Share

Belum Ada Jawaban

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2022-04-27 10:52:53

"Pokoknya ada deh, Dek! Yang penting bukan menjadi pencuri atau pembunuh. Dan, dengan pekerjaan yang kumiliki saat ini, kupastikan bulan depan kita pasti akan bisa membeli mobil!"

Bukannya menjawab pertanyaanku tadi, Mas Saleh malah makin membuatku penasaran dengan pekerjaan sampingannya itu.

"Beli mobil, Mas? Mobil mainan buat Kevin?" tanyaku yang memang lah masih sangat bingung.

"Kok mobil untuk Kevin sih, Dek? Itu kan mobil mainan ... hahaha kamu itu kok lucu sih. Ya mobil beneran dong, Dek. Seperti milik Mas Mamat itu loh." Mas Saleh coba menjelaskan.

Mulutku kembali melongo, meski sebenarnya dalam otakku ini muncul banyak sekali pertanyaan. Mas Mamat adalah satu-satunya kakak kandung, saat ini dia telah menjadi seorang kontraktor dan tinggal di pulau seberang.

"Kamu sedang nggak habis minum-minuman kan, Mas?" tanyaku lagi.

"Ampun deh, ya nggak dong, Dek. Kamu ini kok ya ada-ada aja sih? Kamu pikir suamimu ini sedang mabuk? Aku ini lagi dalam keadaan sadar banget loh!"

Mas Saleh saat ini malah langsung mencubit pipiku, dengan gemasnya. Tapi dengan cepat kupindahkan tangannya itu, karena kali ini aku sedang tidak bercanda.

"Sekarang sebaiknya kamu jujur deh Mas sama aku! Aku akan apa pekerjaan sampinganmu itu? Hingga dalam waktu satu minggu saja kamu punya banyak uang, dan pake mau beli mobil segala!" ucapku dengan wajah serius.

Sesungguhnya aku sejak kemarin sudah ingin menanyakan hal ini pada Mas Saleh, tetapi karena belum ada kesempatan akhirnya hal itu selalu urung kulakukan. Karena setiap pulang lembur, suamiku pasti langsung tidur. Begitu pun denganku yang Sudah mengantuk. Dan, ketika pagi hari dia pun langsung pergi setelah memberiku uang.

"Gini, Dek. Yang pasti pekerjaan ini bukanlah hal yang buruk, dan kamu rasanya tak perlu tahu apa pekerjaanku ini. Satu saja yang harus kamu tahu, aku melakukan semua ini hanya demi kamu dan Kevin. Itu saja, Dek. Kamu cukup doain saja, semoga kerjaanku ini lancar."

Mas Saleh terus-terusan saja mengelak ketika aku bertanya, padahal sebelum-sebelumnya dia itu selalu jujur dalam segala hal padaku.

"Jangan pernah khawatir, aku ini pasti selalu mendoakan setiap langkahmu, Mas. Hanya saja saat ini aku ingin tahu apa jenis pekerjaanmu? Tinggal ngomong aja apa susahnya sih?" ucapku mulai kesal.

"Ya ampun, Dek---"

Ketika Mas Saleh sepertinya mau menjawab pertanyaanku. Tiba-tiba saja terdengar suara Kevin menangis dari arah kamar.

"Eh itu suara Kevin loh, Dek!"

Kami pun tentu saja langsung masuk ke kamar, karena biasanya jika menangis Kevin pasti minta dibuatkan susu. Aku pun langsung membuatkan putraku itu sebotol susu.

"Cup-cup-cup ini susunya, Sayang. Nggak boleh nangis lagi ya," ucapku sambil memberikan sebotol susu itu dan mencium kening Kevin.

Seperti biasanya sambil susu, putraku itu pasti selalu minta dikelonin. Jika tak begitu, pasti dia tak akan bisa kembali tidur.

"Mas kamu jangan tidur dulu ya. Masih ada yang ingin ku bicarakan sama kamu," ucapku pada Mas Saleh yang saat ini sedang berbaring di belakangku.

Namun ternyata perkataanku itu, tak mendapatkan sahutan.

"Mas ... jangan tidur dulu loh!" ucapku lagi tapi dengan suara yang lebih lirih, agar si Kevin pun lekas tertidur.

