Share

Niat Jahat Vero

Author: Ayy Lmot
last update Last Updated: 2022-07-12 15:15:21

Nara berdecak jengah. "Bukan urusan Om!"

Arsen tak tinggal diam. Pria itu justru diberi tugas oleh sang sahabat untuk mengawasi putrinya. Ya, bukan hanya sembarang memberikan izin, itu Dhafian lakukan demi putrinya terhibur dan tidak kecewa.

Mengetahui ada Arsen yang bisa menjadi baby sitter untuk anaknya, Dhafian memanfaatkan kehadiran Arsen.

Kini, Arsen sedang melihat seorang lelaki berkendara motor sport sedang memboncengi Nara. Dirinya merasa cemas karena pakaian gadis itu terlihat terbuka.

Arsen mempunyai firasat yang tidak enak, ia sangat mengkhawatirkan Nara. Pria itu terus membuntuti mereka. 

Sementara itu, Nara merasa sangat senang.

"Nar lo cantik banget!" teriak Vero di kala mereka berhenti karena tiba di lampu merah.

"Terima kasih Kak. Tapi, kita mau kemana?" 

"Pokoknya nanti lo bakal seneng-seneng!"

"Oh oke deh!" Nara yang sudah terlanjur bahagia karena Vero, tidak memedulikan apa pun. 

***

Tempat di mana semua pengunjungnya seorang yang melebur rasa penat setelah bekerja, atau seseorang yang sekedar mencari hiburan semata. Ya, mereka tiba di klub malam.

Ini adalah kali pertama Nara mengunjungi tempat ini. Ia melihat banyak perempuan yang berpakaian, tetapi terlihat telanjang. Bau alkohol menyengat, sementara dentuman musik DJ begitu menggema mengiringi para pengunjung yang sedang berjoget ria.

"Duduk sini!"

Vero mengajak Nara untuk duduk di sebuah sofa. Di atas meja ia sudah melihat berbagai macam minuman beralkohol. 

"Kita tunggu temen-temen gue!"

"Kak, kenapa kita nggak nongkrong di pinggir jalan aja? Atau pasar malam gitu?"

Vero menyunggingkan senyumannya, lalu mengusap kepala gadis itu. "Lo lucu banget sih. Pokoknya, tempat ini lebih enak, dan lebih rame 'kan?"

"Iya sih!" jawab Nara karena tidak ingin membuat pujaan hatinya kecewa.

Tiba-tiba, segerombolan pria dan wanita yang saling berpasangan datang. Mereka adalah teman-teman Vero. 

"Wahh udah ganti lagi aja!" ucap salah satu dari mereka.

"Iya dong, kali ini lebih imut kan?" sahut Vero.

"Emang paling bisa dehhh!"

Vero pun menuangkan segelas Vodka, lalu ia sodorkan ke Nara. "Minum!"

"Ini apa?" tanya Nara ragu-ragu.

"Minuman bersoda, enak kok pasti lo bakal ketagihan!" 

Nara yang polos, bisa percaya begitu saja. Gadis itu tanpa ragu langsung menenggaknya. Seketika, ia meringis, merasakan sesuatu yang aneh masuk di tenggorokannya. 

"Hmm, gak ada sodanya," gumam Nara.

"Tapi enak 'kan?" 

"Iya sih."

"Yaudah minum lagi!" Vero menyeringai menatap teman-temannya. Mereka semua pun hanya bisa menggelengkan kepala, ada juga yang merasa lucu dengan kepolosan Nara.

Vero benar-benar memberikan banyak sekali minuman beralkohol dari berbagai macam-macamnya, sampai Nara merasa pusing. Ya, gadis itu sudah mabuk berat karena ulah kakak kelasnya itu.

"Lo santapan gue malam ini."

***

Sementara di suatu tempat, Arsen sedang merutuki dirinya sendiri. Semenjak mengikuti Nara bersama Vero, ia tiba-tiba kehilangan jejak mereka karena Vero begitu kencang mengendarai, terlebih ia baru beberapa hari tinggal di kota ini, jadi belum terlalu hapal jalan.

"Sial!"

Waktu sudah menunjukkan pukul 24.00 WIB.

Sudah larut malam. Saat ini ia benar-benar sangat mencemaskan Nara, dan bagaimana juga ia mengakatakan kepada Dhafian nanti?

Namun, kala dirinya begitu khawatir tiba-tiba matanya mendapati seseorang yang baru saja keluar dari sebuah club yang berada di sebrang jalan sana.

