Home / Pernikahan / Suamiku Simpanan Tante-tante / Gelisah Yang Tak Kunjung Hilang

Share

Gelisah Yang Tak Kunjung Hilang

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2022-06-09 06:41:29

Bab 20

Gelisah yang Tak Kunjung Hilang

Seperti yang sudah dijanjikan Mas Saleh, aku akhirnya bisa dengan leluasa membuka ponselnya.

Saat ini masih pagi buta. Mas Saleh sepertinya masih kelelahan karena aktivitas panak kami semalam. Dia tidur dengan kepala yang mengusel di punggungku yang polos. Dengan posisi miring, aku bisa meraih ponsel Mas Saleh dengan mudah di atas nakas.

Aku tidak mau kehilangan kesempatan buat mendapatkan nomor ponsel wanita itu. Wanita yang Mas Saleh bilang adalah istri dari temannya yang suka mengerjai.

Aku ingat betul. Suaranya mirip dengan suara Tante Feby. Nada suara yang mendayu manja dan sedikit cempreng, tetpai kesannya dipaksa buat halus--astaga! Mengingatnya saja sudah berhasil membuatku merinding.

Kubuka aplikasi chat berwarna hijau. Nomor kontak itu menjadi pusat perhatianku karena berada paling. Aku membukanya.

Ada kekecewaan di dalam hati saat obrolan itu itu hanya sebatas ucapan selamat malam saja. Padahal, aku yakin sebelumnya pasti ada hal
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Akun F******k-nya Tante

    Bab 21Akun Facebook-nya TanteSaat Mas Saleh sudah berangkat bekerja, dan setelah menyelesaikan pesanan untuk jualan online-ku, aku mencoba untuk menghubungi nomor yang aku curigai milik Tante Feby. Tentu saja agar tidak ada kecurigaan dari Mas Saleh, aku menggunakan nomor baru yang sama sekali belum pernah aku gunakan. Percobaan pertama dan kedua kali panggilanku tidak dijawab. Untuk yang ketiga kalinya, barulah ada jawaban dari si pemilik nomor. “Halo? Siapa ini?” Aku tidak langsung menjawab. Suara ini jelas-jelas suaranya tante ganjen itu. Padahal, sebelumnya Mas Saleh bilang kalau pemilik nomor ini adalah temannya yang suka mengerjainya. Namun, mengapa dia harus berbohong padaku? “Ih, siapa, sih, ini?!”Sepertinya dia mulai kesal karena tidak kunjung mendapat jawaban dariku. “Kalau mau niat nelepond, bicara, dong! Orang iseng, ya?!” Baru aku akan menjawab ucapannya, panggilan itu sudah diakhiri. Kuhela napas panjang, Jangan biarkan aku terjebak dalam emosi seperti ini, Aku

    Last Updated : 2022-06-11
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Berbohong Itu Tidak Menyenangkan

    Bab 22Berbohong Itu Tidak MenyenangkanSegera aku menelepon Mbak Desi. Namun, dia sama sekali tidak menjawab panggilanku. Ya Allah, apa yang akan dia lakukan? Jika Mas Saleh tahu tentang ini, dia pasti akan marah padaku.Sebagai alternatif lain, aku menghubungi Mas Saleh. Memintanya agar tidak percaya dengan ucapan Mbak Desi. Kalau bisa, aku buat dia agar tidak bertemu dengan wanita itu. “Assalamu’alaikum, Mas. Kamu ada di mana?”“Wa’alaikumsalam. Ada apa, Dek? Kok, kedengerannya kayak lagi buru-buru banget, sih?” “Kamu masih berjaga, ‘kan, Mas?” Aku mengabaikan pertanyaannya. Sepertinya Mas Saleh sedang senggang, jadi bisa menerima panggilan dengan cepat. “Iya, masih berjaga di komplek. Kenapa, Dek?” Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan ini benar atau tidak, tetapi yang jelas aku tidak ingin Mas Saleh bertemu dengan Mbak Desi. Kakak iparku itu tidak pernah main-main dengan ucapannya. Mungkin saat ini juga dia sedang menuju ke tempat kerja suamiku. Ragu-ragu, aku berkata, “K

    Last Updated : 2022-06-11
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Jaminan Hutang