Namun lagi-lagi Mas Saleh tak menyahut, sengaja kusikut suamiku itu. Namun nyatanya tetap tak ada sahutan. Mungkin saat ini suamiku itu sudah benar-benar tidur.

"Kamu tidur beneran, Mas?!"

Kembali coba kuajak bicara suamiku itu, sambil terus kusikut. Tapi nyatanya dia tetap tak bersuara. Ya sudahlah, aku tak mungkin juga akan membangunkan dia. Karena sudah bisa dipastikan dia pasti sangat capek setelah bekerja dari pagi.

Berarti malam ini aku kembali tak dapat jawaban, atas semua rasa penasaranku sejak seminggu ini. Karena lagi-lagi Mas Saleh tidur lebih dulu.

Apa mungkin aku ini yang kebangetan ya? Hingga terus mempertanyakan hal itu pada Mas Saleh? Sedangkan dia sudah selalu bekerja keras demi menghidupi kami.

Sebagai seorang istri kita memang harus mendukung setiap langkah suaminya. Namun ketika hal itu dirasa ada yang janggal, maka sudah menjadi tugas seorang istri untuk mengingatkan.

Ketika Kevin telah tidur, aku pun langsung pelan-pelan bangun, karena mata ini benar-benar yak bisa untuk terpejam. Terus dan terus saja memikirkan, apa pekerjaan baru suamiku itu?

Kupandangi wajah Mas Saleh ketika dia tengah terlelap seperti ini. Wajah yang teduh dan sangat sabar, masih saja sama dengan ketika malam pertama kami menikah dulu. Hanya saja memang saat ini dia lebih sedikit tertutup padaku.

Flash back On

"Mega, maukah kamu menjadi istriku? Insyaallah aku janji akan selalu membahagiakan kamu!"

Menatap wajah Mas Saleh yang sedang tidur itu, membuatku teringat ketika tiga tahun yang lalu dia melamarku.

"Tentu, Mas. Bismillah!" jawabku dengan amat bahagia, karena memang hal ini lah yang telah kutunggu, sejak tiga bulan berpacaran.

"Alhamdulillah, ya Allah. Terima kasih ya, Dek Mega. Aku janji dengan sekuat tenaga akan selalu menjagamu, dan membuatmu tak akan menyesal karena telah menerima pinanganku."

Sebuah cincin kecil disematkan Mas Saleh pada hari manisku. Sungguh, meski ini amat sederhana tapi rasanya ssngat berkesan sekali.

"Amiiin ... insyaallah tak akan ada rasa penyesalan itu salam hatiku, Mas. Dalam keadaan apa pun, aku akan tetap selalu ada di sampingku," jawabku sambil tersenyum.

"Terima kasih sekali lagi ya, Dek. Pasti aku nanti akan selalu setia dan tak pernah mengecewakanmu," ucap Mas Saleh dengan sungguh-sungguh.

"Tapi kamu harus janji padaku ya, kami akan selalu jujur padaku, Mas. Apa pun itu alasanya, aku tak suka dengan pembohong. Jadi, sepahit apa pun keadaanya nanti, wajib kita saling berterus-terang. Bisa?" tanyaku lagi memastikan.

"Tentu, Dek. Aku janji tak akan menyembunyikan apa pun darimu."

Flash back Off

Tiba-tiba ponsel yang ada di atas nakas pun bergetar, tanda jika ada sebuah pesan masuk. Aku pun dengan hati-hati turun dan segera mengambil benda pipih milikku itu.

'Semoga saja ini adalah pesanan tambahan yang akan masuk lagi. Lumayan bisa dikirim sekalian besok,' pikirku senang.

Layar ponsel yang sudah retak pojok atasnya itu, segera saja kubuka. Namun ada rasa sedikit kecewa, karena itu bukan chat orderan dari pelanggan. Namun dari Mbak Desi, istri dari Mas Mamat.

[Mega, kapan kamu bayar utang kamu? Ini udah mau empat bulan loh! Bukanya kemarin pas pinjam katanya hanya dua bulan saja? Bisa dipercaya nggak sih?! Dasar adik ipar kurang ajar!]

Ya Allah ... rasanya mata ini sakit membaca pesan dari kakak iparku itu. Tetapi bagaimana lagi, toh aku memang punya hutang padanya.

