkan apapun. Ia berjuang keras untuk menyuruh otaknya beristirahat. Ada banyak hal yang sudah terjadi belakangan ini, membuat hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam semalam, sepuluh tahun yang lalu.Nala berdiri anggun, memantapkan posisi dan bernafas tanpa suara, menikmati petang di ibukota. Meskipun dalam kondisi tenang, benaknya tetap berteriak mengagungkan sebuah nama.Bram.“Nala..”Nala menoleh. Blue membawa dua cangkir teh panas dan menaruhnya di meja terdekat. Ia menyalakan rokoknya, dan berjalan ke tempat Nala berdiri.“Hari ini makan malamnya apa?”“Sepertinya menu khususnya kepiting. Aku alergi makanan laut, jadi kita pesan layanan kamar saja.”Sebenarnya, Nala tahu kalau hotel pasti sudah menyiapkan menu

    Last Updated : 2024-03-23
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 7: Apakah kami akhirnya menetap?

    “Hoahmm..”Nala meregangkan tubuhnya. Tangannya mengenai kepala Bayu yang sudah lebih dulu terjaga dan memilih membaca novel detektif.“Pagi sayangnya akuuu..” Nala menarik pipi Bayu dan mengecupnya.Bayu menarik diri. “Ibu bau alkohol.”Mendengar hal itu, Nala menghembuskan nafas ke arah telapak tangannya. “Ha.. Ha.. Wah, iya. Ibu semalem mabuk, ya?”“Kayaknya, sih, begitu.”Nala menekan kepalanya. Ia merasa seolah ada sesuatu yang terlupakan, entah apa. “Blue mana?”“Paman sudah pergi daritadi.”“Eh? Kemana?”Bayu mengangkat bahunya. “Mencari hotel baru, mungkin. Atau ke klub.”Nala tertawa. “Mana ada klub yang buka pagi-pagi?”Bayu melirik ibunya yang tampaknya masih setengah terjaga. Bayu juga membantu Nala membersihkan kotoran di kedua matanya. “Aku tidak bilang paman pergi pagi-pagi. Kurasa dia belum pulang sejak kemarin.”“Kenapa?”“Karena kamar mandinya kering saat aku pakai subuh tadi, dan paman sudah tidak ada. Kupikir, antara dia pergi buru-buru tanpa mandi, atau memang bel

    Last Updated : 2024-03-23
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 8: Tempat asing

    Dalam waktu kurang dari seminggu, Nala, Bayu, dan Blue, sudah menemukan rumah layak huni yang dekat dengan rumah sakit tempat Nala bekerja. Mereka memilih perumahan yang tidak terlalu ramai, dan dekat dengan fasilitas umum agar tidak terlalu sering keluar lingkungan. Rumah mereka dua tingkat, dengan bagasi dan taman lebar yang menjadi satu dan memiliki banyak kaca di bagian belakang. Dindingnya cukup tinggi, membuat suasana di dalam rumah cukup sejuk, didukung dengan sirkulasi udara yang bagus. Lantai bawah rumah ini terdiri dari ruang tamu yang juga bisa menjadi ruang keluarga, kamar mandi kecil, dan dapur. Sedangkan di lantai atas terdapat satu kamar kecil, satu kamar mandi dan satu kamar besar dengan kamar mandi dalam. Luas tanahnya tak begitu besar, sekitar separuh luas tanah rumah Nala dan Bram sepuluh tahun lalu. Kalau dipikir-pikir, kota tempat tinggal Nala dulu memang kota kecil yang harga tanahnya cukup murah. Sedangkan kota ini adalah ibukota negara, ya

    Last Updated : 2024-03-24
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 9: Lingkungan baru, kasus baru

