Mereka memapah Darwo ke mobil. Sewaktu di perjalanan, Darwo tak tahan kuasa untuk menghubungi Sienna.Saat ini, Sienna masih berdiri di koridor. Setelah mendengar ucapan dokter tadi, sekujur tubuhnya spontan merasa dingin.Tiba-tiba Sienna menerima panggilan masuk, menyadarkan dirinya dari dari bengongnya. Dia tertegun sejenak, lalu mengangkat panggilannya. Kali ini, Sienna baru menyadari bahwa dirinya telah melewatkan waktu menjemput Kakek Darwo di bandara.Sienna segera minta maaf, “Kakek, maaf, tiba-tiba ayahku masuk rumah sakit. Aku lagi menemaninya. Makanya aku jadi kelupaan untuk menjemputmu.”Ketika mendengar alasan itu, Darwo segera menenangkannya, “Sienna, kenapa ayahmu dirawat di rumah sakit? Bagaimana kondisinya sekarang? Kamu jangan panik. Malam ini kamu tidak usah makan di rumah. Kamu temani ayahmu saja.”Jarang-jarang Sienna merasa terharu. Sekarang ayahnya mengidap kanker hati stadium akhir. Dia pun tidak tahu kepada siapa dirinya bisa bercerita? Apakah kepada Paman Robe
Tadi Harris mimpi bertemu dengan Leslie, mantan istrinya Harris sekaligus ibu dari Sienna. Ketika bangun dari mimpinya, Harris pun merasa bersalah pada Sienna.Jacob memang sangat menonjol. Hanya saja, jika putrinya tidak menyukainya, bukankah itu sama saja mendorong Sienna ke dalam jurang kehancuran? Gara-gara masalah ini, Harris merasa hubungannya dengan sang putri semakin jauh lagi.Terlintas kobaran api di dalam mata Susan. Biasanya semakin tua seseorang, semakin gampang pula hati seseorang terasa luluh. Dulu, setelah dihasut Susan, Harris pun akan menuruti ucapannya.Namun sekarang Harris merasa bersalah. Mungkin hari kematian mantan istrinya baru lewat. Jadi, Harris berpikir kebanyakan.Sebelumnya, Susan tidak berhasil mengalahkan wanita itu. Sekarang dia tidak mungkin membiarkan putri dari wanita itu menginjak-injak dirinya.“Suamiku, kamu jangan berpikir kebanyakan. Kamu sudah cukup baik sama Sienna. Karakternya saja yang tidak disukai orang-orang. Coba kamu lihat bagaimana Bu
Hati Jacob terasa sangat penat. “Aku tahu.”Ketika Daria mendengar ucapan itu, dia pun tidak membantah lantaran khawatir akan memancing emosi ayahnya.Setelah Jacob berjalan meninggalkan ruang tamu, Daria baru mengejar langkahnya.“Jacob, apa benar kamu ingin pergi menjenguk Harris?”Langkah kaki Jacob berhenti. Saat ini, mereka sedang berada di halaman Kediaman Yuwono, sedangkan Darwo sedang berada di ruang tamu. Tentu saja dia tidak bisa mendengar perbincangan mereka.Jacob menunduk. Tatapan yang dilayangkannya terlihat sangat tajam dan dingin. “Tidak.”Daria menghela napas lega, lalu berkata dengan ketus, “Tadi siang aku baru bertemu dengan Harris. Aku lihat dia sangatlah bugar, tidak seperti lagi sakit. Aku rasa mereka tahu kakekmu sudah pulang, makanya mereka merencanakan sandiwara ini. Mereka sekeluarga memang menyimpan banyak siasat buruk. Kalau kamu benar-benar pergi menjenguknya, kamu pun akan masuk ke dalam jebakan mereka.”“Ibu, aku mengerti.” Selesai berbicara, Jacob pun he