"Nara!"

Arsen segera bergegas, ia mengetahui bahwa mereka adalah Nara dan Vero. 

Ya, itu benar mereka. Nara terlihat kegatelan. Gadis itu terus saja menggaruk-garuk tengkuk dan lengannya. 

"Kak, gatel!"

"Kita ke apartemen sekarang, tahan dulu Nar!"

"Panas!" 

'Obatnya udah bereaksi!' batin Vero.

Tanpa mau menunggu Nara yang jalan terus terhuyung-huyung, Vero pun segera menggendong gadis itu untuk dia naikkan ke atas motornya.

Tubuh enteng Nara sangat mudah untuk diangkat, kini gadis itupun sudah berada di atas motor. 

Namun, Arsen yang sigap segera menarik pinggangnya, dan kala itu Vero sudah sempat menaiki motor.

"Woyy siapa lo? Lepasin cewe gue!" 

"Lain kali kalau mau jalan tanya dulu siapa perempuannya. Dia istri saya!"

"Gak mungkin, sekarang lepasin dia. Nar lo harus sama gue!" 

"Om aku mau pulang!" Sementara itu, Nara yang di bawah alam kesadaran, merasa sangat lelah. Dia juga bingung dengan berbagai sensasi aneh yang ia rasakan di tubuhnya saat ini.

Arsen menyunggingkan senyum, lalu ia bergegas membawa putri dari sahabatnya itu untuk segera pulang.

Sepanjang perjalanan, Nara terus mengaduh gatal dan panas.

Mendengar itu, Arsen kebingungan dan berkata, "Tahanlah dulu, sebentar lagi kita sampai."

Berkat Arsen yang mengebut membawa motornya, kini mereka sudah tiba di kontrakan. Pria itu segera membopong Nara. 

"Om gatel, panas!"

Nara dituntun untuk duduk. Saat itu juga, Arsen melihat banyak memar dan bintik-bintik merah di bagian leher, lengan, dan dadanya yang terbuka. Nara juga terlihat terus menggaruki seluruh tubuhnya. 

"Jangan digaruk!"

Arsen menahan kedua tangan Nara dengan cara mendekapnya. "Argghh ... ini panas, gatel juga. Om aku gak kuat!"

"Apa yang kau makan sampai bintik-bintik seperti ini?" tanya Arsen. Nara tidak menjawab, ia tetap berusaha untuk menggaruk kulitnya.

Tiba-tiba, Arsen melihat bibir gadis itu basah. Entah setan apa yang merasukinya, dengan secepat kilat, pria itu menempel bibirnya, lalu menyesap dan merasakan bagian dalam mulutnya.

'Meminum alkohol kadar tinggi. Ternyata gadis ini alergi alkohol,' batin Arsen. 

Arsen merasa bingung, tetapi karena dulu pernah merasakan ini, ia masih ingat cara mengatasinya. Pria itu beranjak masuk kamar, lalu mengambil sebuah lation calamine dan setelahnya ia mengolesi di bagian bintik-bintik, ruam merah yang ada di kulit Nara.

Benar saja, tangisan Nara mereda sedikit, tetapi mulutnya tetap tidak berhenti mengoceh dengan berkata panas.

"Minumlah!" 

Arsen menyodori segelas air putih. Nara yang memang sangat haus, langsung menenggaknya tanpa tersisa. 

Gadis itu sudah berhenti menggaruki kulitnya, tetapi ia tetap mengaduh kepanasan, "Om, masih terasa panas!"

'Aku tahu niat bocah lelaki itu. Dia berusaha meniduri Nara, sampai memberinya obat perangsang. Pergaulan di zaman sekarang memang sangat berbahaya,' batin Arsen.

Nara melepaskan pakaiannya di depan Arsen. Mungkin, pengaruh alkohol belum membuat gadis itu sadar. Tidak semua yang ia lepas, hanya sebagian. Namun, kini Arsen sudah melihat bagian yang biasanya tertutup walaupun masih terbungkus kain berenda tipis.

"Om tolong Nara!" Di bawah alam kesadaran, gadis itu tanpa menyadari telah menaiki tubuh sahabat ayahnya.

Arsen yang mendapat perlakuan seperti itu, terus saja menelan salivanya dengan susah payah. 'Sial, ukuran tubuh gadis ini tak selaras dengan umurnya,' batinnya.

Nara terus menggerayangi tubuh Arsen. Gadis itu terlihat seperti hewan kelaparan. 

