“Kita tidak boleh gegabah, kita cari bukti yang kuat dulu. Siapapun pelakunya, aku akan tetap balas perbuatannya. Meskipun tanpa melewati jalur hukum,” lirih Ashraf duduk tegak di sebelah Fakih.“Kamu benar Raf, sepertinya ada yang nyepelein kita. Gak tau aja, siapa kita sebenarnya,” ujar Fakih menepuk dadanya bangga.“Kalau dari pencarian kami, Anggi ini seperti menyukai tuan Ashraf dan dia menuduh Ayra, sebagai pelaku karena dendamnya juga kepada Ayra. Apalagi setelah kami tau ternyata Nona Balqis tidak di apa-apain. Hanya di ikat biasa saja dan masih diberi makan, sesuai dugaan kami meskipun Anggi ini dendam tapi jiwa persahabatannya masih ada kepada istri tuan Ashraf,” ujar detektif itu memberikan beberapa keterangan tentang Anggi.“Tapi tetap saja, ini masih kami cari tau yang benar siapa. Soalnya kedua perempuan itu sama-sama mungkin untuk melakukan kejahatan pada Nona Balqis,” imbuh detektif itu.Fakih dan Ashraf saling menatap. Pikiran keduanya sama dan menyetujui perkataan de
"Yey, akhirnya bisa pulang juga, setelah dua hari di rumah sakit," ucap Balqis bersemangat membereskan beberapa barang bawaannya yang sebelumnya Ashraf persiapkan untuk keperluan Balqis selama di rumah sakit."Alhamdulillah, jangan lupa bersyukur ya Humairah," peringat Ashraf mencium kening sang istri yang wajahnya sudah berbinar senang karena urusannya dengan rumah sakit telah selesai."Iya Mas, Alhamdulillah. Tapi omong-omong, kok Anggi gak ada jenguk aku ya, dia juga gak keliatan setelah malam itu. Anggi kemana Mas?" tanya Balqis bingung mengingat sahabat lamanya itu tak menemui dirinya selama dirawat di rumah sakit."Mas kurang tau, mungkin sibuk ada urusan di pesantren," alibi Ashraf agar Balqis tak banyak pikiran lagi."Ouhh, yaahh," lirih Balqis bersedih sambil memasukkan barang-barang miliknya ke tas besar."Sudah jangan dipikirkan, ayo segera, biar bisa cepat sampai rumah," ajak Ashraf dan diangguku oleh Balqis. Lalu keduanya pun meninggalkan ruang rawat itu dalam keadaan ber
Semuanya diam dan bingung dengan kedatangan Fakih yang tiba-tiba. Apalagi Ashraf yang sudah melotot mendengar ucapan Fakih. Meskipun beberapa detik sempat loading dengan ucapan Fakih."Gak usah kabur, buktinya udah ada kok. Jelas lagi," tutur Fakih menggoyang-goyangkan ponselnya yang berisi rekaman bukti pengakuan para penjahat suruhan Anggi."Maksud Ustadz Fakih apa ya," gumam Anggi dengan suara pelan penuh kehati-hatian.Lalu Ashraf mendekati Anggi dan tepat berada di depan sahabat istrinya itu. "Jadi kamu pelakunya? Dasar wanita munafik," sentak Ashraf dengan menunjuk-nunjuk Anggi.Anggi tersentak dengan suara dan ucapan Ashraf. Balqis pun ikut terkejut dengan ucapan Fakih dan juga ucapan orang-orang di depannya."Saya gak nyangka, kalau kamu sejahat ini. Balqis ini sahabat kamu, bahkan orang yang ping jahat pun masih lebih punya hati daripada kamu. Balqis lagi mengandung, dan kamu tega-teganya berbuat seperti itu, mau kamu apa hah?" gertak Ashraf dengan nafas naik turun. Anggi pun
Ashraf terkejut dengan penolakan Balqis untuk menghukum Anggi. Ashraf mengerutkan dahinya. Mencoba mencerna maksud dari Balqis."Kenapa kita gak boleh ngehukum dia Humairah?" protes Ashraf."Sudah, bahas setelah makan. Ini kasihan Gibran dari tadi mau nyentuh makanannya selalu gak jadi," saran Abi Lukman. Gibran hanya tertawa kecil saat dirinya disindir oleh Abi Lukman.Mau tak mau, mereka pun melanjutkan makan bersama. Sementara Ashraf masih dongkol dengan Balqis yang menolak untuk menghukum Anggi. Dan Balqis juga bingung dengan alasan apa dia harus melarang Ashraf untuk menghukum sahabatnya itu. Meskipun dia sangat sakit hati dengan perlakuan Anggi kepadanya.***Hari ini langit begitu cerah. Sisa liburan tinggal satu Minggu lagi. Sebentar lagi sudah berganti tahun saja. Sementara Balqis masih merasakan kesedihan yang mendalam. Ingatannya tentang hari kemarin masih saja berseliweran. Balqis mencoba untuk sekuat tenaga melupakan semua yang telah terjadi. Bahkan Balqis juga ingin melu