“Apa perlu aku menghubungi pelayan di Vila Cahwana?”“Telepon saja.”Nada bicara Jacob sangatlah datar. Ketika memikirkan akan bertemu dengan sang “istri”, entah kenapa hati Jacob terasa penat. Jacob adalah orang yang sangat tepat waktu. Namun, Sienna malah telah mengingkari janjinya sebanyak dua kali. Dia memang tidak berpendidikan.Sony mengeluarkan ponselnya hendak menghubungi pelayan di Vila Cahwana.Rina mengangkat panggilan dan dia pun terkejut ketika mengetahui Jacob akan datang malam ini!Setelah panggilan diakhiri, dia pun segera menyembunyikan Sony ke ruangan belakang. Kemudian, dia menyuruh pelayan lainnya untuk mensterilkan setiap sudut ruangan dan memastikan tidak ada sehelai bulu anjing di dalam rumah.Para pelayan bekerja dengan sangat gesit. Mereka pun menyelesaikannya dalam waktu setengah jam.Akhirnya Rina bisa menghela napas lega. Tiba-tiba dia kepikiran Sienna masih belum pulang. Dia bingung apakah perlu menghubungi Sienna atau tidak.Baru saja Rina mengeluarkan pon
Jacob mengerutkan keningnya. Hanya saja, dia tidak berpikir kebanyakan, melainkan berjalan ke sisi meja lanjut membaca e-mail.Keesokan paginya, Jacob turun ke lantai bawah. Rina pun langsung menyajikan sarapan ala barat kepadanya.Tatapan Jacob melirik sekeliling. Namun, dia masih tidak menemukan nyonya rumah ini.Sepertinya Rina tahu apa yang sedang dicari Jacob. Dia pun segera menjelaskan, “Semalam Nona Sienna agak capek. Dia berpesan untuk jangan membangunkan dia.”Jacob kepikiran dengan masalah Harris diopname. Sepertinya Sienna capek karena seharian di rumah sakit. Hanya saja, bukankah Harris sedang sandiwara? Bukankah dia tidak benar-benar sakit?Terlintas ekspresi sinis dari wajah Jacob. Dia menyelesaikan sarapannya dengan perlahan, lalu tampak mobil yang sedang parkir di luar sana.Malam pertama tinggal di Vila Cahwana, Jacob malah tidak bertemu dengan istri yang sudah dinikahinya selama tiga tahun. Entah karena Sienna sedang menahan dirinya atau sengaja ingin menarik perhatia
Darwo pun tersenyum. Dia menepuk-nepuk tangan Sienna, lalu berkata, “Maksudmu, kamu bersedia untuk melahirkan anak untuk Jacob?”Sienna mengangguk, lalu tersenyum dengan tulus. “Emm, aku bersedia.”Kali ini, senyuman di wajah Darwo semakin lebar lagi.“Baguslah kalau kamu bersedia. Tenang saja, tak peduli cicitku itu anak laki-laki atau anak perempuan, Kakek pun menyukainya.”Sienna tidak berani membahas terlalu jauh. Dia tidak ingin Darwo berharap terlalu banyak, nantinya malah akan mengecewakannya. Bisa jadi, kondisi tubuhnya akan semakin memburuk.Jadi, Sienna pun mengalihkan pembicaraan. Dia menemani Kakek Darwo untuk mengobrol satu jam, baru meninggalkan kediaman.Saat Sienna hampir memasuki mobil, dia pun bertemu dengan Tania.Tania yang mengenakan kacamata hitam itu sungguh tidak menyangka akan bertemu Sienna di sini.“Penny, kenapa kamu datang ke sini?”Tania tidak melihat Sienna berjalan keluar dari Kediaman Yuwono. Dia hanya melihat Sienna hendak memasuki mobil. Jadi, dia pu
Tampak tatapan hina dan sinis di wajah Jacob.“Kakek, apa semua itu ucapannya?”