"Ayra!" teriak Ashraf langsung mendekati Balqis yang sudah terhuyung ke belakang."Dasar wanita gak tau diri! Bisa-bisanya kamu sudah hamil anak Ashraf. Kurang ajar kamu Balqis, kamu sudah membuat semua harapanku kacau, Balqis. Aku benci kalian berdua!!" pekik Ayra dengan nafas memburu."Astaghfirullah, Ayra kenapa kamu ada disini? kamu tidak sopan Ayra!" protes Ashraf sambil membantu Balqis untuk duduk.Balqis memegang pipinya yang berdenyut sebab tamparan Ayra yang begitu cepat dan keras. Balqis terdiam untuk beberapa waktu memegangi pipinya. Tangisannya luruh, bukan karena perkataan Ayra yang menyakitkan. Tapi karena tamparan itu yang memang sangat terasa nyeri di pipi kanannya."Aku tidak peduli, dia yang lebih tidak sopan. Dia telah mengandung anakmu Ashraf? Munafik kamu Ashraf!" sindir Ayra menatap Balqis dan Ashraf dengan tatapan benci."Kamu tidak apa-apa kan Balqis? tenangin diri kamu dulu. Saya akan menyelesaikan ini semua," pinta Ashraf mengelus pipi Balqis yang telah kemer
"Akan saya pertimbangkan kembali, Ning," jawab laki-laki itu dengan santainya lalu menyulut sebatang rokok."Ini kesempatan kembali untuk kamu, Ridho. Jangan sia-sia kan tawaran saya. Rebut kembali Balqis dari Ashraf, kamu pasti tau kalau Balqis tak pernah bahagia dengan Ashraf. Dia hanya dimanfaatkan untuk menutupi aib Ashraf," ungkap Ayra dengan tatapan membenci. Perbincangan kedua orang itu tak ada yang tau. Sebab mereka hanya berdua tanpa pendamping siapapu. Ayra yang biasanya kemanapun selalu bersama Aulia, kini dia harus sendiri. Karena penyembunyian sebab dia kabur secara sembunyi dari pesantren Darussalam dengan alasan bertemu saudara untuk beberapa hari."Baik Ning Ayra, saya akan merebut kembali Balqis. Ini demi kebahagiaan Balqis sendiri," ungkap Ridho akhirnya lalu langsung berdiri dan pamit undur diri.Ayra tersenyum puas mendengar keputusan Ridho. Sebab inilah rencana yang dia rancang untuk saat ini. Mengadu domba antara Ridho dan juga Ashraf."Baguslah!" sorak Ayra den
Kyai Zulkifli Hasan, beliau seorang salah satu ulama di Jakarta Timur. Beliau merupakan murid dari Kyai Ja'far yang merupakan seorang alim lulusan dari Cairo, Mesir. Kyai Zulkifli berguru kepada Kyai Ja'far sejak dari Madrasah Tsanawiyah di pesantren Nurul Amin yang didirikan oleh Kyai Ja'far. Lalu Kyai Zulkifli melanjutkan mencari ilmu ke Universitas Taibah yang merupakan Universitas di Madinah. Lalu setelah selesai menuntut ilmu dan merasa cukup dengan ilmunya, barulah Kyai Zulkifli membangun pesantrennya sendiri. Yaitu pesantren Al-fatah yang sudah berdiri dua puluh dua tahun. Dan sekarang santri dan santriwati beliau mencapai belasan ribu. Sungguh pencapaian yang luar biasa.Sebelumnya, Kyai Zulkifli mempunyai seorang teman akrab pada saat beliau masih Madrasah Aliyah. Teman satu kelas dan juga satu blok kamar. Teman yang juga sama sukanya dalam menuntut ilmu. Namun setelah Kyai Zulkifli menuntut ilmu ke Madinah, mereka berdua berpisah. Hingga suatu hari mereka dipertemukan kemba
Mobil Ashraf berhenti di sebuah Villa yang berada di tengah bukit di Bogor. Pemandangan yang begitu indah dan udara yang sejuk. Membuat siapapun yang datang ke tempat itu pasti akan suka. Pepohonan dan tumbuhan hijau yang begitu banyak. Membuat semua terasa asri dan kehidupan desa yang menyegarkan. Terdapat juga beberapa kebun teh yang sangat luas dilihat dari Villa itu."Kita kesini?" tanya Balqis dengan ambisius menuruni mobil Ashraf. Lalu merentangkan kedua tangannya. Menghirup udara sehat sebanyak-banyaknya. Sebab di kota besar dia tak akan merasakan nikmat seperti ini."Iya, kita akan disini untuk beberapa hari. Saya ingin kamu istirahat dari semua masalah yang telah kamu lewati," ucap Ashraf memegang kedua pundak Balqis.Balqis tersenyum manis, rasanya seperti mimpi bahwa sekarang dia sudah diterima oleh seorang Ashraf yang dulunya begitu dingin dan cuek. Ternyata setelah cukup lama bersamanya, Ayra paham kalau Ashraf tak sedingin itu."Terima kasih," ucap Balqis. Lalu Balqis ke
