Suamiku Simpanan Tante-tante 12
Berkelit"Jika tidak, lalu tanda merah di bahu kamu itu siapa yang buat? Kita sudah tak melakukan kontak fisik selama dua hari, lalu kenapa ada tanda merah di badan kamu Mas?! Pasti kamu telah melakukan kecurangan dengan wanita lain!"Dengan sedikit gemetar akhirnya aku pun mengatakan apa yang memang sudah harus kukatakan sejak tadi sebenarnya. Semoga saja kali ini aku mendapatkan jawaban yang pasti atas semua kegundahan hati yang kini tengah kurasakan. Aku pun kini telah siap dengan apa pun jawaban yang nanti akan diberikan oleh Mas Saleh."Ta-tanda merah?!" Tak kusangka malah kini suamiku itu yang menjadi gugup dan mencoba lari dari tatapan mataku. Beda sekali dengan raut wajahnya beberapa saat lalu. Apa ini artinya dia memang sedang menyembunyikan sesuatu?"Iya tanda merah! Aku tadi melihatnya dengan jelas di sini! Bahkan ada dua buah loh tanda merah itu Mas!" Ucapku sambil menunjuk bagian bahu Mas SalehSuamiku Simpanan Tante-tante 13Hanya Pura-pura "Terima kasih, Dek! Terima kasih banyak karena kamu sudah percaya padaku! Kamu memang istri yang sempurna.""Sama-sama, Mas. Demi Kevin dan demi keutuhan rumah tangga kita ini, aku akan mencoba menghalau semua kerikil kecil yang pasti akan terus mencoba menghalangi langkah kita. Maaf ya tadi aku sempat menuduh kamu yang tidak-tidak," ucapku sembari mencoba mengukur senyum termanis yang pernah kumiliki."Tak apa, Dek. Aku bisa mengerti semua itu kok, pasti tadi kamu mikir yang buruk karena terbakar cemburu bukan? Tenang saja, aku tak akan pernah berbuat sedikit pun kecurangan di luar sana dan tak ada wanita lain dalam hidup ini. Tetapi jujur, aku juga seneng sekali sih, karena itu menunjukkan jika kamu itu memang cinta sekali padaku, Dek," tukas Mas Saleh sambil mengedipkan sebelah mata.Mas Saleh nampak lega sekali saat ini, seperti seorang yang selamat dari jurang kematian. Kini suamiku it
Suamiku Simpanan Tante-tante 14Aneh Lagi "Ya ampun, bagus banget sih sepatu ini," ucapku Sambil mengagumi sebuah sepatu sneaker berwarna hitam polos."Kamu suka, Dek? Ya sudah langsung bawa ke kasir saja," ucap Mas Saleh enteng sambil mendorong stroler Kevin."Nggak perlu deh, Mas. Tadi kan aku juga sudah membeli satu sepatu, dan tadi kira juga sudah membeli banyak barang. Nggak usah deh."Kami memang sudah belanja beberapa stel pakaian dan juga sepatu, jadi kenapa harus membuang uang lagi? Lagian sepatu yang saat ini kupegang harganya hampir mencapai dari kita. Untuk apa kita menghamburkan uang sebanyak itu hanya untuk sebuah alas kaki? Bukankah lebih baik digunakan untuk keperluan yang lain?"Nggak apa-apa kok ambil saja, kamu pasti makin terlihat cantik jika memakai sepatu itu. Apa kamu takut karena melihat harganya, Dek?" Seakan bisa membaca pikiranku, Mas Saleh pun menebak dengan benar kali ini."Ya seperti itu l
Suamiku Simpanan Tante-tante 15Tante Feby Yang CentilAku pun berusaha menunjukkan senyum palsu pada Mas Saleh kali ini. Tetapi aku sungguh kaget saat keluar dari toko dan melihat ke arah tempat duduk Mas Saleh dan Kevin. Seorang wanita setengah baya, mungkin usianya hampir sama dengan ibu mertuaku, saat ini sedang duduk dan mengelus pipi Mas Saleh dengan mesranya. Anehnya lagi, suamiku itu pun sepertinya tak risih dengan perlakuan itu. Siapa sebenarnya perempuan itu?"Si-siapa ibu ini, Mas?" tanyaku dengan sedikit gugup.Mungkin karena saking intensnya Mas Saleh dan wanita itu berinteraksi, mereka hingga tak sadar kini aku tengah berdiri tepat di depan mereka."Eh ... kamu sudah selesai belanjanya, Dek?" ucap suamiku masih dengan terlihat gugup.Mas Saleh nampak sangat gugup sekali juga saat ini. Dengan sigap dia pun memindahkan tangan wanita setengah baya berpakaian sexy itu, yang sejak tadi mengelus pipi Mas Saleh itu.