    Nala, Bayu, dan Blue, duduk melingkar di atas tempat tidur. Bayu memeluk boneka serigala kecilnya. Kata Nala, itu satu-satunya benda yang dibelikan ayahnya, Bram, yang bisa dibawa. Mereka bertiga tampak serius menyusun rencana, membahas soal peran apa yang akan mereka lakukan: menjadi ‘keluarga’ sungguhan.“Kapan kau mulai masuk kerja?” tanya Blue.Nala menempelkan telunjuknya ke dagu, berpikir. “Kupikir mulai minggu depan. Pembukaan rumah sakit itu sendiri masih satu bulan lagi. Sepertinya seluruh karyawan masuk lebih awal untuk mempersiapkan segala hal sebelum rumah sakit benar-benar menerima pasien.”“Sejauh yang kau tahu, rumah sakit ini punya berapa poli?”Nala menghitung dengan jari-jarinya. “Seingatku, aku melihat ada tujuh papan nama poli. Kandungan, bedah, penyakit gigi dan mulut, orthopaedi, paru, penyakit dalam, dan satu papan terbalik jadi aku tidak tahu apa yang tertulis.”“Poli anak.” sahut Bayu. “Poli kandungan selalu dibar

    Last Updated : 2024-03-25
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 10: Sosok Misterius

    Saat ini, Nala sedang mengendarai sebuah motor matic hitam yang sudah dimodifikasi sehingga suara knalpot dan mesinnya tak terdengar. Sebuah bagasi juga sudah dipasang di belakang jok untuk memudahkannya membawa beberapa barang penting, misalnya saja sebuah senapan. Kecepatannya, setara dengan mesin baru yang sanggup melaju kencang 3 detik setelah mesin dinyalakan. Sedangkan Blue mengendarai sebuah mobil SUV tua 4 pintu berwarna abu gelap, dengan ban yang tinggi. Meskipun keluaran lama, interior mobil tersebut sudah dimutakhirkan dengan teknologi terbaru.Klik!Blue sudah menghubungkan sambungan telepon satelit dengan Bayu dan Nala ke mobilnya. Ia juga sudah menyalakan layar, yang terhubung dengan tablet yang diutak-atik Bayu.“Roger!” seru Blue. “Sudah kau dapatkan plat nomernya?”“Roger!” Bayu, dikelilingi banyak orang, memantau CCTV. “JK 190 L. Pelaku sepertinya sudah keluar dari kompleks.”“Roger!” seru Blue dan Nala, bergantian.Bayu mengutak-atik tabletnya. Tampak ia sudah bisa

    Last Updated : 2024-03-26
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 11: Bayu galau

    Bayu dan Aldo menyambut Nala dan Blue. Aldo sudah tampak riang. Ia nyaris melompat ke pelukan Blue, kalau tidak ditarik oleh Bayu. Tampaknya, suasana penggrebekan penculik menjadi momen paling membahagiakan dalam hidupnya.“Ibu!” seru Bayu. Ia berlari menuju pelukan Nala. Nala bergeming, karena tidak biasanya Bayu bersikap manja. Tapi, ia segera sadar kalau gerak-geriknya sekarang sudah dipantau oleh beberapa pasang mata.“Nala..” kata Sarah. Ia tampak takjub, setengah tak percaya. “Kau tidak apa-apa, kan?”“Kurasa begitu..”Blue berdeham, seolah memberi isyarat kepada Nala agar bersikap sok lemah dan tak berdaya.Nala berhasil menangkap maksud terselubung Blue. “Eh, oh.. ya..” Ia menekan dahinya dan berjalan agak sempoyongan. Bayu memegangi Nala setengah hati, karena tahu ibunya payah saat diminta berakting. “A.. aku agak dehidrasi..”Beberapa orang mengerubungi Nala, namun dengan cekatan, Blue mengambil alih. Ia menyandarkan ke

    Last Updated : 2024-03-27
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 12: "Aku menemukanmu, Ayah.."

    Ini adalah hari pertama Bayu menginjakkan kaki di sekolah pertamanya. Ia, bersama Nala, tidak ada yang jago berakting seperti Blue. Setidaknya, Bayu masih jago menjaga mimik wajahnya agar tidak terdeteksi lawan bicaranya. Kalau sedang dalam keadaan bermain peran, Bayu tidak banyak bicara dan bersikap manja. Ia menggelayutkan badannya ke lengan Nala, seperti yang ia lakukan sekarang.Bayu sudah memakai seragam merah putih yang sudah dicarikan Blue beberapa hari yang lalu. Karena tubuh Bayu agak tinggi dari siswa kebanyakan, Blue memilih menjahitkannya ke seorang kenalan. Saat ini, Bayu tampak seperti bocah SMP yang tinggal kelas dan terpaksa mengulang kelas 4 SD lagi tahun ini.“Apa kurikulum anak SD sekarang?” bisik Nala.“Kalau aku tidak salah ingat, untuk matematika masih membahas KPK dan FPB. Operasi hitung campuran, mengukur sudut sederhana dan pecahan.”Nala terganggu dengan kata ‘sederhana’ yang diucapkan oleh Bayu. “Ibu tahu Bayu sudah meng

