Sepanjang perjalanan, keduanya tidak berbicara lagi. Mobil akhirnya sampai di Kompleks Mawaria. Sienna membuka pintu mobil dan hendak turun, tetapi teringat pada sesuatu sehingga berhenti dan duduk kembali. Dia bertanya, "Tuan Jacob, jika Elena melakukan sesuatu padaku lagi, apa aku boleh melaporkannya kepadamu?"Sienna mengatakannya dengan lantang. Bagaimanapun, Keluarga Winata kalah dari Keluarga Prawira, apalagi Keluarga Yuwono. Selain itu, Elena adalah kekasih Jacob. Wanita ini mengandalkan kekuasaan Jacob dan bisa melakukan lebih banyak hal di kemudian hari.Jacob menatap Sienna. Sesudah terdiam beberapa saat, dia baru bertanya, "Kenapa kamu merasa aku akan berdiri di pihakmu?""Bukan berdiri di pihakku, tapi membela kebenaran. Setidaknya, aku nggak akan mengusik Nona Elena. Dia menganggapku sebagai musuhnya, padahal aku nggak punya hubungan apa pun denganmu," ucap Sienna.Ketika mengucapkan kalimat terakhirnya itu, Sienna merasa tatapan pria ini menjadi penuh ancaman. Dia pun men
Nanda menarik napas dalam-dalam, lalu terdengar suara Junando membanting barang di luar. Dua hari ini, Junando sangat emosional. Begitu ada sedikit masalah, dia langsung marah besar.Apalagi melihat Sienna tidak bertengkar dengan Elena dan Yuliana dikirim ke luar negeri, Junando pun tidak bisa duduk diam lagi.Di sisi lain, Nanda tidak peduli dengan Keluarga Winata, juga tidak peduli dengan pembagian warisan. Yang dia inginkan hanyalah Jacob. Asalkan bersama Jacob, kehidupannya akan menjadi sempurna.Nanda mendorong pintu dan keluar, lalu berkata, "Kak, jangan marah dulu. Yuliana memang dikirim ke luar negeri dan Jacob berpihak pada Sienna. Tapi, kita masih punya kesempatan.""Kesempatan apa lagi! Nanda, kamu mungkin nggak tahu Ayah diopname karena melihat Ibu selingkuh dengan Santo! Begitu Ayah siuman, keluarga kita akan hancur! Saham milik Ibu pasti akan direnggut. Ketika saat itu tiba, Sienna yang akan menguasai semuanya!" teriak Junando.Mata Nanda terbelalak. Dia tidak tahu bahwa
Itu sebabnya, Ruslan membujuk kedua orang tuanya untuk tidak pergi karena takut mereka ditipu. Lagi pula, dia tidak tahu dari mana mereka mendapatkan kabar ini.Namun, setelah orang tuanya ini pergi beberapa jam, mereka benar-benar kembali dengan membawa uang 6 miliar. Ketika pergi ke bank untuk membayar, Ruslan sampai tidak bisa percaya. Cicilan rumah selama 30 tahun hampir lunas, hanya tersisa sedikit yang harus dibayar."Ibu, permohonan pelunasan pinjaman lebih awal sudah disetujui. Kita nggak perlu membayar cicilan lagi setiap bulan," ucap Ruslan.Tatapan Sarah seketika tampak antusias, lalu disusul dengan keserakahan. Dia berkata, "Harris benar-benar sudah kaya raya sekarang. Dia sampai bisa mengeluarkan uang sebanyak itu. Kamu masih belum melihat vilanya, sangat cantik! Satu lantainya mungkin berukuran ratusan meter persegi, cukup untuk kita tinggal. Nanti, rumahmu ini bisa disewakan."Ruslan pun menjadi tamak. Namun, begitu teringat bahwa orang tuanya ini tidak pernah peduli pad
Semalam, Sienna akhirnya bisa tidur dengan nyenyak. Namun begitu pagi tiba, ada masalah lagi yang harus dia selesaikan. Dia mengernyitkan alisnya, lalu langsung mengemudikan mobilnya pergi ke rumah sakit.Di sisi lain, Sarah dan Hilman masih duduk di lantai rumah sakit dan berteriak, "Pembunuh! Ada pembunuh!" Mata Sienna membelalak dan segera mendekati mereka."Apa kalian sudah puas membuat keributan?"Melihat Sienna datang, Sarah berhenti berbicara sejenak, lalu tersenyum dengan dingin."Kamu dengar apa yang kamu katakan? Aku ini nenekmu, tapi kamu nggak menghormatiku sama sekali. Kamu nggak punya hati nurani."Sienna menarik napas dalam-dalam. Melihat ada bekas telapak tangan di pipi salah satu pengawal, Sienna tahu bahwa pasangan itu sudah bertindak kasar."Nona Sienna."Dua pengawal itu dipanggil oleh Willow, sehingga mereka mengenal Sienna dan bersikap sangat ramah dengannya. Sienna merasa kepalanya pusing dan memberi tahu pengawal itu, "Kalau mereka terus membuat keributan, lemp