"Nara hentikan! Sebentar lagi, ayahmu akan pulang!" Di batas kewarasan, Arsen berusaha melawan serangan gadis yang biasanya jutek itu.

"Tolong Nara, tubuh Nara terasa panas!"

Nara semakin liar, dia membuka sabuk ikat pinggang Arsen lalu membuka resleting itu dengan tergesa-gesa. Sedangkan Arsen, pria itu mulai terpancing dengan tingkah Nara.

Sebelum melakukan yang ingin dilakukan Nara, Arsen mengalihkan dengan mencium bibirnya. Namun, kesadaran kembali menguasai Arsen.

'Tahan, belum waktunya. Ingat, pertemuan ini masih terlalu singkat,' batinnya. Tanpa sadar, dia memijit keningnya karena terasa pening.

Related chapters

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Ibu Pengganti Untuk Nara

    Arsen mengambil tindakan cerdik. Ia membopong tubuh Nara untuk masuk ke kamar mandi. Pria itu mengguyur seluruh badan Nara sampai gadis itu basah kuyup. Walau dirinya merasa sangat tergoda akan kemolekan tubuh gadis itu, tetapi ia masih mempunyai akal sehat. Pemikiran pria itu pun jernih, dan tak mudah terbawa hasrat dalam gairah kelaki-lakiannya. "Om dingin!" 'Bagus, rangsangan obat itu akan menghilang,' batinnya. Arsen memberikan handuk, lalu ia membopong kembali tubuh Nara yang menggigil. Nara masih hanya mengenakan dalamannya, dengan sisa bawahan celana ketat yang pendek. Dalam hati, ia berniat untuk menggantikan baju, tetapi ia berpikir ulang itu akan membahayakan dirinya. Ia pun memilih mengabaikan, walau merasa iba dengan putri sahabatnya itu karena kedinginan memakai dalaman yang basah. Tiba-tiba di luar terdengar suara deruman motor, ia yakin bahwa itu Dhafian yang baru saja pulang. Arsen keluar dari kamarnya, ia merasa lega karena pada saat aksi tadi Dhafian tidak se

    Last Updated : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Perasaan Cemburu

    Mendengar ucapan dari sang majikan itu terdengar seperti sebuah uang. Ya, bukankah akan ada takdir yang bagus jika ia menjadi pendamping hidup janda kaya ini? Namun, apakah ucapannya benar apa adanya? Dhafian masih meragukan jika ia meminta cerai sebab dirinya. “Dhaf aku ingin menjadi ibu untuk anakmu. Kita rawat Nara sama-sama ya, aku ingin menjadi sosok ibu,” ucap Lia. Lagi-lagi hanya membuat Dhafian termengu. Sampai pada akhirnya, Lia mencoba untuk membuyarkan lamunannya dengan mengusap wajah pria itu. “Dhaf ....” “Maaf Nyonya saya sadar akan posisi saya, coba pertimbangkan lagi. Maukah Anda menikah dengan duda miskin seperti saya ini?” sela Dhafian. “Dhaf apa kau tahu istilah cinta itu buta, tuli? Atau apapun itulah. Untuk apa memandang status atau materi, jika aku menikah denganmu bukan hal yang rugi. Aku punya segalanya, tapi satu hanya cinta yang tak kupunya darimu.” Benar bukan? Cinta itu buta? Terbukti dari ucapan Lia. Namun anehnya, Dhafian belum bisa mencerna ucapan it

    Last Updated : 2022-07-30
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Seperti Sebuah Mahar yang Mengejutkan

    “Arsen bisa-bisanya kau berucap seperti itu. Anakku masih kecil, walaupun usianya memang sudah beranjak dewasa tapi pola pikirnya masih di posisi usia remaja. Kau mengertilah itu,” Dhafian mengelak. Ya, rasa tak yakin akan ucapan sahabatnya, membuat ia ragu dan menyimpulkan bahwa ujaran itu adalah sebuah candaan.“Aku tahu, aku mengerti dan cukup jelas aku membayangi. Tidak perlu takut mahar atau apa yang bisa kuberikan. Jangan anggap ucapanku sebuah angin. Aku ingin menikahi anakmu itu benar apa adanya!” Seketika Dhafian melongo, dan Arsen pergi masuk ke kamar dengan meninggalkan tanda tanya di benaknya.Berselang beberapa saat Arsen kembali, dan itu membuat Dhafian terus menelisik. Sahabatnya itu duduk kembali, lalu menyerah sebuah cincin dan beberapa perhiasan serta mata uang rupiah yang tak terhitung jumlahnya. Kala itu Dhafian lagi-lagi hanya bisa melongo, walaupun hatinya begitu terkejut.“Jangan mengira aku mencuri, ini uang tabunganku selama bekerja di Singapura dan cincin ser