“Iya, Sienna sangatlah pengertian.”Tania menyerahkan mangkuk obat, lalu ingin berkata bahwa wanita mana yang tidak bersedia melahirkan anak kakak sepupunya? Apa dia itu pengertian? Jelas-jelas dia licik! Bahkan berani berbicara seperti itu kepada Kakek Darwo.Jacob memang mengiakan Kakek Darwo. Hanya saja, semua itu juga karena kakak sepupunya memedulikan kondisi tubuh Kakek Darwo.Tania sungguh penasaran seberapa tebal wajah wanita itu! Kenapa dia berani mengucapkan kata-kata seperti itu. Hanya saja, Tania menangkap isyarat mata Jacob dan dia terpaksa mengurungkan niatnya.Jacob menyerahkan mangkuk obat ke sisi Darwo. “Kakek, aku akan berusaha.”Jawaban Jacob sama seperti sebelumnya. Hanya saja, Darwo juga tidak tahu apakah cucunya akan berusaha atau sedang membohonginya. Jadi, terlintas sebuah ide di benaknya. “Malam ini aku ingin pergi ke Vila Cahwana. Aku tidak merasa kamu akan berusaha.”Awalnya Darwo
“Pak Petra, kamu tenang saja. Aku sudah meminta anggotaku untuk mempersiapkan kontrak perjanjiannya. Asalkan kamu kemari, kita akan langsung kerja sama.”Kedua mata Petra berkilauan. Perusahaan Tritama telah berdiri bertahun-tahun di dalam negeri. Biasanya sebagian besar dari perusahaan renovasi di dalam negeri akan mengambil bahan bangunan dari perusahaan mereka. Jika dia bisa menandatangani kontrak dengan harga rendah, hal itu sangatlah menguntungkan bagi Petra.“Oke, Pak Mike. Aku akan tiba dalam waktu setengah jam.”Petra mengakhiri panggilan dengan tersenyum lebar. Dia menyuruh asistennya untuk bersiap-siap. Kemudian, dia langsung mengambil jasnya berjalan masuk ke lift.Ketika tiba di lantai bawah perusahaan, baru saja asisten mengendarai mobil ke depan perusahaan, terdengar suara seseorang dari belakang. “Pak Petra.”Sekujur tubuh Petra langsung terkaku di tempat. Senyuman di wajahnya juga menghilang. Dia menoleh untuk melihat Sienna.Sienna masih bersikap dingin seperti biasa.
Di ruangan lain, Jacob kembali menyelinap ke dalam saluran ventilasi. Dia terus menjelajahi area itu, tetapi dia menyadari tempat itu hanya memiliki tiga titik yang tersambung tidak peduli seberapa keras pun dia mencarinya. Sharon selalu mengawasinya saat pagi hari, sehingga dia tidak masuk ke saluran ventilasi saat hari masih terang.Sekarang, Jacob kembali menjelajahi setiap area dan akhirnya menemukan Bukti. Kamar yang dihuni Bakti berada tepat di bawahnya, sepertinya Bakti juga menyamar sebagai salah satu pegawai tingkat bawah. Memang paling mudah untuk menyamar sebagai pegawai tingkat bawah di sini karena semuanya mengenakan pakaian pelindung yang tebal.Saat ini, Bakti sudah melepaskan pakaian pelindungnya. Meskipun tidak ada lubang yang tersambung di sana, dia bisa mendengar suara Jacob yang mengetuk bagian atas saluran ventilasi karena ada beberapa celah kecil. Dia pun mengangkat kepala dan melihat ke arah datangnya suara itu.Jacob bertanya, "Mana Arlo?"Jika bukan karena memi
Ed mengepalkan tangannya yang terkulai di samping dengan makin erat. Jika sesuai dengan pemikirannya yang sebelumnya, dia akan langsung menyetujui permintaan Mae. Pentingnya posisi ketua ini setara dengan kekayaan sebuah negara dan dia bisa bebas menggunakan obat-obat dari markas penelitian untuk mencapai tujuannya.Ini adalah ambisi yang selalu diinginkan Ed, tetapi sekarang dia malah ragu selama beberapa detik. Sepuluh detik kemudian, dia baru mengangkat kepalanya dengan lembut dan menatap Mae. "Guru, aku mengerti."Mae pun tersenyum. Dia tahu Ed adalah orang yang selalu tidak segan untuk melakukan apa pun demi mencapai tujuannya. Lagi pula, Hans ini hanya seorang kerabat saja. Keberadaan Hans juga tidak begitu penting, sama sekali tidak perlu dipikirkan.Dia mengangkat tangan dan menepuk bahu Ed. "Pergi lanjutkan pekerjaanmu."Ed berbalik, tetapi ekspresinya masih agak muram. Pada saat itu, pandangannya tiba-tiba tertuju pada Jacob.Namun, Jacob tidak menatap Ed, melainkan berjalan
