Terima kasih, saya akan segera transfer ganti ruginya!" ucap Yolla sambil menerima kunci mobilnya dari tangan Callisto.
"Oke," angguk Callisto singkat dari dalam mobilnya sendiri.Kali ini Sony jelas tidak dapat memaklumi kelakuan putri tunggalnya itu. Begitu dia melihat Yolla menampakkan dirinya di kantor, dia langsung memerintahkan Mita untuk menyampaikan perintahnya.“Bu Yolla, Anda diminta Pak Sony untuk menghadap ke ruangannya.” Mita memberi tahu dengan takut-takut.“Oke,” angguk Yolla datar, dia sudah menduga jika cepat atau lambat Sony pasti akan memanggilnya.“Kenapa semakin ke sini kamu semakin susah diatur?” tegur Sony sambil memandang tajam Yolla saat dia sudah duduk menghadapnya. “Kamu sudah tidak bukan remaja lagi, Yol.”“Maaf Pa,” sahut Yolla pendek, pikirannya yang sedang dipenuhi oleh sosok Callisto membuatnya tidak terlalu meresapi ucapan sang ayah.“Semalam kamu pergi ke mana?” tanya Sony penuh selidik.“Papa biasanya tahu aku sukaDan kini, dia menagih janjinya kepada Yolla.“Saya yang seharusnya minta maaf,” ucap Yolla ketika dia dan Callisto bertemu di kafe setelah pulang kantor. “karena saya lupa minta nomor rekening Anda.”“Tidak masalah,” sahut Callisto tenang. “Mana ganti rugi yang Anda janjikan?”Yolla mengulurkan satu tas belanjaan kepada Callisto. "Saya pesan khusus sesuai dengan standar yang Anda minta," tutur Yolla dengan sungguh-sungguh. Callisto menerima tas itu, tapi meleset hingga tas dan seisinya itupun jatuh ke lantai kafe. "Maaf!" seru Yolla terkejut saat Callisto terpaksa membungkukkan tubuhnya untuk meraih tas pemberian Yolla. Yolla berdiri dan cepat-cepat membantunya. Saat dia menundukkan wajah, Callisto menegakkan diri dan tanpa sengaja membuat kepalanya beradu cukup keras dengan dagu lancip Yolla. "Aduh!" rintih Yolla ketika dia merasakan bibir bagian dalamnya membentur giginya sendiri akibat tabrakan yang keras tadi. "Bu Yolla?" Callisto terkej
Sempat terpikir dalam benak Yolla untuk minta dibuatkan perusahaan baru yang bergerak di bidang dagang dengan penjualan produk-produk kecantikan. Namun, dia tak yakin Sony akan mengabulkan keinginannya begitu saja.“Bikin perusahaan baru? Memangnya perusahaan yang ini sudah mampu kamu bawa sampai mana?” tanya Sony dalam benak Yolla.Membayangkan kemungkinan itu, Yolla memilih untuk berkonsentrasi penuh memajukan perusahaannya. Apalagi kelak dia akan mengambil alih kepemimpinan perusahaan Sony karena Byanz sudah tidak ada di tengah-tengah mereka.Rapat siang itu digunakan Yolla untuk membahas beberapa kendala yang ada di dalam perusahaan, salah satunya tentang usulan menaikkan upah lembur demi meningkatkan kesejahteraan para karyawan.“Hari yang sibuk?” sapa Virnie ketika Yolla tiba di rumah.“Lumayan Ma,” sahut Yolla dengan wajah lelah. “Papa mana?”“Kamu ini aneh, satu kantor sama papa kok sampai nggak tahu kalau papa lembur.” Virnie berkomentar sambil mengg
“Dia ... ternyata sudah punya anak?” gumam Yolla, terasa sedikit hantaman cukup keras yang melanda jantungnya saat itu.Betapa herannya Sisty saat Yolla muncul di salonnya dengan wajah masam, dia meletakkan satu porsi sop ayam di atas meja kemudian langsung berlalu pergi begitu saja.Sejak itu Yolla merasa emosinya suka berubah-ubah tanpa sebab yang jelas, terlebih saat dia sedang sendirian.“Nyebelin banget ...” Yolla membenamkan wajahnya di atas lutut sambil menggerutu. Dia berusaha keras mengusir bayangan Callisto yang kadang-kadang berseliweran di dalam kepalanya. Di saat yang bersamaan dia merasa ingin marah dan tersenyum sekaligus tanpa mampu dia kendalikan.“Dugem, yuk?” ajak Yolla kepada Sisty saat akhir pekan tiba.“Kamu nggak usah aneh-aneh,” sahut Sisty tidak setuju. “Masalahnya kamu itu anak papa, bisa habis aku diceramahi Om Sony kalau aku ketahuan dugem sama kamu.”Yolla menghela napas berat.“Kamu kenapa sih, Yol?” tanya Sisty ingin tahu. “
“Sudah saya bereskan saat memenuhi undangan CEO-nya,” jawab Callisto tanpa mendongak, karena dia tahu bahwa Clerin hanya mencari topik agar bisa berlama-lama di ruangannya.“Clerin, kapan saya bisa pergi?” tanya Callisto dengan nada jenuh ketika tiba jam makan siang.“Kenapa? Kamu sudah tidak sayang lagi sama Vhea?” tanya Clerin balik.“Tentu saja saya sayang sama Vhea,” jawab Callisto tegas. “Tapi kalau cara kamu seperti ini, maka sama saja kamu sudah membohonginya, dan menurut saya itu tidak baik untuk masa depannya nanti.”Clerin menatap Callisto lekat-lekat.“Vhea masih sangat kecil, dia tidak akan bisa mengerti kalau ayahnya sudah meninggal. Tolong kamu bertahan sedikit lagi demi dia,” pinta Clerin dengan wajah memohon. “Saya tidak keberatan untuk membantu kamu mendapatkan dokter terbaik demi kesembuhan kamu.”Callisto tidak menjawab.“Sudah satu setengah tahun dan tidak ada kemajuan sedikitpun,” keluhnya kemudian.“Itu karena kamu terlalu sibuk