    Last Updated : 2022-07-30
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kehadiran Arsen

    "Sayang ... ayah pulang ...." Mendengar suara seorang dari luar, gadis berwajah manis nan ayu itu beranjak dari kamarnya dengan riang. "Yeayy Ayah pulang!" Dengan tergesa-gesa gadis bernama Dinara Carsea Olivia itu membuka pintu untuk menyambut sang ayah yang baru saja pulang bekerja. "Ayah bawa pesananku--siapa dia, Yah?" Tiba-tiba suara gadis itu melirih tatkala matanya menatap seorang pria berwajah putih mulus dan tampan, sedang menenteng sebuah koper. "Nara, ini sahabat ayah namanya Om Arsen. Dia akan tinggal bersama kita mulai saat ini," ucap Dhafian Ganendra sang ayah Nara. Pria bernama Arsenio Barra itu mengulurkan tangannya. Namun, tangannya itu sama sekali tak disambut oleh Nara. Gadis itu justru membolakan matanya ke arah Arsen. Refleks Arsen pun menarik tangannya kembali. "Ayah hidup kita udah susah, sekarang Ayah malah mau menampung beban lagi. Coba pikirkan kehidupan kita yang harus membayar tagihan listrik, kontrakan, tunggakan kuliah, belum lagi buat kita makan

    Last Updated : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Hasrat Nyonya Majikan

    Sepulang dari kampus, kini Nara sedang menunggu jemputan. Namun, sudah cukup lama ia menanti, sementara Arsen belum juga menampakkan dirinya. 'Tidak tepat waktu. Dia tidak seperti ayah!" geramnya. Sekilas, ia mendapati seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor. Ya, itulah seseorang yang ia tunggu-tunggu. "Lama sekali!" kesalnya. "Maaf Nona manis, aku membeli ini dulu!" Arsen menunjukkan sebuah kantong plastik besar yang berisikan banyak sekali buah dan bahan-bahan dapur. "Astaga, Om menghabiskan uang ayah, ya? Ini banyak banget!" "Aku sama sekali tidak memakai uang ayahmu. Ini uang hasil kerjaku hari ini. Lumayan, untuk mencukupi kebutuhan kita selama beberapa Minggu," balas Arsen. Nara menilisik wajah Arsen, lalu kembali berkata, "Nara jadi meragukan, kalo Om itu bukan seorang pria serabutan!" "Buang perasaan anehmu tentangku. Cepat naiklah!" Dengan hati yang bertanya-tanya, Nara pun naik ke motor. Arsen dengan cepat menarik tangan Nara agar berpegangan di pinggan

    Last Updated : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kesederhanaan Hidup Nara

    Saat pagi-pagi buta, Nara telah terbangun. Ia pun memulai aktivitasnya seperti biasa: bergerak bangun, mencepol rambutnya, lalu berjalan menuju dapur. Nara mulai memasak untuk sarapan pagi. Setelah itu, ia mencuci dan menjemur baju. Kemudian, mencuci piring. Seusai dapur telah siap dengan makanan untuk sarapan, ia beralih membersihkan diri dan bersiap untuk mengawali hari dengan mengais ilmu. Selama hidup bertahun-tahun, ia seperti berperan seorang istri. Gadis yang cantik itu, sudah terbiasa hidup sederhana, bahkan sampai kekurangan. Namun, yang sangat ia sayangkan sampai saat ini ia belum sama sekali mengenal wajah ibunya. "Oke, siapkan baju ayah dan bangunkan mereka." Nara kembali bergerak setelah ia siap dengan mengenakan seragamnya. Kini gadis itu sedang menatap posisi tidur sang ayah bersama sahabatnya. "Huh, gara-gara om-om ini ayah tidurnya terlihat sangat sempit!" gumamnya. 'Bagaimana caranya aku menyingkirkan pria ini dari kontrakan? Kehidupan ayah seolah terbagi dua d

    Last Updated : 2022-07-12

Latest chapter

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Seperti Sebuah Mahar yang Mengejutkan

