Ashraf terkejut dengan penolakan Balqis untuk menghukum Anggi. Ashraf mengerutkan dahinya. Mencoba mencerna maksud dari Balqis."Kenapa kita gak boleh ngehukum dia Humairah?" protes Ashraf."Sudah, bahas setelah makan. Ini kasihan Gibran dari tadi mau nyentuh makanannya selalu gak jadi," saran Abi Lukman. Gibran hanya tertawa kecil saat dirinya disindir oleh Abi Lukman.Mau tak mau, mereka pun melanjutkan makan bersama. Sementara Ashraf masih dongkol dengan Balqis yang menolak untuk menghukum Anggi. Dan Balqis juga bingung dengan alasan apa dia harus melarang Ashraf untuk menghukum sahabatnya itu. Meskipun dia sangat sakit hati dengan perlakuan Anggi kepadanya.***Hari ini langit begitu cerah. Sisa liburan tinggal satu Minggu lagi. Sebentar lagi sudah berganti tahun saja. Sementara Balqis masih merasakan kesedihan yang mendalam. Ingatannya tentang hari kemarin masih saja berseliweran. Balqis mencoba untuk sekuat tenaga melupakan semua yang telah terjadi. Bahkan Balqis juga ingin melu
Balqis menghampiri Ayra yang berusaha untuk memeluk Ashraf. Ashraf terlihat risih dengan Ayra yang bersikap seperti itu. Keadaan semakin rrusuh dengan Ayra yang tersenyum samar dengan tingkahnya."Lepasin Mas Ashraf!" perintah Balqis dengan tatapan tajam. Namun Ayra mengggeleng. Sekuat tenaga dia tetap memaksa untuk memeluk Ashraf.Lalu dengan paksa, Balqis melepas Ayra dengan kasar. Ayra pun terlepas dari Ashraf dan Ashraf langsung menepuk-nepuk seluruh badannya setelah disentuh oleh Ayra."Hei, kamu gak mau berbagi suami. Tapi kamu sendiri malah deket sama laki-laki lain. Mana laki-laki itu mantan terindah!" sindir Balqis dengan senyuman menyepelekan.Balqis melihat Ridho yang masih duduk di kursi tamu. Sementara Umi Risma sudah sangat khawatir dengan konflik antara menantu dan Ning pesantren itu."Maksud kamu, apa?" tanya Balqis yang sudah meninggalkan embel-embel sebutan Ning pada Ayra."Masih gak nyadar, dari tadi Ashraf udah datang dan kamu masih tertawa bersenang-senang dengan
Anggi berhenti saat tak jauh dari kursi tempat duduknya di awal. Lalu berbalik dan kembali duduk di kursinya. "Saya gak takut, Ustadz Fakih," jawab Anggi tersenyum puas.Fakih semakin menatap Anggi tak suka. Lalu Anggi kembali bersantai sambil sesekali menirukan lagu yang sedang diputar."Jangan terlalu percaya diri, mentang-mentang Balqis memaafkan kamu," peringat Fakih."Saya tetap gak takut, saya berada di lingkungan kuat. Seharusnya Ustadz Fakih yang paham kondisi saya," peringat Anggi lagi dengan sangat santainya.Mengingat orang tua Anggi yang cukup berada dan begitu disegani di banyak golongan. Itu mmenbuat Anggi besar kepala dan seenak hati melakukan semua keinginan dan kemauannya. Tanpa ada takut. Mungkin Anggi selalu berpikir kalau kebebasan itu wajib ada padanya dan selalu merasa aman dengan posisi kedudukan orang tuanya.Fakih tersenyum simpul mendengar penuturan Anggi yang begitu meremahkan. "Jangan terlalu percara diri. Meninggi itu gak baik, pasti tau kalau di atas lang
"Tapi Mas, dia kan sahabat aku dan aku sudah maafin semua kesalahan dia," ucap Balqis dengan nada yang bergetar. Setulus itu Balqis pada Anggi meskipun tingkat kesalahan yang Anggi lakukan padanya sudah sangat keterlaluan."Humairah, jangan mulai lagi. Tolong, lebih baik kamu persiapan dulu. Barang-barang yang mau dibawa, dipersiapkan sekarang karena kita akan berangkat besok pagi," usul Ashraf memegang bahu Balqis. Balqis pun mengangguk patuh dan memberi kabar lagi kepada Anggi bahwa Anggi tak diperkenankan ikut. Tapi siapa yang gak tau sikap Anggi yang keinginannya tak mau siapapun untuk melarang.Balqis langsung memulai packing untuk liburan besok sampai lima hari kedepan. Baju-baju yang mau dipakai saat liburan dan beberapa barang keperluan dirinya dengan Ashraf. Semua Balqis masukan ke koper, total barang bawaannya dua koper dan dua tas berukuran sedang. Ashraf pun ukut membantu meskipun hanya melipat beberapa baju saja."Ya sudah, berarti sudah siap. Sekarang kita kumpul sama Ab