Balqis terhenyak dengan pertanyaan wanita itu. Semua orang terdiam menunggu respon Balqis yang lagi kebingungan. Udara sejuk di kebun teh itu berubah menjadi angin yang mencekam. Padahal yang dikatakan wanita itu tak benar. Namun Ashraf yang memahami kondisi istrinya lalu menjawab pertanyaan wanita itu."Alhamdulillah kami menikah sudah dari dua bulan yang lalu. Dan istri saya sekarang memang hamil, usia kandungannya masih tiga Minggu," sahut Ashraf menjawab pertanyaan wanita itu dengan dingin."Ouhh, iya tuan iya. Saya kira hamil duluan, soalnya kan sekarang banyak kasus yang begitu. Hamil duluan baru nikah, anak muda zaman sekarang ya," ucap wanita itu tersenyum kecut mencoba mencairkan suasana.Namun beberapa pekerja lainnya malah geleng-geleng dengan tingkah wanita itu yang berlebihan terhadap Ashraf yang notabene nya anak dari bos mereka sendiri."Lain kali jangan asal ngomong Bu, takutnya jadi fitnah kalau gak bener. Saya ini bukan orang yang seperti itu," peringat Ashraf dengan
Ashraf tidak habis pikir dengan keinginan Balqis. Sedari tadi Balqis mendiaminya sebab keinginannya tidak Ashraf kabulkan. Bagaimana mau dikabulkan baru nyampe saja di Villa dan Balqis malah meminta makanan yang ada di seberang pesantren Al Fatah yang ada di Jakarta Timur. Jarak dari Bogor ke Jakarta Timur itu jauh apalagi jalanan di Bogor di dekat villa itu bukan jalan yang mulus jadi Ashraf tidak mengizinkan untuk kembali ke Jakarta.Sebab percuma dong liburannya pasar sudah menyiapkan itu semua Balqis. Maafin saya ya, permintaan kamu kali ini tidak bisa saya kabulkan. Lebih baik kamu minta lain yang bisa saya kabulkan,” mohon Ashraf mengatupkan kedua tangannya. Ashraf mendekati Balqis dan Balqis pun diam tanpa menoleh ke arah Ashraf. Lalu Ashraf pun mencoba merayu Balqis dengan mengelus kepalanya, biasanya Balqis menyukai perhatian Ashraf yang seperti itu. Namun kali ini Balqis tak mengindahkan keberadaan Ashraf. Dirinya duduk cemberut sambil memandangi hamparan kebun teh di hadap
"Ada apa, Mas" tanya Balqis sambil membawa segelas susu putih untuk Ashraf. "Saya disuruh ke pesantren besok, gimana ya," ungkap Ashraf mondar mandir. "Terus kenapa masih bingung? Kalau itu sudah perintah kyai, ya kabulin saja," ucap Balqis lalu menaruh segelas susu itu di atas meja ruang tamu. "Tapi kan, kita baru cuma sehari kalau besok sudah pulang. Saya juga sudah mengambil libur tiga hari," ucap Ashraf lalu duduk dengan wajah kebingungan. "Ya gak apa-apa, Mas. Toh sebentar lagi kan ujian semester terus liburan. Nanti puas-puasin dah liburannya ya," ucap Balqis menyabarkan Ashraf yang masih kebingungan. "Berarti kamu gak apa-apa kalau kita pulang besok," tanya Ashraf. Balqis mengangguk," iya, mau kok. Udah jangan dibuat bingung ya, ayo minum susunya biar pedesnya bisa dapat dinetralisirkan," titah Balqis menyodorkan segelas susu rasa Vanilla. Ashraf pun menerima pemberian Balqis itu. "Alhamdulillah, terima ya istriku," ungkap Ashraf dengan tersenyum penuh arti. Balqis langs
"Iya ya, padahal kemarin dia kan buat maksiat di pesantren ini. Kok masih bisa jadi orang kepercayaan Kyai. Jadi curiga," ucap ustadz yang lain juga."Jangan gitu, ustadz Ashraf kan alim ya? Kalau kata santri putri disini Ustadz Dingin!" sindir Ustadz Zain semakin menjadi."Jangan begitu Ustadz senior. Ustadz Ashraf ini kan Ustadz terbaik dan teladan di pesantren Al Fatah. Kita mah apa, tapi Ustadz Ashraf gak beneran pakai ilmu jampi-jampi kan buat memikat banyak orang?" gumam Ridho yang ikut menyindir Ashraf."Loh, Ridho kalau ngomong suka bener!" ucap Zain sambil tertawa bersama beberapa ustadz yang memang tidak menyukai Ashraf."Astaghfirullah, kalian ini Ustadz tapi omongannya kek orang luar yang tak berilmu, miris," ungkap Fakih yang berada di samping Ashraf. Ikut membela sang sahabat yang hanya bungkam dibicarakan di depannya."Sudah Ashraf, jangan dengerin omongan orang-orang seperti mereka. Makan hati aja," sambung Fakih memegang kedua bahu Ashraf. Mencoba memberi keregangan u