Yolla melongo hingga beberapa detik lamanya. Orang itu, geramnya kesal. Memang tidak bisa dikasih hati lagi.“Nanti saya kabari kalau sudah selesai seminarnya, Pak!” kata Yolla kepada sopirnya, setelah itu dia berlari mengejar Callisto yang hampir mencapai lobi.“Bisa tidak Anda jaga ucapan Anda sama saya?” tanya Yolla ketus setelah berhasil menjajari langkah Callisto.“Ucapan saya yang mana?” tanya Callisto tanpa menoleh memandang Yolla.“Yang barusan itu,” sahut Yolla menahan geram. “Sungguh sangat tidak sopan, wakil perusahaan bergengsi seperti Anda ternyata tata kramanya begitu rendah ....”“Serendah Anda yang pernah sengaja muntah di baju saya?” sindir Callisto dengan suara rendah tapi sangat menusuk tepat ke ulu hati Yolla.“Saya kan sudah minta maaf dan bahkan mengganti baju Anda sesuai dengan standar yang Anda mau!” sergah Yolla dengan intonasi sedikit meninggi. “Kenapa Anda terus mengungkitnya?”Callisto tidak menjawab dan tetap meneruskan langka
“Pak Keva, tolong formal sedikit ... malau didengar orang.” Yolla mengingatkan. “Saya-Anda, bukan aku-kamu ...”“Kalau begitu ajarilah aku,” suruh Keva sambil mengedipkan matanya.Yolla tentu saja tidak ingin menanggapi rayuan Keva yang dilancarkan dalam bentuk apa pun.“Tolong ya, Pak Keva ... Anda jangan ... seperti ini?” desis Yolla sembari mundur menjauh. “Tolong, Anda bilang sendiri kalau ini adalah pertemuan bisnis.”Keva menghentikan langkahnya.“Nanti, kalau rekan kamu yang satunya sudah datang.” Dia menegaskan. “Selama dia belum datang, bolehlah kalau aku dan kamu main-main dulu.”Tangan Keva terulur menjangkau dagu lancip Yolla dan menariknya lembut, membuat Yolla merasakan tubuhnya menegang seketika.Untungnya, logika masih mengendalikan diri Yolla sehingga dia terpaksa mendorong Keva agar menjauh.“Permisi?” Sebuah suara membuat Keva harus berhenti merayu Yolla. “Maaf, saya datang terlambat.”Yolla menoleh dan terkejut sekali saat meli
Yolla berbalik untuk menghadapi Callisto dengan senyum sinis.“Saya tidak butuh bukti apa pun,” komentar Yolla sambil menatap tajam Callisto. “Tidak penting bagi saya apakah Anda ini pria tulen atau bukan.”Callisto berdiri diam sambil menatap mata Yolla. Ketika itu, sebuah sepeda motor melaju oleng hendak meninggalkan halaman parkir dan tanpa sengaja menyenggol punggung pria itu. "Maaf Pak, saya buru-buru!"Callisto terdorong maju, membuatnya tanpa sengaja mengimpit Yolla tapi untung kedua tangannya refleks mendarat mulus di bodi mobil miliknya. Yolla memekik sebentar, selanjutnya dia hanya mampu berdiri membeku saat Callisto mengurungnya tanpa sadar."Maaf!" ucap Callisto begitu dia menyadari posisinya yang tidak dia duga. Cepat-cepat dia tarik tangannya dan berbalik pergi meninggalkan Yolla begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.Yolla masih berdiri membeku hingga seakan dia lupa bagaimana caranya bernapas kalau saja Sisty tidak segera keluar
“Namanya juga orang susah Babyanz itu,” komentar Yolla sambil tertawa, pandangan matanya terarah ke seberang jalan dan dia terkesiap kaget.“Kenapa kamu, Yol?” tanya Sisty sambil memperhatikan raut wajah Yolla. “Kok kayak habis melihat hantu?”Yolla terdiam, matanya tanpa berkedip mengawasai seberang jalan. Tepatnya ke arah Callisto yang sedang menggendong bocah perempuan itu lagi.Namun, kini dia tidak sendiri. Melainkan ada seorang wanita dewasa yang sedang berjalan di sampingnya.“Coba kamu lihat di sana,” tunjuk Yolla dengan pandangan matanya.Sisty menoleh ke arah yang ditunjuk Yolla, kedua matanya melebar sampai nyaris keluar dari tempatnya saat dia melihat Callisto sedang bersama seorang wanita.“Pantesan ...” komentar Sisty pendek, dia mengerti sekarang apa yang membuat Yolla seterkejut itu.“Sayang amat, ternyata incaran kamu sudah punya anak sama istri.” Yolla menimpali. “Mendingan kamu coba cari yang lain aja deh, Sis.”“Nggak salah, nih?”