[Kenapa cuma dibaca aja? Ada niat bayar nggak? Jangan pikir itu uang nenek moyangnya ya! Ayo cepat bayar, saat ini si Saleh kan sudah kerja! Jangan cuma mau enaknya saja!]

Related chapters

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Kejanggalan

    [Kenapa cuma dibaca aja? Ada niat bayar nggak? Jangan pikir itu uang nenek moyangnya ya! Ayo cepat bayar, saat ini si Saleh kan sudah kerja! Jangan cuma mau enaknya saja!] [Maaf, Mbak. Bukannya tidak ada niat untuk membayar, tapi ini saya masih mengumpulkan uang. Insyaallah bulan depan ya, Mbak.] Balasku.[Halah alasan saja kamu itu! Selalu kataku masih nabung-nabung saja terus, lalu sampai kapan aku harus nunggu tabunganmu itu cukup? Sampe lebaran monyet?] Balas Mbak Desi lagi.[Astaghfirullah, Mbak. Saya ini memang benar-benar masih mengumpulkan uang. Atau Mbak Desi mau saya transfer yang seadanya saja dulu? Kalau iya, malam.ini juga saya transfer seadanya.] Balasku cepat.Aku sebenarnya susah sering berysnya pada Mbak Desi, apa dia mau ku bayar dulu seadanya uang itu? Tapi nyatanya kakak iparku itu tak pernah mau. Dia ingin semua hutangku itu langsung dibayar lunas beserta dengan bunganya.[Enak saja! Kamu dulu hutang padaku

    Last Updated : 2022-04-27
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Janggal Lagi

    Suamiku Simpanan Tante-tante 4Janggal LagiLekas ku ambil ponsel itu, siapa tahu ada suatu hal yang penting yang memang harus segera ku ketahui dari Mas Saleh.Tapi aku menjadi terdiam, saat menyaksikan nama dan juga foto profil penelepon itu. 'Si Cantik', dengan foto profil wanita paruh baya yang sangat seksi. 'Siapa wanita ini? Dari foto profil nya sepertinya aku belum pernah melihat sebelumnya,' gumamku penasaran dalam hati.Penelepon itu masih terus saja menghubungi Mas Saleh. Dalam hati aku masih saja terus bertanya, kenapa malam begini dia terus mencoba menghubungi suamiku? Ada apakah gerangan?Ingin rasanya aku menerima panggilan itu, tetapi aku sungguh takut pada Mas Saleh, karena sejak beberapa hari yang lalu dia telah mengunci ponselnya. Jadi jika nanti aku menerima panggilan itu, maka tentu saja aku tak bisa menghapus riwayat pemanggilannya.Tetapi nyatanya nomor dengan profil tante cantik itu terus saja menghubu

    Last Updated : 2022-04-27
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Hanya Prank?

    Suamiku Simpanan Tante-tante 5Hanya Prank?"Dek, kamu ngapain dengan ponselku itu?"Aku tentu saja langsung panik saat ini, ketika aku sedang melamun malah ternyata Mas Saleh saat ini sudah terbangun."I-ini tadi ponsel kamu terus berbunyi, Mas. Jadi Kuambil saja, siapa tahu ada hal penting yang ingin dibicarakan," jawabku dengan sedikit gugup, karena takut bercampur dengan kaget saat ini.Mas Saleh pun wajahnya saat ini nampak tegang, entah kenapa. Kini dia sudah bangkit dari tidur dan menuju ke arahku. Dengan segera dia pun merebut ponsel itu dari tanganku, sama saat dulu ketika aku menanyakan tentang kunci ponselnya."Kenapa tak langsung kau berikan padaku ponsel itu? Kenapa malah kamu terus memandangnya? Kamu ingin membuka kuncinya?" Mas Saleh memberondong banyak pertanyaan padaku, tetapi matanya tak berpaling sekali pun dari benda pipih kesayangannya itu."Tadi aku sudah mencoba membangunkan kamu, Ma

    Last Updated : 2022-04-27
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Perbincangan Di Atas Ranjang