    Last Updated : 2024-03-28
  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 13: Blue dan alkohol sialan (lagi)

    Buk!Nala menutup pintu mobil dengan kesal. Ia sudah mencium Bayu secukupnya sebelum memutuskan pergi dari cengkraman Bu Anggi, kepala sekolah narsistik.“Ada apa? Kau habis bertemu siapa?” tanya Blue.Nala merebut botol kecil berisi wiski dari tangan Blue, dan menegaknya sekaligus.“Hei! Itu bekal makan siangku nanti.”“Nanti kuganti.” tukas Nala. “Kau yang benar saja. Masa’ tidak menyelidiki tempat ini terlebih dulu?”Blue menghela nafas panjang. Kali ini, ia tahu permasalahannya. “Kau sudah tahu ya?”“Tentang apa? Tentang sekolah ini milik Elang Grup, atau tentang kepala sekolah yang narsis?”“Eh? Apa?”“Lupakan!” sergah Nala. “Kenapa tidak kau beritahu kami, setidaknya aku, kalau sekolah ini juga antek-antek Elang Grup?”“Maafkan aku. Kupikir lebih nyaman kau tidak tahu.”“Aku jauh dari kata nyaman, kau tahu!” Nala bergidik mengingat kembali sikap penuh penekanan Bu Anggi. “Apalagi

    Last Updated : 2024-03-29

Latest chapter

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 210: Epilog

    Setahun kemudian.. Sky, Nala, dan Bayu, sedang menikmati sore di taman kota. Setelah sekian lama berjuang melawan berbagai tantangan dalam hidup, mereka akhirnya menemukan kedamaian dan kebahagiaan di kehidupan mereka saat ini. Bayu baru saja mulai bersekolah lagi di SD Matahari bersama teman-temannya, Joana dan Aldo. Mereka tinggal di kompleks yang sama dengan Joana dan Aldo, sehingga setelah berjalan-jalan santai, mereka kembali ke rumah mereka. Anya telah meniti karier yang sukses sebagai direktur Rumah Sakit Besari, mendedikasikan dirinya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di komunitas mereka. Elang Group, perusahaan yang dipimpin oleh Blue, atau yang sekarang dikenal sebagai Langit, terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Sementara itu, Rose berhasil mendapatkan naturalisasi dan membuka toko bunga yang indah di dekat kompleks tempat tinggal Nala. Tokonya menjadi tempat favorit bagi penduduk setempat yang mengagumi keahli

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 209: Hutang yang terbayar

    Tiger, Nala dan Rose tiba di tepi pantai dengan napas terengah-engah, terdengar gemuruh ombak di kejauhan. Mereka menghentikan langkah mereka mendadak ketika mendengar suara letusan yang mengejutkan dari arah dermaga.Dor!Hati Nala berdebar kencang, naluri mereka langsung mengarahkan pandangan ke arah Sky dan Blue yang terendam di dalam air.Nala, dengan mata berkaca-kaca, berlari mendekati Sky yang terdampar di tepi pantai. Dengan gemetar, dia jatuh berlutut di pasir pantai. Riak air tiba-tiba berhenti, menandakan mereka berdua sudah jauh tenggelam.Nala dan Rose mencoba mendekati tempat kejadian, namun para polisi mencegahnya. Beberapa petugas ada yang menyelam, mencari mereka. Namun, nihil. Tak ada tanda-tanda tubuh mereka ditemukan."Sepertinya mereka terbawa arus," ucap salah satu di antara mereka. "Kami tidak menemukan apapun."Rose dan Nala menjerit tak karuan. Setelah beberapa saat, mereka mencoba menenangkan diri di pin

