[Kenapa cuma dibaca aja? Ada niat bayar nggak? Jangan pikir itu uang nenek moyangnya ya! Ayo cepat bayar, saat ini si Saleh kan sudah kerja! Jangan cuma mau enaknya saja!] [Maaf, Mbak. Bukannya tidak ada niat untuk membayar, tapi ini saya masih mengumpulkan uang. Insyaallah bulan depan ya, Mbak.] Balasku.[Halah alasan saja kamu itu! Selalu kataku masih nabung-nabung saja terus, lalu sampai kapan aku harus nunggu tabunganmu itu cukup? Sampe lebaran monyet?] Balas Mbak Desi lagi.[Astaghfirullah, Mbak. Saya ini memang benar-benar masih mengumpulkan uang. Atau Mbak Desi mau saya transfer yang seadanya saja dulu? Kalau iya, malam.ini juga saya transfer seadanya.] Balasku cepat.Aku sebenarnya susah sering berysnya pada Mbak Desi, apa dia mau ku bayar dulu seadanya uang itu? Tapi nyatanya kakak iparku itu tak pernah mau. Dia ingin semua hutangku itu langsung dibayar lunas beserta dengan bunganya.[Enak saja! Kamu dulu hutang padaku
Suamiku Simpanan Tante-tante 4Janggal LagiLekas ku ambil ponsel itu, siapa tahu ada suatu hal yang penting yang memang harus segera ku ketahui dari Mas Saleh.Tapi aku menjadi terdiam, saat menyaksikan nama dan juga foto profil penelepon itu. 'Si Cantik', dengan foto profil wanita paruh baya yang sangat seksi. 'Siapa wanita ini? Dari foto profil nya sepertinya aku belum pernah melihat sebelumnya,' gumamku penasaran dalam hati.Penelepon itu masih terus saja menghubungi Mas Saleh. Dalam hati aku masih saja terus bertanya, kenapa malam begini dia terus mencoba menghubungi suamiku? Ada apakah gerangan?Ingin rasanya aku menerima panggilan itu, tetapi aku sungguh takut pada Mas Saleh, karena sejak beberapa hari yang lalu dia telah mengunci ponselnya. Jadi jika nanti aku menerima panggilan itu, maka tentu saja aku tak bisa menghapus riwayat pemanggilannya.Tetapi nyatanya nomor dengan profil tante cantik itu terus saja menghubu
Suamiku Simpanan Tante-tante 5Hanya Prank?"Dek, kamu ngapain dengan ponselku itu?"Aku tentu saja langsung panik saat ini, ketika aku sedang melamun malah ternyata Mas Saleh saat ini sudah terbangun."I-ini tadi ponsel kamu terus berbunyi, Mas. Jadi Kuambil saja, siapa tahu ada hal penting yang ingin dibicarakan," jawabku dengan sedikit gugup, karena takut bercampur dengan kaget saat ini.Mas Saleh pun wajahnya saat ini nampak tegang, entah kenapa. Kini dia sudah bangkit dari tidur dan menuju ke arahku. Dengan segera dia pun merebut ponsel itu dari tanganku, sama saat dulu ketika aku menanyakan tentang kunci ponselnya."Kenapa tak langsung kau berikan padaku ponsel itu? Kenapa malah kamu terus memandangnya? Kamu ingin membuka kuncinya?" Mas Saleh memberondong banyak pertanyaan padaku, tetapi matanya tak berpaling sekali pun dari benda pipih kesayangannya itu."Tadi aku sudah mencoba membangunkan kamu, Ma
Suamiku Simpanan Tante-tante 6Perbincangan Di atas Ranjang Oek Oek Oek"Mama!"Panggilan dari Kevin itu sontak membuatku langsung berlari dan melupakan sejenak tentang penelepon misterius itu. Karena Kevin itu jika tak langsung bertemu denganku saat malam hari, putraku itu langsung menangis dan sulit sekali untuk diam. "Mama!" Kembali putraku itu berteriak meski saat ini aku sudah mulai naik ke ranjang."Iya, Sayang. Ini Mama sudah datang, maaf ya tadi Mama sedang pipis. Sudah sekarang jangan nangis lagi ya, kita bobok lagi. Yuk sini dipeluk Mama ya Sayang," ucapku sambil mengusap pucuk rambut Kevin."Mama disini saja. Peluk. Kevin takut," tukas Kevin sambil memeluk erat aku."Tentu Sayang. Nggak boleh takut, kan tadi sudah berdoa jadi nggak boleh takut lagi. Sekarang tidur lagi yuk!"Memang sudah setiap tidur Kevin akan selalu minta kupeluk. Jadi saat ini putraku itu menjadi penyelamat untuk Mas Saleh. Demi agar dia tak lagi merengek apa lagi sampai menangis dengan keras, aku pun