    Suamiku Simpanan Tante-tante 6Perbincangan Di atas Ranjang Oek Oek Oek"Mama!"Panggilan dari Kevin itu sontak membuatku langsung berlari dan melupakan sejenak tentang penelepon misterius itu. Karena Kevin itu jika tak langsung bertemu denganku saat malam hari, putraku itu langsung menangis dan sulit sekali untuk diam. "Mama!" Kembali putraku itu berteriak meski saat ini aku sudah mulai naik ke ranjang."Iya, Sayang. Ini Mama sudah datang, maaf ya tadi Mama sedang pipis. Sudah sekarang jangan nangis lagi ya, kita bobok lagi. Yuk sini dipeluk Mama ya Sayang," ucapku sambil mengusap pucuk rambut Kevin."Mama disini saja. Peluk. Kevin takut," tukas Kevin sambil memeluk erat aku."Tentu Sayang. Nggak boleh takut, kan tadi sudah berdoa jadi nggak boleh takut lagi. Sekarang tidur lagi yuk!"Memang sudah setiap tidur Kevin akan selalu minta kupeluk. Jadi saat ini putraku itu menjadi penyelamat untuk Mas Saleh. Demi agar dia tak lagi merengek apa lagi sampai menangis dengan keras, aku pun

    Last Updated : 2022-05-11
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Suami Idaman

    Suamiku Simpanan Tante-tante 7Suami IdamanAkhirnya semua pesanan hari ini bisa diselesaikan dengan lancar. Semua paket untuk luar kota sudah ku antar ke ekspedisi, dan yang minta sistem COD-pun sudah terselesaikan.Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Kevin pun susah terlelap, tetapi Mas Saleh belum pulang juga. Apa mungkin kali ini suamiku itu kembali lembur? Alias mengerjakan pekerjaan sampingannya? Ketika aku sedang memikirkannya, Mas Saleh malah menghubungiku saat ini. Ah, ternyata memang hati kami ini saling berkaitan. Langsung saja aku terima panggilan dari suamiku tercinta itu."Halo. Assalamualaikum, Mas," ucapku memulai pembicaraan melalui sambungan telepon ini."Wa alaikum salam, Dek. Belum tidur kan? Aku takut sekali mengganggu tidur kamu soalnya," ucap Mas Saleh ganti dengan suara khasnya."Belum kok, Mas. Ini tadi baru saja merekap penjualan. Kevin tapi sudah tertidur sejak pukul tujuh tadi. Ada apa?" Pertanyaanku kali ini tentu saja hanya sekedar untuk basa-

    Last Updated : 2022-05-11
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Ipar yang Culas

    Suamiku Simpanan Tante-tante 8Ipar yang CulasKumandang adzan subuh selalu sukses membangunkan aku setiap pagi. Segera aku pun bangkit dari tidur, seperti biasa untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim. Tetapi aku sedikit kaget karena ternyata suamiku tak ada di samping."Apa mungkin Mas Saleh belum pulang?" Sontak aku pun berucap dengan lirih.Sprei yang ada di sampingku masih rapi, tak ada bau khas suamiku itu. Itu berarti memang semalam dia tak pulang. Karena sangat penasaran, aku pun mengambil terlebih dahulu ponsel yang berada di nakas, tentu saja untuk melihat siapa tahu suamiku itu memberi kabar. Ternyata memang benar ada beberapa chat yang dikirim oleh Mas Saleh saat itu.[Dek, maaf ya aku nggak jadi pulang. Karena ternyata masih ada pekerjaan penting yang malam ini harus diselesaikan. Paling besok siang aku pulang, atau mungkin langsung menuju pos dan pulang malam ke rumah.]Ternyata sekitar pukul dua belas malam Mas Saleh mengirimi sebuah chat. Tetapi karena memang

    Last Updated : 2022-05-11
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Aku Salah Apa?

    Suamiku Simpanan Tante-tante 9Aku Salah Apa?"Halah dasar kamu itu banyak alasan! Pokoknya aku mau sebelum jam delapan malam, uang itu sudah kembali padaku! Jika tidak, maka aku akan mempermalukan kamu dan juga Saleh di media sosial dan juga di tempat kerja! Dasar tak tahu diuntung!"Mbak Desi rupanya makin meradang saat ini. Entah kenapa dia menjadi jahat seperti itu. Apa semua ini hanya karena rasa cemburu karena Mas Mamat memberiku uang? Atau ada hal lain yang membuat Mbak Desi sepetinya kini amat membenciku?"Tolong jangan lakukan itu, Mbak. Aku janji hari ini akan mengembalikan uang itu," ucapku spontan, karena tentu saja aku tak mau jika nanti akan dipermalukan di media sosial.Jika aku saja yang dipermalukan oleh Mbak Desi tak masalah, tetapi jika fitnah itu nantinya berimbas pada Mas Saleh, tentu aku tau akan mau hal itu. Jadi lebih baik aku iya kan saja permintaan kakak iparku itu. Entah nanti aku dari mana akan mendapatkan uang, atau memang jika sudah sangat terpaksa, aku p