Setelah memastikan beberapa titik yang terhubung dan perkiraan lokasinya, Jacob kembali ke kamarnya dan masuk ke kamar mandi untuk mandi. Saat membuka lemari, dia menemukan beberapa set pakaian pelindung yang baru di dalamnya. Dia langsung mengernyitkan alis dan secara refleks melihat ke sekeliling kamar.Saat tadi baru masuk ke kamar, Jacob tidak membuka lemari itu. Oleh karena itu, dia tidak tahu apakah pakaian itu memang sudah ada di dalam lemari sejak awal atau doktor wanita itu masuk ke kamarnya saat dia pergi. Meskipun pintu kamar terkunci dari dalam, wanita itu pasti memiliki kunci juga. Namun, dia tetap merebahkan diri di atas tempat tidur dan memejamkan mata untuk istirahat.Keesokan paginya, Jacob mengenakan pakaian dan kacamata pelindung sebelum keluar.Sharon sudah berdiri di depan meja penelitian dengan berbagai macam reagen di tangannya. Dia menyodorkan salah satu nampan dan berkata dengan nada yang datar, "Antarkan semua ini ke luar dan serahkan pada orang yang ada di de
Jacob mengalihkan pandangannya, lalu lanjut berjalan. Akhirnya, dia berhenti di aula yang terletak di bagian tengah.Jacob bisa melihat kondisi di aula itu dari beberapa celah. Sekelompok staf penelitian sedang mengurus berbagai data."Mana data fisik monster itu?""Bagaimana kondisi objek di kamar nomor 1? Apa perkembangbiakan hari ini berhasil?""Objek di kamar nomor 3 sudah mati. Suruh orang bereskan mayatnya."Bagi para staf penelitian, orang-orang yang dikurung bukan manusia, melainkan bahan eksperimen. Mereka melanjutkan pembahasan."Kulit objek di kamar nomor 5 sudah membusuk. Virus kali ini sangat berhasil. Selanjutnya, kita bisa menyebarkan virus ini.""Ah! Aku nggak tahan lagi! Biarkan aku mati! Aku nggak mau menggunakan manusia sebagai bahan eksperimen lagi! Tuhan, aku memang manusia berdosa! Aku pantas masuk neraka setelah mati!"Setelah itu, tidak terdengar suara lagi. Suasana di aula menjadi tegang. Kemudian, pintu terbuka. Seorang pria yang memakai seragam berjalan masuk
Jacob mengernyit. Suara pria ini sedikit familier, mirip Ethan. Namun, seharusnya dia bukan Ethan, melainkan saudara kembarnya.Apa mereka juga datang ke markas penelitian? Jacob tidak berlama-lama di tempat itu. Meskipun bisa mendengar suara, dia tidak bisa melihat situasi di dalam ruangan dengan jelas.Sebagian besar tempat tertutup rapat. Jacob hanya bisa melihat ke luar dari celah. Selain itu, dia tidak menemukan titik penghubung di tempat ini sehingga tidak ada jalan keluar. Dia hanya menemukan titik penghubung di kamar yang ditempatinya.Jacob terus berjalan. Akhirnya, dia menemukan titik penghubung lain yang bisa dibuka. Namun, Jacob tidak langsung membukanya. Dia melihat ke bawah.Jacob melihat kamar yang dikelilingi dinding kaca. Seorang pemuda yang berusia sekitar 18 tahun berbaring di lantai kamar itu.Rambut pemuda itu agak panjang sehingga menutupi sebagian wajahnya. Jacob tidak bisa melihat wajah pemuda itu dengan jelas. Namun, Jacob bisa melihat kalung giok di lehernya.