    Bab 22Jaminan HutangAku ingin menertawakan situasi aneh seperti ini. Setelah Mas Saleh kembali ke tempat kerjanya, Mbak Desi justru datang. Sebelumnya wanita itu sudah mengancamku lebih dulu dan akan memastikan kalau aku memang tidak memiliki uang untuk membayar hutang.“Buat apa, sih, Mbak kalau aku bohong? Aku juga mau hutangku cepat lunas. Tapi, gimana caranya aku melunasi kalau Mbak Desi terus membengkakkan bunga yang nggak seharusnya.” “Halahh … itu salah kamu sendiri yang ngundur-ngundur waktu terus! Kamu itu aslinya nggak niat buat bayar hutang. Iya, ‘kan?” Wanita yang mengenakan make up tebal itu terus menghardik tanpa peduli kalau mungkin tetangga bisa mendengar suaranya yang menggelegar itu. Oh, mungkin memang dengan sengaja dia melakukannya. Dari dulu juga kakak iparku ini selalu gemar mempermalukanku di depan umum. “Aku nggak pernah berniat begitu, Mbak. Sejak awal aku juga udah bilang kalau perekonomian kami tidak selamanya lancar.”“Mana mungkin! Kamu berusah membo

    Last Updated : 2022-06-12
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Tak Konsisten

    Bab 24Dia yang Tidak KonsistenMas Saleh pulang, dan sesuai dengan janjinya dia membawakan martabak untuk. Setelah Apa yang dilakukan oleh kakak iparku tadi siang, rasanya aku benar-benar kehilangan minat untuk makan. Namun, demi menghargai niat baik suamiku, aku tetap memakan martabak yang dia bawa."Kamu masih lemas gara-gara diare tadi siang?" Dia bertanya setelah duduk di depanku. Kami berada di ruang tamu, sementara Kevin sudah tidur sejak tadi.Mas Saleh sudah terlihat bersih dan rapi. Tidak ketinggalan juga aroma parfum yang belakangan ini sering dia gunakan meski berada di dalam rumah. "Mungkin, Mas." Padahal aku lemas gara-gara sikap Mbak Desi. Aku benar-benar dilema sekarang."Tapi kamu harus tetap makan. Biar ada tenaga." Mas Joko juga ikut mengambil sepotong martabak dan menyuapkan mulutnya sendiri. Aku tersenyum dan mengiyakan saja ucapannya."Ngomong-ngomong perhiasan yang kita beli kemarin kamu nggak pakai?" Deg!Aduh, kenapa dia bertanya sekarang? Pasti saat aku m

    Last Updated : 2022-06-13
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Dia dan Kloningannya

    Bab 25Dia dan Kloningannya Meskipun Mas Saleh bilang kalau aku tidak perlu jualan online lagi, aku tetap mengerjakannya dengan sepenuh hati. Hutangku pada Mbak Desi tinggal sedikit lagi. Secepat mungkin akan kulunasi jika sudah cukup uangnya.“Dek, aku berangkat dulu, ya.” Mas Saleh beranjak dari meja makan setelah menyelesaikan sarapannya. Aku menghampirinya, kemudian mencium tangan suamiku itu. “Kamu pulang malam lagi, Mas?”“Eum … nggak tahu. Nanti aku kabari kamu aja.”Kuanggukkan kepala sebagai respons. “Mas,” panggilku sebelum dia benar-benar keluar dari halaman rumah. “Aku nggak keberatan hidup pas-pasan kayak dulu, kok. Aku menerima dengan ikhlas dan ridho dengan apa yang Mas berikan padaku.” Mas Saleh tidak langsung menjawab. Dia sepertinya tahu ke mana arah ucapanku tadi. Karena tidak kunjung mendapat jawaban, aku kembali berbicara, “Aku benar-benar lebih merasanya nyaman dengan kehidupan kita yang dulu, Mas. Kamu yang nggak pulang malam, banyak waktu juga buat main sama

    Last Updated : 2022-06-15
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Hinaan Dari Kakak Ipar

    Bab 26Penghinaan dari Kakak IparMbak Desi beberapa hari ini sudah tidak menerorku lagi. Berkat perhiasan yang dia ambil dariku, teror 'kapan bayar hutang?' itu tidak mengusik hari-hariku. Namun, bukan berarti tidak ada lagi ancaman. Kakak iparku itu mungkin diam-diam sedang menaikkan bunga hutangku lagi, dan tentu saja akan membuatku sulit untuk membayarnya. Kali ini aku tidak akan membiarkannya begitu saja. Alhamdulillah, berkat izin Allah, pelanggan kemarin benar-benar memborong daganganku sampai stok yang ada di rumah habis. Tentu saja untungnya juga lumayan dan bisa menambal kekurangan hutangku. Hari ini, setelah makan siang, aku berkunjung ke rumah Mas Mamat."Assalamualaikum." Kuketuk pintu dengan perasaan was-was. Setelah dua kali mengucapkan salam, akhirnya pintu terbuka dan memperlihatkan Mbak Desi yang raut wajahnya langsung masam ketika melihatku."Mau apa kamu?" Dia menyahut tanpa menjawab salamku."Anu, Mbak, aku ke sini buat bayar hutang." Meski ditatap tajam, aku m