Suamiku Simpanan Tante-tante 16Dia Kesepian"Oke, aku minta kalian berdua jawab dulu pertanyaanku ini. Jadi Tante Feby ini salah satu penghuni perumahan yang dijaga oleh Mas Saleh, tetapi kenapa kalian tadi begitu mesra sekali? Bahkan kurasa sudah seperti pasangan kekasih saja!" ucapku sambil tersenyum.Aku memang sudah berusaha untuk bersikap lebih lembut dan tidak lagi emosi, tetapi tentu saja hal ini tetap harus ku ketahui. Enak saja mereka mau mangkir penjelasan dariku, sudah jelas melakukan sebuah kesalahan di depan mata kok ya masih saja tenang dan tak mau menceritakan hubungan apa yang terjadi di antara mereka."Di antara kami tentu saja tak ada hubungan apa-apa, Dek. Ya sebatas hubungan antara penjaga dan tuan rumah, ya seperti itu saja. Tante Febby ini memang orangnya supel sekali pada semua orang, dan baik sekali dengan siapa saja. Tak hanya denganku beliau ini baik, tapi pada semua satpam dan juga warga penghuni perumahan." Mas Saleh p
Suamiku Simpanan Tante-tante 17Royal"Kamu jangan berpikir yang macam-macam ya tentang aku, Mbak. Meski penampilan aku seperti ini, dan kadang aku bersikap manja pada laki-laki. Tetapi percayalah aku ini bukan Tante-tante kesepian seperti yang ada di layar kaca itu. Aku masih memiliki hati nurani untuk tak melakukan perbuatan yang menjijikkan itu. Banyak cara lain untuk menghapus kesepian tanpa berbuat yang tidak benar."Seakan mengerti dengan apa yang saat ini kupikirkan tentang dia, si Tante Feby pun berucap demikian. Ada sedikit rasa tak enak karena aku telah memikirkan hal yang tidak baik tentang orang lain."Yang pasti aku dan Saleh tak punya hubungan apa-apa, Mbak. Hanya saja dia ini persis seperti putraku, karena itu aku senang dengannya. Kapan-kapan kamu dan Kevin juga main saja ke rumahku ya, aku tentu akan merasa sangat senang sekali nanti." Tatapan mata Tante Feby kali ini terlihat berbeda padaku, tetapi aku tak bisa menebak apa artiny
Bab 18Dalih Bercanda"Apa maksud kamu, Dek? Kenapa ujung-ujungnya jadi bahas tanda merah lagi?""Ucapan Tante Feby tadi menyinggung masalah soal tadi malam. Apa yang kalian lakuin sebenarnya?! Jawab dengan jujur, Mas!"Aku melihat wajah Mas Saleh yang mulai tegang sedangkan Tante Febby justru terlihat santai sambil senyum-senyum tidak jelas. "Tadi malam itu--""Saya tadi cuma bercanda aja, Mbak." Tante itu kembali tertawa, kali ini bahkan sambil mukul-mukul ke lenganku. "Kenapa wajah kalian jadi tegang begitu, sih? Hidup kalian serius banget kayak nggak ada santai-santainya gitu. Hahaha.""Tuh, 'kan?! Kamu bikin malu aja, deh, Dek. Masa habis digigit Tomcat kamu sangkutin sama bercandaannya Tante Feby? Jangan mikir yang nggak-nggak, dong. Kamu mau bikin malu aku?""Bukan begitu, Mas. Lagian bercandanya nggak etis banget, sih. Kenapa harus bawa-bawa ranjang segala? Bercandanya tante Feby bikin siapa saja bisa salah paham!" Kesel rasanya karena seolah-olah aku sedang dipermainkan di s
Bab 19Gelisah di Tengah Malam yang PanasAku menghampirinya Mas Saleh yang sedang asyik bermain ponsel, sedangkan TV juga sedang menyala. Senyum dan tawanya tidak dia tunjukan untuk acara lawak layar kaca yang lebih lebar itu. Tatapannya masih fokus pada gawai dan seolah keberadaanku tidak bisa dirasa. “Mas,” panggilku pelan.“Ya ampun, Dek! Kamu bikin kaget aja!” Padahal, aku tidak berniat untuk mengagetkannya. Suaraku juga sehalus kapas, tetapi dasar Mas Saleh saja yang fokusnya hanya pada ponsel saja. “Kamu lagi apa, sih, Mas? kelihatannya serius amat, asyik banget lagi. Chattingan sama Tante Feby, ya?” Aku asal saja, tetapi tentunya dengan niat terselubung.“Apa, sih, Dek? Kamu jangan mulai lagi, deh!” Dia menjawab dengan acuh tak acuh. Namun, saat aku mencoba untuk mengintip, dia justru menyembunyikan ponsel itu dengan menempelkannya di depan dada. “Dek … geseran dikit, dong. Kamu terlalu nempel kayak permen karet, tau!” Aku mengendus sembari mengambil jarak yang semula mem
Bab 20 Gelisah yang Tak Kunjung HilangSeperti yang sudah dijanjikan Mas Saleh, aku akhirnya bisa dengan leluasa membuka ponselnya. Saat ini masih pagi buta. Mas Saleh sepertinya masih kelelahan karena aktivitas panak kami semalam. Dia tidur dengan kepala yang mengusel di punggungku yang polos. Dengan posisi miring, aku bisa meraih ponsel Mas Saleh dengan mudah di atas nakas. Aku tidak mau kehilangan kesempatan buat mendapatkan nomor ponsel wanita itu. Wanita yang Mas Saleh bilang adalah istri dari temannya yang suka mengerjai. Aku ingat betul. Suaranya mirip dengan suara Tante Feby. Nada suara yang mendayu manja dan sedikit cempreng, tetpai kesannya dipaksa buat halus--astaga! Mengingatnya saja sudah berhasil membuatku merinding.Kubuka aplikasi chat berwarna hijau. Nomor kontak itu menjadi pusat perhatianku karena berada paling. Aku membukanya. Ada kekecewaan di dalam hati saat obrolan itu itu hanya sebatas ucapan selamat malam saja. Padahal, aku yakin sebelumnya pasti ada hal