    Last Updated : 2022-05-11
  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Tanda Merah

    Suamiku Simpanan Tante-tante 10Tanda Merah?[Kamu mau main belakang? Awas kalau sampai kamu ngadu! Aku akan buat dia gila atau mungkin mati sia-sia!]Aku sungguh tak menyangka jika Mbak Desi mengirimi pesan yang sangat tak enak seperti ini. Ini tadi berarti Mas Mamat sudah membicarakan tentang aku pada suaminya. Tetapi meski kesal, aku pun juga tetap takut dengan ancamannya itu.Karena setahuku Mas Mamat itu sangat bucin sekali dengan Mbak Desi, jadi aku pun juga tak ingin kejadian yang lalu terulang kembali. Biar kuselesaikan masalahku sendiri dengan Mbak Desi demi keutuhan keluarga Mas Mamat.[Nggak kok, Mbak. Maaf sekali ya, aku janji tak akan pernah mengadukan masalah ini pada Mas Mamat.] Balasku cepat.[Janji itu jangan hanya di mulut atau hanya tulisan saja! Tapi kali ini aku memberi maaf kepadamu, tetapi lain kali jika kamu berbuat begitu lagi, maka kuanggap kau sudah tak sayang lagi dengan Mas Mamat! Ingat itu! Di depan Mas Mamat, kamu harus bisa menunjukkan jika aku ini adal

    Last Updated : 2022-05-11

Latest chapter

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Ending

    EndingBab 1182 tahun kemudian.Pasca perceraian Mega dan Saleh, tidak ada yang menempati rumah kontrakan mereka sebelumnya. Mega memilih untuk tinggal di perumahan sederhana yang berada dekat dengan toko edelweis. Wanita yang kini single parent tersebut terlihat sedang menyiapkan keperluan sekolah anaknya."Kevin, Nak. Ayo segera, nanti kamu terlambat kalau mau nonton TV terus," ujarnya sambil menata bekal yang dia masukkan ke dalam tas sang anak. "Ibu, besok ulang tahunku." Dibanding dengan memberitahu, Kevin terdengar lebih seperti anak yang sedang merengek. "Oh, ya?!" Mega terlihat terkejut. "Masa, sih? Bukannya minggu depan, ya?" Melihat reaksi ibunya, Kevin memberenggut kesal. Tampaknya anak itu kecewa karena dia pikir sang Ibu sudah mempersiapkan sesuatu untuk hari kelahirannya besok. Dia berjalan dengan bahu yang terkulai lemas menuju ibunya, mengulurkan tangan untuk mengambil tas. "Ya udah, deh," bisiknya.Mega diam-diam tersenyum geli. "Wah, Nak. Gimana, nih? Besok bang

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 117

    Bab 117Mega tidak langsung menjawab pertanyaan dari Ari, teater diam beberapa saat. Di sisi lain Hilda meskipun merasa tidak enak dan ingin memarahi Ari yang ceritanya seperti itu, dia juga tidak bisa mengelak dengan rasa ingin tahu punya tentang perasaan Mega saat ini.Mega sendiri sudah cukup memikirkan hal ini sejak kemarin malam dia bertanya kepada dirinya sendiri tentang keputusan yang telah diambil dulu. Mungkinkah dirinya menyesal karena telah menerima oleh kembali dalam hidupnya? "Kalau terlalu berat buat dijawab, nggak perlu dijawab juga kok Mbak." Ari memberi pengertian karena hal yang dia tanyakan memang cukup sensitif."Akan terkesan bohong juga jika saya bilang baik-baik saja sekarang tapi Jika ditanya tentang penyesalan itu apa saya rasa nggak. Kalau dipikir-pikir memang menyakitkan karena telah dikhianati dua kali. Tapi di sisi lain aku merasa sudah melakukan hal yang tepat karena memberi kesempatan untuk seseorang bukan hal yang buruk." Mega tersenyum. "Aku merasa s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 116