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 208: Pengejaran

    Sky dan Blue memacu mobil mereka dengan cepat mengejar Hartono yang melarikan diri. Lampu-lampu kota yang masih hidup, berkedip-kedip di sekitar mereka saat mereka melaju melewati jalan-jalan yang ramai. Mereka mengejar mobil Hartono yang berbelok-belok di antara lalu lintas, mencoba untuk tidak kehilangan jejak."Kita hampir mendapatkannya!" seru Sky, matanya tetap fokus pada mobil di depan mereka.Blue, yang duduk di kursi penumpang dengan tegang, mengangguk setuju. "Tetap fokus, Sky. Kita harus menangkapnya sebelum dia bisa kabur lebih jauh."Mereka terus memacu mobil mereka, mengikuti dengan cermat setiap gerakan mobil Hartono. Jalanan mulai sepi ketika mereka mendekati dermaga yang terletak di pinggiran kota. Lampu-lampu jalan redup di belakang mereka, memantulkan kekhawatiran yang mereka rasakan.Hartono, yang terus melaju dengan cepat, akhirnya memarkir mobilnya di ujung dermaga yang sepi. Dia keluar dengan cepat, menghadapi Sky dan Blue ya

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 207: Sedikit lagi!

    Suara letusan senjata menggelegar di dalam vila yang sunyi, menyela hening pagi yang mulai terang. Tiger, yang menunggu di mobil dengan tegang, mendongak mendengar itu. Dia menatap Nala dengan mata penuh kekhawatiran."Kau merasa gugup?" Tiger bertanya dengan lembut. "Setelah ini, semuanya akan berakhir."Nala, yang duduk di sampingnya dengan wajah tegang, menggeleng pelan. Dia mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri meskipun jantungnya berdegup kencang."Ya, sedikit," jawab Nala akhirnya, suaranya bergetar sedikit. "Ini semua terasa seperti mimpi buruk. Kuharap tidak ada yang terluka dari letusan itu."Tiger meraih tangan Nala dengan penuh dukungan. "Kita akan melalui ini bersama-sama, Nala. Kami sudah mendekati akhir dari semua ini."Mereka berdua duduk dalam hening sejenak, mengumpulkan keberanian dan fokus untuk apa yang akan mereka hadapi selanjutnya.Lalu, tiba-tiba suara radio mengejutkan mereka."Lapor, Tiger.

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 206: Anya berduka

    "Ahhhh!!!" Olivia, dengan hati yang penuh kegelisahan, melihat Pak Was jatuh dari balkon dengan terkejut yang mendalam. "Tidak, tidak. Was!! Was, jangan tinggalkan aku, Was. Jangan pergi! Was! Kau sudah berjanji padaku, Was. Kau harus hidup, jangan tinggalkan aku! Jangan tinggalkan akuu!!!"Olivia berteriak histeris, mencoba menjangkau pak Was yang terbaring tak bergerak di tanah. Anya, putrinya yang ketakutan, berlari mendekat untuk menahan ibunya. Namun, dalam kepanikan yang melanda, Olivia terlalu kuat untuk ditahan."Mama, sudah. Jangan seperti ini, atau mama akan jatuh. Ma, tolong. Ayo, ma kita turun. Ma,"Anya bisa melihat dari kejauhan kalau rumahnya sudah dikepung. Ia tahu sebentar lagi akan menjadi akhir dari perjalanan orang tuanya dalam melakukan kejahatan. Tapi, ia sendiri tidak menyangka akan menyaksikan peristiwa jatuhnya Pak Was. Dari tampilannya, tampaknya tubuh Pak Was sudah tak lagi bernyawa. Pria itu sudah tak lagi bisa diselam

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 205: Selamat tinggal, Pak Was

    Di luar jendela, matahari mulai terbit, menyisakan langit senja yang memancarkan cahaya oranye dan merah muda yang lembut. Suasana itu memberikan kontras dengan keheningan yang menyelimuti ruangan Hartono yang sepi.Pikirannya melayang ke masa lalu, saat semuanya masih normal. Pak Was, yang selalu setia dan dedikatif dalam pekerjaannya, kini telah mengkhianatinya. Dia merasa kehilangan sosok yang telah menjadi bagian dari kehidupannya selama bertahun-tahun.Hartono menatap foto keluarganya, foto Liliana dan kedua anak kembarnya, di meja kerjanya, sorot matanya tampak penuh penyesalan. Dia berdoa dalam hati, berharap agar Liliana tenang di tempat yang lebih baik.Suasana pagi itu di ruang kerja Hartono memantulkan perasaannya yang campur aduk: kesedihan, penyesalan, dan tekad balas dendam yang membara. Langit fajar yang merona menjadi saksi dari perubahan yang mendalam dalam hidupnya, suatu perubahan yang tidak pernah dia rencanakan atau bayangkan sebelumny

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 204: Meluncur!

