Share

Suamiku, Sahabat Ayahku
Suamiku, Sahabat Ayahku
Author: Ayy Lmot

Kehadiran Arsen

Author: Ayy Lmot
last update Last Updated: 2022-07-12 15:12:33

"Sayang ... ayah pulang ...."

Mendengar suara seorang dari luar, gadis berwajah manis nan ayu itu beranjak dari kamarnya dengan riang.  

"Yeayy Ayah pulang!"

Dengan tergesa-gesa gadis bernama Dinara Carsea Olivia itu membuka pintu untuk menyambut sang ayah yang baru saja pulang bekerja.

"Ayah bawa pesananku--siapa dia, Yah?" Tiba-tiba suara gadis itu melirih tatkala matanya menatap seorang pria berwajah putih mulus dan tampan, sedang menenteng sebuah koper.

"Nara, ini sahabat ayah namanya Om Arsen. Dia akan tinggal bersama kita mulai saat ini," ucap Dhafian Ganendra sang ayah Nara.

Pria bernama Arsenio Barra itu mengulurkan tangannya. Namun, tangannya itu sama sekali tak disambut oleh Nara. Gadis itu justru membolakan matanya ke arah Arsen. Refleks Arsen pun menarik tangannya kembali.

"Ayah hidup kita udah susah, sekarang Ayah malah mau menampung beban lagi. Coba pikirkan kehidupan kita yang harus membayar tagihan listrik, kontrakan, tunggakan kuliah, belum lagi buat kita makan!" 

Gadis itu menyerocos tanpa jeda sampai Dhafian merasa malu dengan sahabatnya.

"Susssttt, cerewet sekali anakku!" Dhafian pun menutup mulut anaknya, lalu mendorong Nara untuk masuk kamar. Namun sebelum itu ia berkata kepada sahabatnya, "Arsen masuk saja ke kamarku yang di sebelah sana!"

Di dalam kamar.

Dhafian menggenggam tangan anaknya, lalu mengusap kepala Nara agar putrinya itu dibawa tenang.

"Nara, Om Arsen itu sebatang kara. Dia sudah tidak mempunyai keluarga. Dia baru saja terbang dari Singapura, dan datang ke sini untuk mengubah nasib.  Hanya ayah yang bisa menampungnya karena dia tidak mempunyai tempat tinggal," jelas Dhafian.

"Dari tampangnya aku tidak melihat dia seperti orang susah!" gerutu Nara.

"Dia memang tampan, dari SMA dulu pun memang dia pria tertampan seangkatan ayah."

"Tapi Ayah, kenapa tidak Ayah carikan kontrakan saja? Bahkan, pintu kontrakan lain masih banyak yang kosong. Biar dia tinggal sendiri agar tidak merepotkan kita!" resah Nara.

"Sayang ... dia hanya serabutan, jadi apa salahnya jika kita hidup bersama? Justru, menurut ayah, dia akan membantu kebutuhan kita. Karena dengan kehadirannya, pemasukan uangmu akan bertambah."

"Iyalah harus bertambah, bebannya juga semakin banyak!"

Jika bertanya di mana sosok ibu Nara? Ya, jawabannya Nara adalah seorang gadis yang sangat jauh dengan seorang ibu.

Dahulu, ayahnya adalah seorang pelajar nakal yang menggauli adik kelasnya bernama Unita Alula Alfiah. Ya, akhirnya Uni hamil di usianya yang ingin beranjak 18 tahun.

Dhafian adalah pria miskin. Dalam kondisi sulitnya ekonomi, ia didesak untuk menikahi Uni gadis yang dihamilinya. Sementara itu, Uni adalah seorang anak konglomerat. Awalnya, kedua orang tua Uni tidak menyetujui. Namun, karena tak mau nama keluarganya ternodai, akhirnya mereka merestui.

Namun, dengan syarat: setelah anak mereka lahir, Dhafian harus menceraikan Uni. Akhirnya mereka pun menikah, dan sesuai kesepakatan, mereka benar-benar berpisah setelah Nara lahir. Uni pun dibawa ke luar negeri oleh keluarganya dan meninggalkan anaknya bersama Dhafian.

Dhafian akhirnya putus sekolah karena harus bekerja keras demi membeli susu anaknya. Masih beruntung, kala itu masih ada orang tua yang selalu membantu. Namun, karena termakannya usia, ibu dan ayah Dhafian pun akhirnya tiada. Penderitaannya ditambah karena sang ayah dan ibu ternyata pergi dengan meninggalkan hutang.

Selama 20 tahun, Dhafian telah membesarkan Nara dengan penuh pengorbanan. Hingga akhirnya, sampai saat ini, anaknya sudah bertumbuh menjadi gadis yang baik dan cerdas.

***

Keesokan paginya.

Selepas mandi, Dhafian menegur anaknya, "Nara mulai saat ini siapkan makanan tiga porsi, ya! Tambahan satu porsi untuk teman ayah."