Sharon mengabaikan sanjungan para staf dan menghampiri orang-orang yang terpilih. Beberapa orang ini sudah kehilangan kesadaran.Sharon sangat puas, lalu tatapannya tertuju pada Jacob. Staf bertanya, "Bu Sharon, ada masalah apa?"Sharon menunjuk Jacob dan menyahut, "Suruh dia ikut aku."Staf tampak dilema. Seharusnya, para staf tidak boleh berpindah ke area lain. Sharon bisa datang karena diberi kebebasan oleh petinggi. Sekarang, Sharon ingin membawa pergi seorang staf."Bagaimana?" tanya Sharon dengan aura yang mengintimidasi.Staf itu berkeringat dingin. Dia menunduk dan menjawab, "Oke. Ini permintaan Bu Sharon. Aku akan segera suruh orang ini ikut kamu."Sharon menegaskan, "Aku mau dia ikut aku sekarang."Staf tersebut tampak ragu-ragu. Akhirnya, dia tidak berbicara lagi. Tatapan Jacob menjadi dingin saat dia mengikuti Sharon. Sepertinya, jabatan Sharon di markas penelitian cukup tinggi.Jacob merasa mengikuti Sharon pergi ke area lain adalah kesempatan yang bagus. Mereka melewati b
"Ed, jangan marah," ucap Hans. Dia tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya. Hans hanya ingin menyenangkan hati Mae. Dengan begitu, Ed juga ikut senang.Apa Hans membuat masalah lagi? Dia tidak tahu harus berbuat apa. Hans tiba-tiba panik, sepertinya dia akan dimasukkan ke dalam ruang penelitian lagi.Hans memanggil, "Ed ...."Ed merasa suara Hans sangat memusingkan. Dia menarik tangan Hans dengan ekspresi marah. Ed tidak pernah marah kepada Hans, tetapi kali ini dia tidak bisa menahan amarahnya.Ed bertanya dengan ketus, "Kamu berhubungan intim dengannya? Apa yang kamu pikirkan?""Aku ... cuma mau kamu senang," jawab Hans."Kamu merasa aku akan senang?" tanya Ed.Hans tampak kebingungan. Dia terus bertanya-tanya apa Ed tidak senang? Ed tiba-tiba merasa malu. Ekspresinya tidak terlihat lembut lagi.Ed sudah tinggal di ibu kota selama bertahun-tahun. Dia pernah melihat dunia yang penuh dengan intrik. Ed sering menghadapi orang-orang yang licik, tetapi sekarang dia tidak mampu menghada
Ed bertanya, "Bu Mae, markas penelitian membutuhkan genius seperti Luna. Kenapa para petinggi mengizinkannya pergi?"Mae meminum teh, lalu menyahut dengan ekspresi bingung, "Sampai sekarang aku juga nggak paham kenapa Luna bisa pergi. Bahkan, Fredie juga nggak mampu bawa Luna keluar dari markas penelitian. Jadi, aku penasaran dengan Fredie."Mae menambahkan, "Jabatan Fredie di markas penelitian nggak terlalu tinggi. Dia bukan petinggi di sini. Jabatannya hampir setara denganku."Mae hanya termasuk anggota inti markas penelitian. Dia belum mencapai posisi petinggi. Mae tidak bisa membawa seseorang keluar, apalagi Fredie.Ed tidak bisa mencampuri masalah ini, tetapi dia mendengarkan ucapan Mae dengan serius. Mae memijat keningnya dan melanjutkan, "Sharon juga terus mencari masalah denganku. Kali ini, hanya dia yang menolak kamu diangkat menjadi ketua. Bahkan, dia meremehkanku waktu di telepon."Sharon sangat disukai para petinggi. Dia bisa bertindak sesuka hatinya di markas penelitian. S
"Aku memang menginginkannya, tapi saran ketua belum diterima," sahut Ed. Jika dia memiliki senjata mematikan ini, menghabisi Jacob dan lainnya sangat mudah.Hans juga berdiri di depan dinding kaca yang tebal. Dinding kaca ini tidak bisa ditembus peluru. Segala sesuatu yang berada di dalam ruangan bisa diamati dari setiap sisi.Bahkan, para staf langsung mengamati proses perkembangbiakan antara 2 manusia. Semua manusia yang berada di dalam ruangan tidak mempunyai harga diri lagi. Mereka bagaikan hewan yang dikurung di dalam kandang.Bisa dibilang, mereka lebih rendahan daripada hewan. Mereka hanya bahan eksperimen.Ed datang melihat senjata mematikan ini beberapa jam sekali. Setiap kali, keinginan Ed untuk memiliki senjata mematikan ini makin besar.Senjata mematikan ini memakai kalung giok kecil. Katanya, dia sudah memakai kalung itu selama bertahun-tahun. Itu adalah giok biasa, jadi para staf tidak mengambil kalung itu.Kalung tersebut membuat senjata mematikan ini berbeda dengan yang