    Bab 116Apakah Menyesal?Retno diantar pulang oleh Hilda dan Ari sedangkan Mega dan Saleh pulang ke rumahnya. Hal ini mengenai rumah tangga sepasang suami istri itu yang harus diselesaikan secara pribadi.Saat ini Retno Hilda berada di mobil Ari. Sambil menyetir lelaki itu bertanya, "Kapan kamu memanggil Mega? Kamu bilang nggak mau ngasih tahu dia lebih dulu."Hilda tampak murung, dia juga tidak menyangka bahwa dugaannya selama ini memang benar. "Aku cuma nggak mau Mbak Mega tahu dari orang lain, aku harus ngasih tahu dia karena dia yang paling berhak tahu tentang kelakuan suaminya." Dia melirik ke arah jok belakang di mana Retno berada. "Retno, aku minta maaf karena membiarkanmu menutup toko sendirian.""Ini bukan salah Mbak Hilda, kok. Lagian berkat mbak Hilda juga aku bisa selamat. Mas Ari saya benar-benar berterima kasih atas bantuannya yang tadi." Sekarang kondisi Retno jauh lebih membaik dia, tidak terlihat gemetaran seperti beberapa waktu yang lalu."Besok mungkin toko akan tut

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 115

    Bab 115Tak Bisa BerkutikRetno bingung harus berkata apa. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa akan mendapatkan tawaran makan malam bersama dari Saleh. Dia masih pada dirimu waktu di depan pintu toko sebelum akhirnya tiba-tiba Saleh menarik tangannya. "Pak Saleh?! Apa yang Anda lakukan?" Dia mulai jadi takut sekarang dia melihat ke sekeliling mencoba untuk mencari pertolongan.Namun, entah mengapa mendadak suasana menjadi sepi dan orang-orang tidak peduli kepadanya. Retno mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Saleh tetapi lelaki itu justru semakin mengeratkan pegangannya."Pak Saleh, Apa yang anda lakukan?! Tolong lepaskan saya segera!" Ratna sedikit berteriak, tetapi dia justru mendatan4g berarti karena langkah lelaki itu demikian. Saleh menoleh dan menatap Retno dengan sorot mata tajam. "Ikut saja denganku atau kamu akan tahu akibatnya!""Tapi mau ke mana, Pak?! Saya harus segera pulang karena ibu pasti sedang menunggu saya."Retno masih berusaha untuk melepaskan diri s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 114

    Bab 114Saat ini saya sedang berada di toko titik dia melihat karyawannya yaitu Retno dan Hilda yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semenjak dirinya menjadi pemilik toko edelweis kegiatan yang Saleh lakukan tidak jauh-jauh dengan mengamati memperhatikan sedangkan hampir keseluruhan mengenai barang produk dan pengeluaran serta pendapatan masing-masing mendapat bagiannya.Saat itu juga, Saleh merasa benar-benar menjadi seorang usahawan yang sukses. Berbeda saat Mega yang menjadi pemilik toko itu, wanita tersebut tidak bisa membiarkan tubuhnya berada dalam keadaan santai. Bagi kedua karyawan di toko edelweis, sikap Saleh yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka dan tidak perlu mempermasalahkannya karena memang karyawan yang harus bekerja."Retno," panggil saya ketika Si empunya nama sedang menata letak manekin yang digantung di tembok.Retno menjatuhkan pandangannya seraya menurunkan tongkat yang sedang dia pegang. "Ada apa Pak?""Bisa ikut saya ke ruang staf s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 113

    Bab 113Mega tidak mengajak Saleh bicara lagi setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya masih berada di ruang tamu sedangkan Saleh sudah masuk ke dalam kamar. Setidaknya, Saleh tidak keluar lagi malam ini seperti malam-malam sebelumnya.Wanita itu sedang merenungkan, berpikir tentang apa yang kemungkinan terjadi pada suaminya itu sampai bisa marah besar dan memintanya agar pergi dari hadapan Mega merasa sakit hati, terluka dan tercabik-cabik namun dia juga berpikir bahwa mungkin saja terjadi sesuatu hal yang buruk saat Saleh berada di luar dan hal yang memungkinkan bagi lelaki tersebut melepaskan emosi ketika berhadapan dengan sang istri.Karena hal itulah Mega mencoba untuk mengerti dan memaafkan Saleh sekali lagi.Setelah cukup lama dia berada di ruang tamu sambil menunggu Anda harus suaminya tertidur terlebih dahulu, dia beranjak dari sana dan menuju ke kamar. Saat itu juga dia baru tersadar ada pakaian yang teronggok di lantai dan itu terlihat asing di matany