    Last Updated : 2022-06-16
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Mata Tetangga

    Bab 27Mata TetanggaSepulang dari rumah Mas Mamat, tubuhku lemas kehilangan tenaga. Kevin yang berada di sampingku juga memperhatikanku dengan lamat-lamat. Mungkin tahu bagaimana perasaanku saat ini.Aku harus cari cara biar bisa secepat mungkin dapat tambahan 2 juta lagi untuk bisa melunasi hutang dan bunga. Sejenak aku berpikir untuk mengatakan pada Mas Saleh kalau perhiasanku dicuri maling. Mungkin itu akan lebih mudah, tetapi sama artinya aku tidak menghargai pemberian suamiku sendiri. Ya Allah, aku sangat dilema sekarang. Dari mana aku mendapat uang 2 juta dalam waktu sesingkat ini? Tidak bisa. Daripada berandai-andai saja tanpa usaha, lebih baik aku memasang iklan lagi ke sosial media aku yang baru seperti akun Facebook yang sebelumnya tidak pernah kugunakan, Instagram dan aku juga berselancar ke Twitter. Tidak tahu apakah pasar di sana itu memungkinkan, tetapi apa masalahnya aku untuk mencoba?Aku notifikasi penerimaan atas permintaan pertemanan pada salah satu temannya Mas

    Last Updated : 2022-06-17
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Gunjingan Tetangga

    Bab 28Gunjingan TetanggaSetelah mendengar cerita dari Mbak Anita, aku jadi semakin curiga dengan suamiku, lebih lebih lagi pada sosok Tante Feby yang menjadi kecurigaanku selama ini. Hubungan seperti apa yang terjadi antara kedua orang itu? Mas Saleh tidak pernah terlibat dengan seorang wanita pun selama berhubungan denganku. Dia selalu menjaga perasaanku sebagai istri dan ibu dari anaknya. Tentu saja aku tidak langsung percaya atas apa yang aku lihat dan aku dengar. Meskipun kegelisahan tidak bisa aku kupungkuri.Setelah melayani beberapa pelanggan, Kevin bangun dan merengek untuk pergi beli jajan di warung depan. Karena belum ada pelanggan lagi yang masuk dan meng-order barang, aku bisa meninggalkan pekerjaanku untuk sementara waktu.Keuntungan pekerjaan sebagai pedagang online memang sangat fleksibel waktunya, tinggal pintar-pintarnya aku mengatur waktu agar pekerjaan dan anak tidak keteteran. Kami singgah di warung kelontong milik Bu Sarah, wanita paruh baya yang sudah memilik

    Last Updated : 2022-06-18

Latest chapter

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Ending

    EndingBab 1182 tahun kemudian.Pasca perceraian Mega dan Saleh, tidak ada yang menempati rumah kontrakan mereka sebelumnya. Mega memilih untuk tinggal di perumahan sederhana yang berada dekat dengan toko edelweis. Wanita yang kini single parent tersebut terlihat sedang menyiapkan keperluan sekolah anaknya."Kevin, Nak. Ayo segera, nanti kamu terlambat kalau mau nonton TV terus," ujarnya sambil menata bekal yang dia masukkan ke dalam tas sang anak. "Ibu, besok ulang tahunku." Dibanding dengan memberitahu, Kevin terdengar lebih seperti anak yang sedang merengek. "Oh, ya?!" Mega terlihat terkejut. "Masa, sih? Bukannya minggu depan, ya?" Melihat reaksi ibunya, Kevin memberenggut kesal. Tampaknya anak itu kecewa karena dia pikir sang Ibu sudah mempersiapkan sesuatu untuk hari kelahirannya besok. Dia berjalan dengan bahu yang terkulai lemas menuju ibunya, mengulurkan tangan untuk mengambil tas. "Ya udah, deh," bisiknya.Mega diam-diam tersenyum geli. "Wah, Nak. Gimana, nih? Besok bang