Balqis menghampiri Ayra yang berusaha untuk memeluk Ashraf. Ashraf terlihat risih dengan Ayra yang bersikap seperti itu. Keadaan semakin rrusuh dengan Ayra yang tersenyum samar dengan tingkahnya."Lepasin Mas Ashraf!" perintah Balqis dengan tatapan tajam. Namun Ayra mengggeleng. Sekuat tenaga dia tetap memaksa untuk memeluk Ashraf.Lalu dengan paksa, Balqis melepas Ayra dengan kasar. Ayra pun terlepas dari Ashraf dan Ashraf langsung menepuk-nepuk seluruh badannya setelah disentuh oleh Ayra."Hei, kamu gak mau berbagi suami. Tapi kamu sendiri malah deket sama laki-laki lain. Mana laki-laki itu mantan terindah!" sindir Balqis dengan senyuman menyepelekan.Balqis melihat Ridho yang masih duduk di kursi tamu. Sementara Umi Risma sudah sangat khawatir dengan konflik antara menantu dan Ning pesantren itu."Maksud kamu, apa?" tanya Balqis yang sudah meninggalkan embel-embel sebutan Ning pada Ayra."Masih gak nyadar, dari tadi Ashraf udah datang dan kamu masih tertawa bersenang-senang dengan
Anggi berhenti saat tak jauh dari kursi tempat duduknya di awal. Lalu berbalik dan kembali duduk di kursinya. "Saya gak takut, Ustadz Fakih," jawab Anggi tersenyum puas.Fakih semakin menatap Anggi tak suka. Lalu Anggi kembali bersantai sambil sesekali menirukan lagu yang sedang diputar."Jangan terlalu percaya diri, mentang-mentang Balqis memaafkan kamu," peringat Fakih."Saya tetap gak takut, saya berada di lingkungan kuat. Seharusnya Ustadz Fakih yang paham kondisi saya," peringat Anggi lagi dengan sangat santainya.Mengingat orang tua Anggi yang cukup berada dan begitu disegani di banyak golongan. Itu mmenbuat Anggi besar kepala dan seenak hati melakukan semua keinginan dan kemauannya. Tanpa ada takut. Mungkin Anggi selalu berpikir kalau kebebasan itu wajib ada padanya dan selalu merasa aman dengan posisi kedudukan orang tuanya.Fakih tersenyum simpul mendengar penuturan Anggi yang begitu meremahkan. "Jangan terlalu percara diri. Meninggi itu gak baik, pasti tau kalau di atas lang
"Tapi Mas, dia kan sahabat aku dan aku sudah maafin semua kesalahan dia," ucap Balqis dengan nada yang bergetar. Setulus itu Balqis pada Anggi meskipun tingkat kesalahan yang Anggi lakukan padanya sudah sangat keterlaluan."Humairah, jangan mulai lagi. Tolong, lebih baik kamu persiapan dulu. Barang-barang yang mau dibawa, dipersiapkan sekarang karena kita akan berangkat besok pagi," usul Ashraf memegang bahu Balqis. Balqis pun mengangguk patuh dan memberi kabar lagi kepada Anggi bahwa Anggi tak diperkenankan ikut. Tapi siapa yang gak tau sikap Anggi yang keinginannya tak mau siapapun untuk melarang.Balqis langsung memulai packing untuk liburan besok sampai lima hari kedepan. Baju-baju yang mau dipakai saat liburan dan beberapa barang keperluan dirinya dengan Ashraf. Semua Balqis masukan ke koper, total barang bawaannya dua koper dan dua tas berukuran sedang. Ashraf pun ukut membantu meskipun hanya melipat beberapa baju saja."Ya sudah, berarti sudah siap. Sekarang kita kumpul sama Ab
"Lumayan ya tempatnya sejuk," ucap Ayra mendekati Ashraf dan Balqis. Diikuti oleh Ridho yang berada di belakangnya.Lalu Anggi juga ikut mendekat ke arah mereka. "Hai Balqis, apa kabar? Kamu liburannya ternyata juga disini ya," sapa Anggi dengan senyum manisnya.Balqis melihat Ashraf sebelum menbalas sapaan Anggi dan Ayra yang terlihat tidak menyukai kedatangan Anggi juga. Ashraf malah semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Balqis. Itu membuat ketiga orang yang baru datang itu sinis dalam melihatnya."Mau apa kalian?" tanya Ashraf dengan tatapan mematikan. Lalu Fakih juga ikut berdiri di samping Ashraf. Tatapannya malah lebih tajam dari Ashraf apalagi saat melihat Anggi yang tersenyum tanpa merasa bersalah kepada Balqis."Liburan," jawab Ridho dengan santai. Bersandar di mobilnya. Lalu satu orang perempuan keluar dari mobil Ridho dari kursi belakang. Perempuan yang seumuran dengan Balqis. Tidak lain adalah Aulia. Perempuan yang juga tak menyukai Balqis. Lalu Aulia berdiri di sam