Di ibu kota ini, ada begitu banyak wanita yang ingin berhubungan dengan Jacob. Sienna adalah satu-satunya wanita yang menolak karena Jacob terlalu sering bergairah.Melihat Sienna yang menundukkan kepalanya ke samping, Jacob enggan menyerah. Dia melepaskan jasnya sendiri dan meletakkannya di tempat yang dihiasi ubin keramik yang mewah itu. Setelah itu, dia mengangkat dan meletakkan Sienna di atas jasnya.Kali ini, Sienna tidak menolak lagi. Bagaimanapun juga, kapan lagi ada kesempatan di hidup ini untuk duduk di atas jas Jacob yang begitu mewah itu. Apalagi, dia juga sudah meminjam reputasi Jacob tadi untuk mendapat pesanan dari Richie.Melihat sikap Sienna yang sudah melunak, Jacob juga menundukkan kepala dan menciumnya. Satu berdiri dan satunya lagi duduk, keduanya berciuman selama cukup lama. Saat mendengar ponselnya berdering, Jacob berpikir bahwa mungkin panggilan itu dari mitranya karena melihat Jacob masih belum kembali juga. Akhirnya, Jacob pun melepaskan Sienna.Kening Sienna
Sienna tidak menolak ciuman Jacob, alasannya sebenarnya sangat sederhana. Mereka juga sudah melakukan hal yang lebih intim beberapa kali, akan terasa berlebihan jika dia benar-benar menolak ciuman itu. Dia sendiri yang menyetujui kesepakatan sepuluh kali berhubungan itu. Setelah kesepakatan itu selesai, dia baru berhak menolak Jacob.Mungkin karena sering mendengar komentar Willow, Sienna sebenarnya merasa tidak rugi jika berciuman dengan Jacob yang begitu sempurna, asalkan Jacob tidak menjadi liar di ranjang. Wajah tampan Jacob sangat mudah membuat orang berpikir demikian. Terutama saat sedang berciuman dengan Jacob, membuat orang merasa lepas kendali saat menatap wajahnya.Perasaan yang mengejutkan dan menggairahkan itu benar-benar sulit diungkapkan dengan kata-kata. Sebagai seorang pelukis, Sienna sering ingin menggambar Jacob. Setiap fitur wajahnya terlihat begitu sempurna. Dia duduk di dalam mobil Lukas, mengangkat tangan, dan mengelus keningnya.Saat mendengar ponselnya yang berd
"Adik sepupumu di rumah sakit mana?""Rumah Sakit Mitra."Dickson meletakkan pengering rambutnya, lalu membungkuk dan memeluk Willow. "Hidupnya sangat malang. Perusahaan orang tuanya diakuisisi, lalu dia mengalami kecelakaan mobil hingga sopirnya juga ikut meninggal. Sekarang dia hidup bergantung kepada putra dari sopir itu. Aku ingin membantunya, tapi aku nggak berdaya."Mendengar nada bicara Dickson yang begitu sedih, Willow mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Dickson. "Jangan sedih, aku akan tanya Sienna. Keluarganya sangat kaya, dia pasti bisa segera buat janji dengan ahlinya. Uang empat miliar juga nggak berarti apa pun baginya. Tenang saja, adik sepupumu akan segera dioperasi. Dickson, apa aku bisa menemanimu pergi melihat adik sepupumu nanti?"Sekujur tubuh Dickson menjadi kaku sejenak dan terlintas perasaan bahaya di tatapannya. Dia langsung memeluk Willow. "Kalau kamu mau pergi melihatnya, sebaiknya jangan memberitahunya hubungan kita.""Kenapa?" Willow merasa curiga d
Saat Jacob menerima kabar tersebut, dia telah kembali ke hotel. Dengan alis berkerut, dia menelepon Elena. Namun, Elena tidak menjawab panggilannya. Awalnya Jacob ingin menyuruh pengawalnya untuk memeriksa, tetapi tiba-tiba Elena mengirimkan pesan.[ Aku menderita sekali. ]Jacob buru-buru mengganti pakaiannya dan berlari keluar. Saat tiba di kamar hotel, dia mengetuk pintu ruangan tersebut. Namun, pintu ruangan itu ternyata tidak dikunci. Ruangan itu adalah sebuah suite, saat ini tidak ada seorang pun di ruang tamu.Jacob mendorong pintu ruangan dan berteriak memanggil, "Elena?"Terdengar suara bising dari kamar tidur. Jacob langsung bergegas ke kamar karena mengira Elena sedang dalam bahaya. Namun, saat pintu kamar dibuka, tiba-tiba tercium sebuah aroma yang aneh.Reaksi Jacob sangat cepat, dia langsung menjatuhkan benda itu. Setelah itu, dia melihat sebuah wajah yang sangat familier. Tubuh Nanda hanya ditutupi dengan sehelai kain tulle yang transparan. Dia berseru dengan lirih, "Tua