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 117

    Bab 117Mega tidak langsung menjawab pertanyaan dari Ari, teater diam beberapa saat. Di sisi lain Hilda meskipun merasa tidak enak dan ingin memarahi Ari yang ceritanya seperti itu, dia juga tidak bisa mengelak dengan rasa ingin tahu punya tentang perasaan Mega saat ini.Mega sendiri sudah cukup memikirkan hal ini sejak kemarin malam dia bertanya kepada dirinya sendiri tentang keputusan yang telah diambil dulu. Mungkinkah dirinya menyesal karena telah menerima oleh kembali dalam hidupnya? "Kalau terlalu berat buat dijawab, nggak perlu dijawab juga kok Mbak." Ari memberi pengertian karena hal yang dia tanyakan memang cukup sensitif."Akan terkesan bohong juga jika saya bilang baik-baik saja sekarang tapi Jika ditanya tentang penyesalan itu apa saya rasa nggak. Kalau dipikir-pikir memang menyakitkan karena telah dikhianati dua kali. Tapi di sisi lain aku merasa sudah melakukan hal yang tepat karena memberi kesempatan untuk seseorang bukan hal yang buruk." Mega tersenyum. "Aku merasa s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 116

    Bab 116Apakah Menyesal?Retno diantar pulang oleh Hilda dan Ari sedangkan Mega dan Saleh pulang ke rumahnya. Hal ini mengenai rumah tangga sepasang suami istri itu yang harus diselesaikan secara pribadi.Saat ini Retno Hilda berada di mobil Ari. Sambil menyetir lelaki itu bertanya, "Kapan kamu memanggil Mega? Kamu bilang nggak mau ngasih tahu dia lebih dulu."Hilda tampak murung, dia juga tidak menyangka bahwa dugaannya selama ini memang benar. "Aku cuma nggak mau Mbak Mega tahu dari orang lain, aku harus ngasih tahu dia karena dia yang paling berhak tahu tentang kelakuan suaminya." Dia melirik ke arah jok belakang di mana Retno berada. "Retno, aku minta maaf karena membiarkanmu menutup toko sendirian.""Ini bukan salah Mbak Hilda, kok. Lagian berkat mbak Hilda juga aku bisa selamat. Mas Ari saya benar-benar berterima kasih atas bantuannya yang tadi." Sekarang kondisi Retno jauh lebih membaik dia, tidak terlihat gemetaran seperti beberapa waktu yang lalu."Besok mungkin toko akan tut

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 115

    Bab 115Tak Bisa BerkutikRetno bingung harus berkata apa. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa akan mendapatkan tawaran makan malam bersama dari Saleh. Dia masih pada dirimu waktu di depan pintu toko sebelum akhirnya tiba-tiba Saleh menarik tangannya. "Pak Saleh?! Apa yang Anda lakukan?" Dia mulai jadi takut sekarang dia melihat ke sekeliling mencoba untuk mencari pertolongan.Namun, entah mengapa mendadak suasana menjadi sepi dan orang-orang tidak peduli kepadanya. Retno mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Saleh tetapi lelaki itu justru semakin mengeratkan pegangannya."Pak Saleh, Apa yang anda lakukan?! Tolong lepaskan saya segera!" Ratna sedikit berteriak, tetapi dia justru mendatan4g berarti karena langkah lelaki itu demikian. Saleh menoleh dan menatap Retno dengan sorot mata tajam. "Ikut saja denganku atau kamu akan tahu akibatnya!""Tapi mau ke mana, Pak?! Saya harus segera pulang karena ibu pasti sedang menunggu saya."Retno masih berusaha untuk melepaskan diri s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 114

    Bab 114Saat ini saya sedang berada di toko titik dia melihat karyawannya yaitu Retno dan Hilda yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semenjak dirinya menjadi pemilik toko edelweis kegiatan yang Saleh lakukan tidak jauh-jauh dengan mengamati memperhatikan sedangkan hampir keseluruhan mengenai barang produk dan pengeluaran serta pendapatan masing-masing mendapat bagiannya.Saat itu juga, Saleh merasa benar-benar menjadi seorang usahawan yang sukses. Berbeda saat Mega yang menjadi pemilik toko itu, wanita tersebut tidak bisa membiarkan tubuhnya berada dalam keadaan santai. Bagi kedua karyawan di toko edelweis, sikap Saleh yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka dan tidak perlu mempermasalahkannya karena memang karyawan yang harus bekerja."Retno," panggil saya ketika Si empunya nama sedang menata letak manekin yang digantung di tembok.Retno menjatuhkan pandangannya seraya menurunkan tongkat yang sedang dia pegang. "Ada apa Pak?""Bisa ikut saya ke ruang staf s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 113

