Saat Jacob menerima kabar tersebut, dia telah kembali ke hotel. Dengan alis berkerut, dia menelepon Elena. Namun, Elena tidak menjawab panggilannya. Awalnya Jacob ingin menyuruh pengawalnya untuk memeriksa, tetapi tiba-tiba Elena mengirimkan pesan.[ Aku menderita sekali. ]Jacob buru-buru mengganti pakaiannya dan berlari keluar. Saat tiba di kamar hotel, dia mengetuk pintu ruangan tersebut. Namun, pintu ruangan itu ternyata tidak dikunci. Ruangan itu adalah sebuah suite, saat ini tidak ada seorang pun di ruang tamu.Jacob mendorong pintu ruangan dan berteriak memanggil, "Elena?"Terdengar suara bising dari kamar tidur. Jacob langsung bergegas ke kamar karena mengira Elena sedang dalam bahaya. Namun, saat pintu kamar dibuka, tiba-tiba tercium sebuah aroma yang aneh.Reaksi Jacob sangat cepat, dia langsung menjatuhkan benda itu. Setelah itu, dia melihat sebuah wajah yang sangat familier. Tubuh Nanda hanya ditutupi dengan sehelai kain tulle yang transparan. Dia berseru dengan lirih, "Tua
Nanda berpura-pura hendak memeluk Jacob. Namun, Jacob langsung membuka pintu kamar dan keluar."Sayang!" teriak Nanda lagi. Tatapannya penuh dengan kebencian. Semakin Jacob membencinya, Nanda semakin merasa senang. Bahkan Tuhan saja berpihak padanya!"Sayang, aku mau ikut denganmu." Nanda sebenarnya tidak berani mengikutinya, hanya saja dia ingin membuat Jacob semakin merasa jijik. Sesuai dugaan, Jacob menghentikan langkahnya dan berbalik sambil berkata dengan jelas, "Kalau aku mau membuat seseorang menghilang dari dunia ini, itu bukan hal yang sulit."Wajah Nanda seketika menjadi pucat, dia tidak berani lagi memprovokasi Jacob. Sementara itu, Jacob langsung pergi. Namun, dia bertemu dengan Elena di lantai bawah. Elena memasang alat pelacak pada ponselnya sendiri sehingga dia mencari hingga ke hotel ini. Kini saat melihat Jacob keluar, wajahnya sontak berseri-seri. Dia buru-buru menghampiri Jacob dan menggandeng tangannya."Jacob, ponselku hilang. Posisi sinyalnya ada di sini. Kenapa k
Nanda hampir kehilangan akal sehatnya. Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Sienna. Sienna masih belum bangun, dia menjawab telepon itu dengan masih linglung. Namun, begitu mengangkat panggilan tersebut, terdengar suara makian Nanda yang menggelegar, "Jalang! Kau akan kena karmanya! Kau tunggu saja!"Sienna terkejut dan memaki dalam hati, 'Dasar sinting!' Setelah itu, dia langsung mengakhiri panggilan itu dan melanjutkan tidurnya."Argh!!" teriak Nanda dengan histeris. Air mata telah membanjiri wajahnya. Detik berikutnya saat dia hendak menyerbu ke lantai dua vila, dia dicegat oleh seorang pengawal."Nona Nanda, Tuan Harris sedang memulihkan diri.""Ayah! Ayah! Akulah putrimu satu-satunya, kenapa kamu tega memperlakukanku seperti ini! Kenapa!" teriak Nanda dengan histeris. Matanya memerah seakan-akan telah kehilangan akal sehat. Namun, suasana tetap hening, tidak ada seorang pun yang menjawabnya.Nanda kesal hingga tubuhnya gemetaran dan hampir pingsan. Kesehatannya memang kurang b
Saham Perusahaan Hales sebesar 35% setara dengan uang ratusan miliar. Kini Harris terbaring di ranjang dan Susan sedang dalam masalah. Keluarga Winata hanya tersisa Sienna. Asalkan dia mati, perusahaan ini akan menjadi milik orang lain. Terry menengadah dengan bangga."Kalian tenang saja, aku bersusah payah mendapatkan obat ini dari koneksiku!" Semua orang tetap merasa ketakutan karena hal ini jelas melanggar hukum. Namun, mengingat sikap Sienna yang keras, mereka benar-benar tidak bisa menerima hal ini. Apalagi, masalah ini menyangkut 35% saham perusahaan itu.Dalam keheningan, Vito akhirnya tidak kuasa berkata, "Jangan lupa, Keluarga Winata besanan dengan Keluarga Yuwono. Kalau tidak, mana mungkin Grup Yuwono bisa membiarkan kita mendapatkan pendanaan dua kali? Kalau terjadi sesuatu padanya, bagaimana kalau Grup Yuwono meminta pertanggungjawaban?"Terry tersenyum sinis, "Coba tebak siapa yang memberikan obat ini padaku?""Siapa?""Nanda," jawab Terry.Dulunya, Susan sering sekali ter