    “Arsen bisa-bisanya kau berucap seperti itu. Anakku masih kecil, walaupun usianya memang sudah beranjak dewasa tapi pola pikirnya masih di posisi usia remaja. Kau mengertilah itu,” Dhafian mengelak. Ya, rasa tak yakin akan ucapan sahabatnya, membuat ia ragu dan menyimpulkan bahwa ujaran itu adalah sebuah candaan.“Aku tahu, aku mengerti dan cukup jelas aku membayangi. Tidak perlu takut mahar atau apa yang bisa kuberikan. Jangan anggap ucapanku sebuah angin. Aku ingin menikahi anakmu itu benar apa adanya!” Seketika Dhafian melongo, dan Arsen pergi masuk ke kamar dengan meninggalkan tanda tanya di benaknya.Berselang beberapa saat Arsen kembali, dan itu membuat Dhafian terus menelisik. Sahabatnya itu duduk kembali, lalu menyerah sebuah cincin dan beberapa perhiasan serta mata uang rupiah yang tak terhitung jumlahnya. Kala itu Dhafian lagi-lagi hanya bisa melongo, walaupun hatinya begitu terkejut.“Jangan mengira aku mencuri, ini uang tabunganku selama bekerja di Singapura dan cincin ser

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Perasaan Cemburu

    Mendengar ucapan dari sang majikan itu terdengar seperti sebuah uang. Ya, bukankah akan ada takdir yang bagus jika ia menjadi pendamping hidup janda kaya ini? Namun, apakah ucapannya benar apa adanya? Dhafian masih meragukan jika ia meminta cerai sebab dirinya. “Dhaf aku ingin menjadi ibu untuk anakmu. Kita rawat Nara sama-sama ya, aku ingin menjadi sosok ibu,” ucap Lia. Lagi-lagi hanya membuat Dhafian termengu. Sampai pada akhirnya, Lia mencoba untuk membuyarkan lamunannya dengan mengusap wajah pria itu. “Dhaf ....” “Maaf Nyonya saya sadar akan posisi saya, coba pertimbangkan lagi. Maukah Anda menikah dengan duda miskin seperti saya ini?” sela Dhafian. “Dhaf apa kau tahu istilah cinta itu buta, tuli? Atau apapun itulah. Untuk apa memandang status atau materi, jika aku menikah denganmu bukan hal yang rugi. Aku punya segalanya, tapi satu hanya cinta yang tak kupunya darimu.” Benar bukan? Cinta itu buta? Terbukti dari ucapan Lia. Namun anehnya, Dhafian belum bisa mencerna ucapan it

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Ibu Pengganti Untuk Nara

    Arsen mengambil tindakan cerdik. Ia membopong tubuh Nara untuk masuk ke kamar mandi. Pria itu mengguyur seluruh badan Nara sampai gadis itu basah kuyup. Walau dirinya merasa sangat tergoda akan kemolekan tubuh gadis itu, tetapi ia masih mempunyai akal sehat. Pemikiran pria itu pun jernih, dan tak mudah terbawa hasrat dalam gairah kelaki-lakiannya. "Om dingin!" 'Bagus, rangsangan obat itu akan menghilang,' batinnya. Arsen memberikan handuk, lalu ia membopong kembali tubuh Nara yang menggigil. Nara masih hanya mengenakan dalamannya, dengan sisa bawahan celana ketat yang pendek. Dalam hati, ia berniat untuk menggantikan baju, tetapi ia berpikir ulang itu akan membahayakan dirinya. Ia pun memilih mengabaikan, walau merasa iba dengan putri sahabatnya itu karena kedinginan memakai dalaman yang basah. Tiba-tiba di luar terdengar suara deruman motor, ia yakin bahwa itu Dhafian yang baru saja pulang. Arsen keluar dari kamarnya, ia merasa lega karena pada saat aksi tadi Dhafian tidak se

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Niat Jahat Vero

    Nara berdecak jengah. "Bukan urusan Om!" Arsen tak tinggal diam. Pria itu justru diberi tugas oleh sang sahabat untuk mengawasi putrinya. Ya, bukan hanya sembarang memberikan izin, itu Dhafian lakukan demi putrinya terhibur dan tidak kecewa. Mengetahui ada Arsen yang bisa menjadi baby sitter untuk anaknya, Dhafian memanfaatkan kehadiran Arsen. Kini, Arsen sedang melihat seorang lelaki berkendara motor sport sedang memboncengi Nara. Dirinya merasa cemas karena pakaian gadis itu terlihat terbuka. Arsen mempunyai firasat yang tidak enak, ia sangat mengkhawatirkan Nara. Pria itu terus membuntuti mereka. Sementara itu, Nara merasa sangat senang. "Nar lo cantik banget!" teriak Vero di kala mereka berhenti karena tiba di lampu merah."Terima kasih Kak. Tapi, kita mau kemana?" "Pokoknya nanti lo bakal seneng-seneng!" "Oh oke deh!" Nara yang sudah terlanjur bahagia karena Vero, tidak memedulikan apa pun. *** Tempat di mana semua pengunjungnya seorang yang melebur rasa penat setela