Nanda berpura-pura hendak memeluk Jacob. Namun, Jacob langsung membuka pintu kamar dan keluar."Sayang!" teriak Nanda lagi. Tatapannya penuh dengan kebencian. Semakin Jacob membencinya, Nanda semakin merasa senang. Bahkan Tuhan saja berpihak padanya!"Sayang, aku mau ikut denganmu." Nanda sebenarnya tidak berani mengikutinya, hanya saja dia ingin membuat Jacob semakin merasa jijik. Sesuai dugaan, Jacob menghentikan langkahnya dan berbalik sambil berkata dengan jelas, "Kalau aku mau membuat seseorang menghilang dari dunia ini, itu bukan hal yang sulit."Wajah Nanda seketika menjadi pucat, dia tidak berani lagi memprovokasi Jacob. Sementara itu, Jacob langsung pergi. Namun, dia bertemu dengan Elena di lantai bawah. Elena memasang alat pelacak pada ponselnya sendiri sehingga dia mencari hingga ke hotel ini. Kini saat melihat Jacob keluar, wajahnya sontak berseri-seri. Dia buru-buru menghampiri Jacob dan menggandeng tangannya."Jacob, ponselku hilang. Posisi sinyalnya ada di sini. Kenapa k
Nanda hampir kehilangan akal sehatnya. Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Sienna. Sienna masih belum bangun, dia menjawab telepon itu dengan masih linglung. Namun, begitu mengangkat panggilan tersebut, terdengar suara makian Nanda yang menggelegar, "Jalang! Kau akan kena karmanya! Kau tunggu saja!"Sienna terkejut dan memaki dalam hati, 'Dasar sinting!' Setelah itu, dia langsung mengakhiri panggilan itu dan melanjutkan tidurnya."Argh!!" teriak Nanda dengan histeris. Air mata telah membanjiri wajahnya. Detik berikutnya saat dia hendak menyerbu ke lantai dua vila, dia dicegat oleh seorang pengawal."Nona Nanda, Tuan Harris sedang memulihkan diri.""Ayah! Ayah! Akulah putrimu satu-satunya, kenapa kamu tega memperlakukanku seperti ini! Kenapa!" teriak Nanda dengan histeris. Matanya memerah seakan-akan telah kehilangan akal sehat. Namun, suasana tetap hening, tidak ada seorang pun yang menjawabnya.Nanda kesal hingga tubuhnya gemetaran dan hampir pingsan. Kesehatannya memang kurang b
Saham Perusahaan Hales sebesar 35% setara dengan uang ratusan miliar. Kini Harris terbaring di ranjang dan Susan sedang dalam masalah. Keluarga Winata hanya tersisa Sienna. Asalkan dia mati, perusahaan ini akan menjadi milik orang lain. Terry menengadah dengan bangga."Kalian tenang saja, aku bersusah payah mendapatkan obat ini dari koneksiku!" Semua orang tetap merasa ketakutan karena hal ini jelas melanggar hukum. Namun, mengingat sikap Sienna yang keras, mereka benar-benar tidak bisa menerima hal ini. Apalagi, masalah ini menyangkut 35% saham perusahaan itu.Dalam keheningan, Vito akhirnya tidak kuasa berkata, "Jangan lupa, Keluarga Winata besanan dengan Keluarga Yuwono. Kalau tidak, mana mungkin Grup Yuwono bisa membiarkan kita mendapatkan pendanaan dua kali? Kalau terjadi sesuatu padanya, bagaimana kalau Grup Yuwono meminta pertanggungjawaban?"Terry tersenyum sinis, "Coba tebak siapa yang memberikan obat ini padaku?""Siapa?""Nanda," jawab Terry.Dulunya, Susan sering sekali ter
Di sisi lain, Sienna juga sedang lembur di perusahaan. Ketika baru saja hendak berdiri dan pulang, Terry tiba-tiba masuk ke ruangannya. "Bu Sienna, ini adalah data pengunduran diri kami, silakan diperiksa."Sienna mengerutkan alisnya sejenak. Dia tidak menyangka sekelompok orang ini akan berinisiatif mengundurkan diri. Melihat hal ini, ekspresi Sienna menjadi lebih lembut. "Kalian tenang saja, aku akan memberi kalian pesangon yang pantas."Pada saat ini, Terry berdiri di samping Sienna dan Sienna sedang duduk sambil memeriksa semua data itu dengan saksama. Namun, alisnya makin berkerut saat melihat semua data itu ternyata tidak sesuai. Saat menengadah dan hendak mengatakan sesuatu, Sienna tiba-tiba mencium sebuah aroma yang menyengat. Kepalanya tiba-tiba menjadi sangat pusing.Terry menyuruh penjaga kebersihan untuk mengambilkan sebuah tong sampah besar dan mengancamnya, "Lupakan semua yang kamu lihat sekarang ini! Kalau nggak, target selanjutnya adalah kamu!"Penjaga kebersihan adalah