"Lumayan ya tempatnya sejuk," ucap Ayra mendekati Ashraf dan Balqis. Diikuti oleh Ridho yang berada di belakangnya.Lalu Anggi juga ikut mendekat ke arah mereka. "Hai Balqis, apa kabar? Kamu liburannya ternyata juga disini ya," sapa Anggi dengan senyum manisnya.Balqis melihat Ashraf sebelum menbalas sapaan Anggi dan Ayra yang terlihat tidak menyukai kedatangan Anggi juga. Ashraf malah semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Balqis. Itu membuat ketiga orang yang baru datang itu sinis dalam melihatnya."Mau apa kalian?" tanya Ashraf dengan tatapan mematikan. Lalu Fakih juga ikut berdiri di samping Ashraf. Tatapannya malah lebih tajam dari Ashraf apalagi saat melihat Anggi yang tersenyum tanpa merasa bersalah kepada Balqis."Liburan," jawab Ridho dengan santai. Bersandar di mobilnya. Lalu satu orang perempuan keluar dari mobil Ridho dari kursi belakang. Perempuan yang seumuran dengan Balqis. Tidak lain adalah Aulia. Perempuan yang juga tak menyukai Balqis. Lalu Aulia berdiri di sam
Fakih dan Gibran pun menyusun rencana yang snagat detail. Setelah adzan Maghrib berkumandang. Lalu keduanya pun masuk ke dalam untuk menunaikan sholat Maghrib dan isya secara berjamaah dengan Ashraf dan juga Abi Lukman.Setelah selesai melaksanakan seluruh rangkaian ibadah. Semuanya berkumpul untuk makan malam. Sudah ada pak Karyo yang menyiapkan makan malam dibantu juga oleh umi Risma dan Balqis. "Waah, enak banget nih," ucap Gibran sambil mencomot beberapa gorengan khas bandung. Ada beberapa jenis per acian yang dibidangkan masih dalam keadaan hangat."Silahkan dhahar, den Gibran," kata pak Karyo selaku penjaga milik Villa keluarga Abi Lukman."Iya pak, makasih ya," ucap Gibran lalu menyantap Cireng. Makanan khas dari bandung itu dari bahan Aci yang digoreng kalau disandingkan dengan bubuk cabe dan juga saos pedas. Dihidangkan dalam keadaan hangat dan langsung disantap itu sangat nikmat."Sami-sami den," kata oam Karyo lalu dia izin untuk ke belakang melanjutkan pekerjaannya.Semua
"Wedeww, adik Naila. Sudah dari kapan datang kesini?" tanya Fakih terlihat senang dengan kehadiran Naila."Alhamdulillah nyampeknya tadi sore kak, kak Fakih kok disini. Katanya gak bisa ikut liburan, soalnya liburan sama sahabat," ungkap Naila penuh tanya."Ouh, tak kira kalian kesini dua hari lagi. Soalnya kata Om juga dua hari lagi, eh iya, disini liburan sama sahabat tapi di lain Villa," kata Fakih sambil menyenggol Gibran yang masih bingung dengan percakapan kedua orang itu."Ouhh, iya kak iya. Iya aslinya kan emang dua hari lagi, tapi ternyata nenek maksa liburannya hari ini. Jadi papa mutusin buat hari ini," jawab Naila dengan tersenyum ramah.Fakih tak tega melihat Gibran yang masih sangat kebingungan itu. "Kenapa Gib?" tanya Fakih."Naila, kamu kenal sama Ustadz Fakih?" tanya Gibran malah tak peduli dengan pertanyaan dari Fakih."Dia kan kakak sepupu aku, pemilik Villa ini," jawab Naila dengan lugunya.Gibran memukul pelan lengan Fakih. Fakih hanya tertawa sumbang. "Gila Lo Ba
Ashraf berdiri dengan rahang yang sudah mengeras. "Balqis sudah menjadi istri saya, lupakan dia dan bunuh rasa itu!" peringat Ashraf yang sudah tersulut emosinya."Setiap orang bebas untuk menyukai dan mencintai siapapun, Ustadz Ashraf," jawab Ridho santai. Tak mau untuk permintaan Ashraf."Kamu …," tunjuk Ashraf. Namun Fakih segera berdiri dan menenangkan sang sahabat yang kesabarannya setipis tisu dibelah dua dan masih disobek menjadi empat."Raf, sabar bro, ayo duduk. Ini cuma permainan," kata Fakih menepuk pelan kedua bahu Ashraf. Balqis khawatir dengan sang suami. Lalu Ashraf duduk dan langsung Balqis pegang kedua tangannya. Balqis mencoba menanangkan Ashraf dengan menggesekkan tanganya kepada tangan Ashraf. Ashraf pun tersenyum samar mendapat perlakuan seperti itu dari istrinya.Ayra dan Anggi terlihat tidak suka dengan pemandangan itu. Meskipun tadi mereka sempat senang saat Ridho berbicara seperti itu dan Ashraf terlihat sangat marah."Ya sudah, ayo lanjut," ucap Fakih lalu ke