Ruslan buru-buru menuangkan segelas air. Sarah langsung meminum air itu hingga habis dan bibirnya masih bergumam, "Sialan! Dasar berengsek itu benar-benar gila! Anak itu memang nggak boleh dimaafkan."Hilman menceritakan semua kejadian tadi. Ruslan yang mendengar cerita itu merasa sangat marah."Ini adalah pembunuhan! Kakak nggak mendidiknya dengan benar. Sepertinya, kita memang harus tinggal di vila Keluarga Winata. Kalau nggak, nggak ada yang akan mendidik anak ini kelak. Bagaimana dia bisa menikah?"Mendengar perkataan itu, Hilman merasa perkataan Ruslan itu masuk akal juga dan berkata, "Leslie mati terlalu awal, kakakmu juga menikah lagi. Anak itu pasti nggak merasakan kasih sayang orang tua. Tapi, yang terpenting sekarang adalah dia punya kekuasaan dan pengawal, kita nggak bisa bersikap keras padanya."Ruslan duduk dan merenungkannya sebentar, lalu matanya langsung bersinar."Ayah, ini mudah diatasi. Dia pasti belum pernah merasakan cinta sejak kecil. Kita atur seorang pria untuk
Sienna hari ini pulang ke vila. Dia sudah beberapa hari ini tidak melihat Snow, dia juga tidak tahu bagaimana perkembangan luka operasi Snow. Rina yang melihatnya pulang merasa sangat gembira."Nona Sienna, aku baru saja membawa Snow pergi berjalan-jalan."Saat ini, waktu kepulangan Jacob tidak pasti, Rina tidak berani sembarangan membiarkan Snow keluar. Sehingga, Snow setiap hari masih dikurung di ruangan besar di belakang. Saat Sienna masuk, Snow sudah mendengar suara langkah kakinya dan mulai menggonggong dengan keras di dalam ruangan. Sienna langsung merasa sangat kasihan, dia langsung berlutut dan mengelus kepala Snow dengan lembut.Awalnya, Sienna berencana membawa Snow ke Kompleks Mawaria. Masalah tetangga di Kompleks Mawaria memang sudah diatasi, tetapi di lantainya masih tinggal seorang wanita bernama Sandra. Dilihat dari sifat Sandra, jika Snow menggonggong di sana, dia mungkin akan langsung melaporkannya ke manajemen properti. Saat itu, akan terjadi keributan lagi, sehingga
Perawat itu merasa aneh, tetapi dia tetap membawa nampan itu masuk ke dalam kamarnya Harris. Kedua pengawal itu melihat perawat yang datang untuk mengganti obat adalah orang yang biasa mereka lihat, sehingga mereka tidak menghentikannya.Saat perawat itu menyedot obat ke dalam jarum suntik dan hendak menyuntikannya ke dalam botol infus, mata Harris tiba-tiba terbuka dan menghela napas dengan cepat. Perawat itu terkejut dengan suara Harris yang tiba-tiba muncul itu, sehingga jarum suntiknya terjatuh ke lantai.Perawat itu buru-buru berlari keluar dan berteriak di koridor. "Dokter! Dokter!"Sekelompok dokter langsung masuk dan membawa Harris menuju ke ruang perawatan intensif. Perawat itu berdiri di dalam kamar pasien yang kini kosong, mengambil jarum suntik dari lantai, dan langsung membuangnya ke dalam tong sampah yang ada di sampingnya. Kemudian, dia mengambil tong sampah itu dan membuangnya ke luar.Nanda tetap menunggu di ujung koridor. Saat melihat Harris masuk ke ruang perawatan i
Wiandro memegang segelas minuman dan terlihat bingung. Lantas, dia kembali bertanya, "Apa maksudmu dengan pendapatnya?""Maksudku Penny.""Sialan! Aku sedang membicarakan Elena!"Tangan Jacob berhenti sejenak dan menundukkan kepalanya. "Oh."Wiandro merasa lucu dan menutupi mulutnya untuk menahan tawa."Jadi, maksudmu tadi adalah hubunganmu dengan Penny, pendapatmu tidak penting, yang penting adalah pendapatnya?" Jika Penny memutuskan untuk mengandalkannya, apakah Jacob juga akan menerimanya? Namun, Jacob tidak mau menjawab lagi.Wiandro menggaruk kepalanya dengan cemas. "Apakah maksudmu seperti ini? Tadi aku membahas tentang Elena, tapi kamu tidak mendengarnya sama sekali. Apakah pikiranmu benar-benar hanya dipenuhi dengan wanita yang sudah menikah itu?""Nggak."Wiandro menggelengkan kepalanya dan tiba-tiba menunjuk seorang wanita yang berada di dekat mereka. Dia memanfaatkan kondisi Jacob yang mabuk dan bertanya, "Bagaimana dengan wanita itu kalau dibandingkan dengan Penny?"Jacob m