    Setelah perjalanan yang tegang dan cepat dari kota menuju vila terpencil di pinggiran hutan, Blue, Nala, Sky, dan Rose tiba di tempat tujuan mereka. Hutan di sekeliling vila memberikan kesan sunyi namun tegang, dengan sinar fajar yang mulai membuat bayangan di balik pohon-pohon rimbun. Mereka turun dari mobil dengan hati-hati, siap untuk bertindak cepat dan efisien, menunggu pasukan lain dan Tiger tiba.Setelah beberapa saat, belasan mobil polisi dan dua mobil yang mengangkut pasukan khusus, mulai berdatangan. Tiger muncul di antara mereka dengan membawa senapan laras panjang dan senyum di wajahnya."Bagaimana? Siap?" pria itu bertanya. "Helikopter sudah dalam perjalanan. Kali ini, Hartono tidak akan kabur.""Bukankah jumlah ini terlalu berlebihan?" Rose tampak melongo dengan sejumlah pasukan yang mengitari mereka. "Memangnya kita menangkap gerombolan orang jahat ya?""Ya, Hartono setara dengan ratusan penjahat, sih. Jadi ini sepadan, hehe."

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 203: Suara letusan

    Anya melangkah dengan cepat di koridor vila, menuju kamar Olivia. Setiap langkah yang ia ambil, membuat ingatannya memainkan gambaran masa lalu yang penuh cahaya, berbeda dengan suasana saat ini yang dipenuhi dengan ketegangan dan kekhawatiran. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri sambil mencari-cari ibunya, Olivia, yang mungkin masih terlelap dan tidak tahu atas apa yang akan terjadi.Sebagai anak dari Olivia dan Hartono, Anya tumbuh di lingkungan yang sering kali menawarkan lebih banyak teka-teki daripada jawaban. Ayahnya, Hartono, adalah seorang pria yang selalu tampak gelap dan misterius yang dibalut dengan senyum hangatnya, sementara ibunya, Olivia, adalah sosok yang mencoba sekuat tenaga untuk menjaga ketenangan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga mereka, tentu saja dengan cara-cara licik yang belakangan Anya ketahui. Namun, situasi yang sering kali tegang dan penuh tekanan telah membuat Anya belajar untuk memilih langkah-langkahnya denga

  • Suamiku seorang Mata-Mata   Bab 202: Mari tangkap Hartono!

    Suasana malam yang dingin dan tenang menyelimuti kota saat Sky, Nala, Blue, dan Rose menerima telepon darurat dari Anya. Mereka duduk bersama di ruang tengah pondok kayu, tempat mereka kini berkumpul, atmosfer yang sebelumnya santai berubah menjadi tegang seketika. Anya, dengan suara gemetar, memberitahukan bahwa Hartono memergoki istrinya, Olivia, sedang bermesraan dengan Pak Was. Entah bermesraan yang seperti apa, yang pasti Anya tampak takut akan terjadi sesuatu yang buruk.Sky, yang duduk di sofa dengan laptopnya, segera menutup layar dan menatap serius ke arah Blue dan Nala. "Kita harus segera ke sana. Anya bilang dia sudah mengirimkan alamatnya padamu, kan?"Blue, yang biasanya santai, kini tampak tegang. Dia mengangguk cepat. "Aku ambil kunci mobil."Nala, yang sedang mengaduk secangkir teh, menaruh sendoknya perlahan. "Aku ambil kit medis dari lemari."Rose, yang duduk di pojok ruangan dengan buku di tangannya, mengangguk setuju. "Aku ambi

DMCA.com Protection Status