Suamiku Simpanan Tante-tante 7Suami IdamanAkhirnya semua pesanan hari ini bisa diselesaikan dengan lancar. Semua paket untuk luar kota sudah ku antar ke ekspedisi, dan yang minta sistem COD-pun sudah terselesaikan.Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Kevin pun susah terlelap, tetapi Mas Saleh belum pulang juga. Apa mungkin kali ini suamiku itu kembali lembur? Alias mengerjakan pekerjaan sampingannya? Ketika aku sedang memikirkannya, Mas Saleh malah menghubungiku saat ini. Ah, ternyata memang hati kami ini saling berkaitan. Langsung saja aku terima panggilan dari suamiku tercinta itu."Halo. Assalamualaikum, Mas," ucapku memulai pembicaraan melalui sambungan telepon ini."Wa alaikum salam, Dek. Belum tidur kan? Aku takut sekali mengganggu tidur kamu soalnya," ucap Mas Saleh ganti dengan suara khasnya."Belum kok, Mas. Ini tadi baru saja merekap penjualan. Kevin tapi sudah tertidur sejak pukul tujuh tadi. Ada apa?" Pertanyaanku kali ini tentu saja hanya sekedar untuk basa-
Suamiku Simpanan Tante-tante 8Ipar yang CulasKumandang adzan subuh selalu sukses membangunkan aku setiap pagi. Segera aku pun bangkit dari tidur, seperti biasa untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim. Tetapi aku sedikit kaget karena ternyata suamiku tak ada di samping."Apa mungkin Mas Saleh belum pulang?" Sontak aku pun berucap dengan lirih.Sprei yang ada di sampingku masih rapi, tak ada bau khas suamiku itu. Itu berarti memang semalam dia tak pulang. Karena sangat penasaran, aku pun mengambil terlebih dahulu ponsel yang berada di nakas, tentu saja untuk melihat siapa tahu suamiku itu memberi kabar. Ternyata memang benar ada beberapa chat yang dikirim oleh Mas Saleh saat itu.[Dek, maaf ya aku nggak jadi pulang. Karena ternyata masih ada pekerjaan penting yang malam ini harus diselesaikan. Paling besok siang aku pulang, atau mungkin langsung menuju pos dan pulang malam ke rumah.]Ternyata sekitar pukul dua belas malam Mas Saleh mengirimi sebuah chat. Tetapi karena memang
Suamiku Simpanan Tante-tante 9Aku Salah Apa?"Halah dasar kamu itu banyak alasan! Pokoknya aku mau sebelum jam delapan malam, uang itu sudah kembali padaku! Jika tidak, maka aku akan mempermalukan kamu dan juga Saleh di media sosial dan juga di tempat kerja! Dasar tak tahu diuntung!"Mbak Desi rupanya makin meradang saat ini. Entah kenapa dia menjadi jahat seperti itu. Apa semua ini hanya karena rasa cemburu karena Mas Mamat memberiku uang? Atau ada hal lain yang membuat Mbak Desi sepetinya kini amat membenciku?"Tolong jangan lakukan itu, Mbak. Aku janji hari ini akan mengembalikan uang itu," ucapku spontan, karena tentu saja aku tak mau jika nanti akan dipermalukan di media sosial.Jika aku saja yang dipermalukan oleh Mbak Desi tak masalah, tetapi jika fitnah itu nantinya berimbas pada Mas Saleh, tentu aku tau akan mau hal itu. Jadi lebih baik aku iya kan saja permintaan kakak iparku itu. Entah nanti aku dari mana akan mendapatkan uang, atau memang jika sudah sangat terpaksa, aku p
Suamiku Simpanan Tante-tante 10Tanda Merah?[Kamu mau main belakang? Awas kalau sampai kamu ngadu! Aku akan buat dia gila atau mungkin mati sia-sia!]Aku sungguh tak menyangka jika Mbak Desi mengirimi pesan yang sangat tak enak seperti ini. Ini tadi berarti Mas Mamat sudah membicarakan tentang aku pada suaminya. Tetapi meski kesal, aku pun juga tetap takut dengan ancamannya itu.Karena setahuku Mas Mamat itu sangat bucin sekali dengan Mbak Desi, jadi aku pun juga tak ingin kejadian yang lalu terulang kembali. Biar kuselesaikan masalahku sendiri dengan Mbak Desi demi keutuhan keluarga Mas Mamat.[Nggak kok, Mbak. Maaf sekali ya, aku janji tak akan pernah mengadukan masalah ini pada Mas Mamat.] Balasku cepat.[Janji itu jangan hanya di mulut atau hanya tulisan saja! Tapi kali ini aku memberi maaf kepadamu, tetapi lain kali jika kamu berbuat begitu lagi, maka kuanggap kau sudah tak sayang lagi dengan Mas Mamat! Ingat itu! Di depan Mas Mamat, kamu harus bisa menunjukkan jika aku ini adal