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 112

    Bab 112"Kenapa kamu jadi bentak-bentak aku?! Emangnya apa yang salah, hah? Orang Kamu yang bilang sendiri waktu dulu, kok. Kamu butuh uang yang banyak karena nggak mau jadi bahan tertawaan dan ejekan teman, tenagga dan saudara sendiri!" Tidak mau kalah, Febi membalas dengan suara yang lebih nyaring. Hal itu tentu saja membuat orang-orang di sekitar mereka memperhatikan keduanya dengan tatapan heran sekaligus tatapan seolah mereka terganggu. Pelayan yang sedang menyajikan makanan di atas meja Mereka pun sampai melirik takut-takut baik kepada si wanita maupun pria."Tapi itu dulu, tante! Itu karena aku benar-benar putus asa! Aku nggak mau dipandang rendah sama orang lain! Tante mungkin nggak merasakan gimana penderitaanku saat itu karena tante emang nggak pernah kekurangan uang sama sekali!" Wajah Saleh memerah dengan bola mata yang melotot dan seolah hampir keluar hanya dengan satu kali hentakan saja. Dia tidak peduli dengan Bagaimana pandangan orang di sekitar melihatnya.. sudah ter

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 111

    Bab 111“Ini, aku serius. Kalau aku jadi cowok, udah naksir berat sama Mbak Mega.” Hilda masih tetap bersikeras menjadikan mantan bosnya itu sebagai topik pembicaraan kali ini.“Kenapa mikirnya begitu?”“Yah, Mas ini nggak peka atau emang nggak peduli, sih?”“Apa bedanya?”Hilda terkikik. “Ya emang, sih. Apa yang bisa diharapkan sama Mas Ari? Hidupnya seakan terjebak dalam tempurung kelapa. Masa lalu masih aja menjadi alasan buat nggak melirik orang lain.” Dia mencibir, tidak peduli dengan eskpresi Ari yang hampi seperti ingin memakannya.“Nggak punya kaca atau emang udah lupa kalau kamu punya muka?” tukasnya tak mau kalah. “Orang yang punya masalah sama kenapa harus saling meledek, sih?” Jeda sesaat untuknya meminum es hingga tandas. “Kamu juga harus ingat kepada siapa kamu mengadu soal perceraianmu dan berapa lama kamu menggalau.”Hilda meringis. Mana mungkin dia lupa tentang masalah yang menjadi titik balik kehidupannya? Dia dan mantan suami yang berakhir dengan perpisahan. Masalah

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 110

    Bab 110Retno masih menangis tersedu-sedu di rumahnya. Saat ini sudah ada Mega dan Hilda yang berkunjung. Setelah insiden Retno yang tertangkap melakukan pencurian di toko dia terus menyesali perbuatannya setiap kali berhadapan dengan mantan bos dan rekan kerjanya, dia tidak bisa menyembunyikan rasa bersalah. "Kami ke sini bukan untuk melihat kamu menangis, melainkan mau melihat ibumu." Hilda yang tidak tega melihat tangisan Retno akhirnya bersuara. Sementara Mega mengeluarkan tisu dari tasnya. Dia mengulurkan tisu itu untuk Retno. "Di sini juga ada kesalahan kami karena tidak terlalu memperhatikan kesulitan kamu. Mau bagaimanapun juga kamu tetap bagian dari rekan kami yang seharusnya mendapatkan perhatian yang layak." Dia menambahkan, mencoba untuk menenangkan gadis itu.Retno membersit hidungnya sebelum menjawab, "Tetap aja saya merasa bersalah karena sudah melakukan hal yang memaluka, Mbak.""Kalau kamu merasa bersalah dan malu, aku rasa itu udah cukup. Tandanya, kamu nggak meny

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status