Di sisi lain, Sienna juga sedang lembur di perusahaan. Ketika baru saja hendak berdiri dan pulang, Terry tiba-tiba masuk ke ruangannya. "Bu Sienna, ini adalah data pengunduran diri kami, silakan diperiksa."Sienna mengerutkan alisnya sejenak. Dia tidak menyangka sekelompok orang ini akan berinisiatif mengundurkan diri. Melihat hal ini, ekspresi Sienna menjadi lebih lembut. "Kalian tenang saja, aku akan memberi kalian pesangon yang pantas."Pada saat ini, Terry berdiri di samping Sienna dan Sienna sedang duduk sambil memeriksa semua data itu dengan saksama. Namun, alisnya makin berkerut saat melihat semua data itu ternyata tidak sesuai. Saat menengadah dan hendak mengatakan sesuatu, Sienna tiba-tiba mencium sebuah aroma yang menyengat. Kepalanya tiba-tiba menjadi sangat pusing.Terry menyuruh penjaga kebersihan untuk mengambilkan sebuah tong sampah besar dan mengancamnya, "Lupakan semua yang kamu lihat sekarang ini! Kalau nggak, target selanjutnya adalah kamu!"Penjaga kebersihan adalah
Jelas-jelas dirinya sudah berusaha untuk tidak membuat Jacob merasa jengkel. Apa semua itu masih belum cukup? Sienna hanya menunduk tanpa melontarkan sepatah kata pun.Setelah mengakhiri panggilan, si penculik menendangnya dan berkata, "Nona, kamu sudah dengar itu? Di mata suamimu, kamu sama sekali nggak bernilai."Rambut Sienna ditarik oleh penculik itu, juga dipaksa untuk mendongak. Begitu melihat wajah cantik Sienna, hasratnya langsung terbangkitkan. "Gila! Rupanya kamu cantik sekali! Tapi, Jacob malah nggak menginginkan wanita secantik ini."Penculik itu pun menggendong Sienna, lalu menutup kepalanya dengan karung di sebelahnya. Dia juga memasukkan kain ke mulut Sienna sebelum mengangkatnya ke dalam pabrik.Di dalam sana, kepala Elena juga ditutup dengan karung. Hanya saja, mulutnya tidak disumpal sehingga wanita ini terus menangis dan berteriak, "Lepaskan aku! Cepat lepaskan aku!"Saat ini, pria yang mengangkat Sienna masuk berseru, "Kenapa diam saja? Cepat tinggalkan tempat ini!
Api di dalam memang sudah padam. Sienna meringkuk di sudut. Kini, tali yang mengikatnya sudah dilepaskan, begitu juga dengan benda yang menyumpal mulutnya.Barusan, api hendak menyerbu ke arah Sienna. Namun, untung ada seseorang yang sontak menariknya dengan kuat. Ketika karung di kepala dilepaskan, Sienna melihat petugas kebersihan wanita yang tidak seharusnya muncul di tempat seperti ini."Nona, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya petugas kebersihan yang tampak benar-benar cemas. Wajah kurusnya yang tampak agak kuning dipenuhi kekhawatiran.Sienna merasa wanita ini sangat familier. Namun, begitu mendengar suara Harris, wanita ini seketika menjadi panik dan melarikan diri.Harris menemukan Sienna yang meringkuk di sudut. Meskipun tidak terluka, sekujur tubuhnya terlihat sangat kotor, bahkan rambutnya dipenuhi debu. Bau asap yang menyengat memenuhi seluruh pabrik.Dengan mulut yang dipenuhi aroma darah, Harris menginstruksi bawahannya, "Cepat ... papah Sienna kemari."Dua pengawal bergeg
"Nona, tolong jangan sedih," ucap pengawal itu yang mengira Sienna tidak bersuara karena merasa sakit hati akan ucapan Jacob.Sienna menghela napas, lalu berpesan, "Kalau Ayah ingin pulang, bawa saja dia pulang setelah siuman nanti. Kalian jaga dia baik-baik, jangan sampai ada yang mengganggu, terutama kakek dan nenekku.""Kami mengerti," sahut pelayan itu dengan sopan. Sejak Susan tersingkirkan, seluruh Keluarga Winata diatur oleh Sienna. Kini, Sienna bahkan menguasai saham Keluarga Winata sehingga dia adalah pewaris yang layak.Sesudah berpesan beberapa hal, Sienna baru menyuruh sopir mengantarnya pulang. Sekarang sudah pukul 02.00. Setibanya di Kompleks Mawaria, dia becermin untuk mengamati diri sendiri.Terlihat wajah Sienna yang kotor, juga rambutnya yang penuh debu karena jerami yang terbakar. Selain itu, kemejanya juga tampak lusuh.Sienna mandi dengan santai. Setelah keluar dengan mengenakan piamanya, dia merasa sekujur tubuh sangat lelah sehingga langsung berbaring dan tertidu