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kesederhanaan Hidup Nara

    Saat pagi-pagi buta, Nara telah terbangun. Ia pun memulai aktivitasnya seperti biasa: bergerak bangun, mencepol rambutnya, lalu berjalan menuju dapur. Nara mulai memasak untuk sarapan pagi. Setelah itu, ia mencuci dan menjemur baju. Kemudian, mencuci piring. Seusai dapur telah siap dengan makanan untuk sarapan, ia beralih membersihkan diri dan bersiap untuk mengawali hari dengan mengais ilmu. Selama hidup bertahun-tahun, ia seperti berperan seorang istri. Gadis yang cantik itu, sudah terbiasa hidup sederhana, bahkan sampai kekurangan. Namun, yang sangat ia sayangkan sampai saat ini ia belum sama sekali mengenal wajah ibunya. "Oke, siapkan baju ayah dan bangunkan mereka." Nara kembali bergerak setelah ia siap dengan mengenakan seragamnya. Kini gadis itu sedang menatap posisi tidur sang ayah bersama sahabatnya. "Huh, gara-gara om-om ini ayah tidurnya terlihat sangat sempit!" gumamnya. 'Bagaimana caranya aku menyingkirkan pria ini dari kontrakan? Kehidupan ayah seolah terbagi dua d

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Hasrat Nyonya Majikan

    Sepulang dari kampus, kini Nara sedang menunggu jemputan. Namun, sudah cukup lama ia menanti, sementara Arsen belum juga menampakkan dirinya. 'Tidak tepat waktu. Dia tidak seperti ayah!" geramnya. Sekilas, ia mendapati seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor. Ya, itulah seseorang yang ia tunggu-tunggu. "Lama sekali!" kesalnya. "Maaf Nona manis, aku membeli ini dulu!" Arsen menunjukkan sebuah kantong plastik besar yang berisikan banyak sekali buah dan bahan-bahan dapur. "Astaga, Om menghabiskan uang ayah, ya? Ini banyak banget!" "Aku sama sekali tidak memakai uang ayahmu. Ini uang hasil kerjaku hari ini. Lumayan, untuk mencukupi kebutuhan kita selama beberapa Minggu," balas Arsen. Nara menilisik wajah Arsen, lalu kembali berkata, "Nara jadi meragukan, kalo Om itu bukan seorang pria serabutan!" "Buang perasaan anehmu tentangku. Cepat naiklah!" Dengan hati yang bertanya-tanya, Nara pun naik ke motor. Arsen dengan cepat menarik tangan Nara agar berpegangan di pinggan

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kehadiran Arsen

    "Sayang ... ayah pulang ...." Mendengar suara seorang dari luar, gadis berwajah manis nan ayu itu beranjak dari kamarnya dengan riang. "Yeayy Ayah pulang!" Dengan tergesa-gesa gadis bernama Dinara Carsea Olivia itu membuka pintu untuk menyambut sang ayah yang baru saja pulang bekerja. "Ayah bawa pesananku--siapa dia, Yah?" Tiba-tiba suara gadis itu melirih tatkala matanya menatap seorang pria berwajah putih mulus dan tampan, sedang menenteng sebuah koper. "Nara, ini sahabat ayah namanya Om Arsen. Dia akan tinggal bersama kita mulai saat ini," ucap Dhafian Ganendra sang ayah Nara. Pria bernama Arsenio Barra itu mengulurkan tangannya. Namun, tangannya itu sama sekali tak disambut oleh Nara. Gadis itu justru membolakan matanya ke arah Arsen. Refleks Arsen pun menarik tangannya kembali. "Ayah hidup kita udah susah, sekarang Ayah malah mau menampung beban lagi. Coba pikirkan kehidupan kita yang harus membayar tagihan listrik, kontrakan, tunggakan kuliah, belum lagi buat kita makan

DMCA.com Protection Status