    Bab 113Mega tidak mengajak Saleh bicara lagi setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya masih berada di ruang tamu sedangkan Saleh sudah masuk ke dalam kamar. Setidaknya, Saleh tidak keluar lagi malam ini seperti malam-malam sebelumnya.Wanita itu sedang merenungkan, berpikir tentang apa yang kemungkinan terjadi pada suaminya itu sampai bisa marah besar dan memintanya agar pergi dari hadapan Mega merasa sakit hati, terluka dan tercabik-cabik namun dia juga berpikir bahwa mungkin saja terjadi sesuatu hal yang buruk saat Saleh berada di luar dan hal yang memungkinkan bagi lelaki tersebut melepaskan emosi ketika berhadapan dengan sang istri.Karena hal itulah Mega mencoba untuk mengerti dan memaafkan Saleh sekali lagi.Setelah cukup lama dia berada di ruang tamu sambil menunggu Anda harus suaminya tertidur terlebih dahulu, dia beranjak dari sana dan menuju ke kamar. Saat itu juga dia baru tersadar ada pakaian yang teronggok di lantai dan itu terlihat asing di matany

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 112

    Bab 112"Kenapa kamu jadi bentak-bentak aku?! Emangnya apa yang salah, hah? Orang Kamu yang bilang sendiri waktu dulu, kok. Kamu butuh uang yang banyak karena nggak mau jadi bahan tertawaan dan ejekan teman, tenagga dan saudara sendiri!" Tidak mau kalah, Febi membalas dengan suara yang lebih nyaring. Hal itu tentu saja membuat orang-orang di sekitar mereka memperhatikan keduanya dengan tatapan heran sekaligus tatapan seolah mereka terganggu. Pelayan yang sedang menyajikan makanan di atas meja Mereka pun sampai melirik takut-takut baik kepada si wanita maupun pria."Tapi itu dulu, tante! Itu karena aku benar-benar putus asa! Aku nggak mau dipandang rendah sama orang lain! Tante mungkin nggak merasakan gimana penderitaanku saat itu karena tante emang nggak pernah kekurangan uang sama sekali!" Wajah Saleh memerah dengan bola mata yang melotot dan seolah hampir keluar hanya dengan satu kali hentakan saja. Dia tidak peduli dengan Bagaimana pandangan orang di sekitar melihatnya.. sudah ter

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 111

    Bab 111“Ini, aku serius. Kalau aku jadi cowok, udah naksir berat sama Mbak Mega.” Hilda masih tetap bersikeras menjadikan mantan bosnya itu sebagai topik pembicaraan kali ini.“Kenapa mikirnya begitu?”“Yah, Mas ini nggak peka atau emang nggak peduli, sih?”“Apa bedanya?”Hilda terkikik. “Ya emang, sih. Apa yang bisa diharapkan sama Mas Ari? Hidupnya seakan terjebak dalam tempurung kelapa. Masa lalu masih aja menjadi alasan buat nggak melirik orang lain.” Dia mencibir, tidak peduli dengan eskpresi Ari yang hampi seperti ingin memakannya.“Nggak punya kaca atau emang udah lupa kalau kamu punya muka?” tukasnya tak mau kalah. “Orang yang punya masalah sama kenapa harus saling meledek, sih?” Jeda sesaat untuknya meminum es hingga tandas. “Kamu juga harus ingat kepada siapa kamu mengadu soal perceraianmu dan berapa lama kamu menggalau.”Hilda meringis. Mana mungkin dia lupa tentang masalah yang menjadi titik balik kehidupannya? Dia dan mantan suami yang berakhir dengan perpisahan. Masalah

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 110

    Bab 110Retno masih menangis tersedu-sedu di rumahnya. Saat ini sudah ada Mega dan Hilda yang berkunjung. Setelah insiden Retno yang tertangkap melakukan pencurian di toko dia terus menyesali perbuatannya setiap kali berhadapan dengan mantan bos dan rekan kerjanya, dia tidak bisa menyembunyikan rasa bersalah. "Kami ke sini bukan untuk melihat kamu menangis, melainkan mau melihat ibumu." Hilda yang tidak tega melihat tangisan Retno akhirnya bersuara. Sementara Mega mengeluarkan tisu dari tasnya. Dia mengulurkan tisu itu untuk Retno. "Di sini juga ada kesalahan kami karena tidak terlalu memperhatikan kesulitan kamu. Mau bagaimanapun juga kamu tetap bagian dari rekan kami yang seharusnya mendapatkan perhatian yang layak." Dia menambahkan, mencoba untuk menenangkan gadis itu.Retno membersit hidungnya sebelum menjawab, "Tetap aja saya merasa bersalah karena sudah melakukan hal yang memaluka, Mbak.""Kalau kamu merasa bersalah dan malu, aku rasa itu udah cukup. Tandanya, kamu nggak meny

DMCA.com Protection Status