Tak mendapat sahutan, Dhafian hanya mendengar suara umpatan anaknya yang sedang menyiapkan sarapan.

"Nara ...." panggil Dhafian sekali lagi.

"Iya Ayah ... iya!" sahut Nara pada akhirnya.

"Bagus, ayah suka anak yang penurut!" 

"Tapi, Nara gak suka orang itu!" umpat Nara.

Setelah Dhafian pergi untuk mengganti pakaian, kini bergantian dengan Arsen yang ingin membersihkan dirinya. Tiba-tiba Nara menyahut, sesaat dirinya melihat seorang pria berjalan santai dengan membawa handuk.

"Mandinya jangan banyak-banyak ya, tagihan listrik mahal!" ketus Nara menegur walaupun nadanya terdengar lembut.

Arsen tak membalas perkataannya, ia hanya memberikan senyum termanis yang dia yakini akan membuat semua wanita terpikat melihat pesonanya. Namun, tidak dengan Nara, gadis itu justru merasa jengah.

Setelah mereka bersiap dengan masing-masing kegiatan yang akan dimulai, kini mereka pun mengawalinya dengan sarapan terlebih dahulu.

"Nara, mulai saat ini, kamu akan diantar-jemput oleh Om Arsen, ya. Kemarin, majikan ayah mengkreditkan ayah motor. Jadi, motor yang lama dipakai buat Om Arsen kerja sekalian antar-jemput kamu," ucap Dhafian di sela-sela suapannya.

"Ayah gak bisa gitu dong ... Nara gak mau, pokoknya Nara mau bawa motor sendiri kalo Ayah gak mau hantar!"

"Sayang ... mengertilah, Nak. Ayah sering telat karena mengantar kamu terlebih dahulu, sementara gerbang rumah majikan ayah harus dijaga setiap saat!"

Mendengar jawaban ayahnya, Nara membanting sendoknya dengan rasa kesal. Gadis itu pun menyudahi sarapannya dan kembali ke kamar.

Dhafian hanya bisa menarik napasnya dengan rasa sabar. "Arsen, maafkan atas kelakukuan anakku, ya."

"Tidak apa-apa Dhaf. Justru, aku yang meminta maaf karena kehadiranku membuat anakmu tidak nyaman," balas Arsen.

"Arsen, aku tidak pernah merasa keberatan dengan kehadiranmu. Perlahan, anakku juga akan luluh nanti."

"Terima kasih, kau sahabatku yang luar biasa baik!"

***

Di bawah teriknya pancaran sinar matahari, nampak wajah seorang gadis yang begitu teduh. Sangat bertolak belakang dengan cerahnya matahari pagi ini.

Kini, Nara sedang dibonceng oleh Arsen ke sebuah kampus. Gadis itu seperti mempunyai kehidupan baru. Ya, hidup baru dengan perubahan yang ada.

"Nanti jemput tunggu di sini aja, gak usah masuk gerbang!" ucap Nara setelah tiba di universitas ternama di kota mereka.

"Siap!" Arsen tetap memberikan senyumannya, sementara Nara sama sekali tidak menunjukkan wajah ramahnya.

"Tunggu!"

Di kala langkah sudah cukup jauh, tiba-tiba ia mendengar suara seruan Arsen. Ia berbalik, lagi-lagi memasang wajah angkuhnya.

"Kenapa?"

Apa yang ia dapat? Ya, ia melihat Arsen sedang mengulurkan tangannya. "Bukankah ayahmu selalu mengajarkan ini?" ucap pria itu.

Nara terpaksa harus melangkah mendekat kembali kepada Arsen, hanya untuk menyalimi tangannya. Saat itu, Arsen benar-benar tersenyum puas. 

'Jika tidak karena ayah, cih malas sekali aku menyalimi tangannya!' gerutunya.

***

Berbeda dengan Arsen yang menghadapi juteknya Nara, Dhafian justru sedang bersama dengan seorang wanita anggun yang juga majikannya. Perempuan itu bernama Lia. Kini, dia sedang tersenyum manis di hadapan Dhafian.

"Dhaf, nanti jika ada tamu yang datang, tolong katakan pertemuan denganku diundur esok ya. Aku mau pergi!" pesan wanita itu kepada Dhafian yang sedang menjaga gerbang rumahnya.

"Baik Nyonya!" balas Dhafian dengan semangat.

'Astaga Dhaf, senyuman kamu itu lho. Huh, bisa-bisanya aku terpesona dengan duda satu anak ini,' batin Lia.

"Oh ya, tumben datang lebih awal? Aku tidak pernah memaksamu untuk ketat dan sedisiplin, lho. Anakmu siapa yang menghantar?"

"Sekarang dia sudah mempunyai ojek sendiri Nyonya, dan karena saya sudah mempunyai motor, jadi kita tidak bergantian lagi."

"Syukurlah, jika motor itu sangat berguna." Senyum Lia mengembang mendengar ucapan Dhafian.

"Ya, terima kasih atas kebaikan Nyonya karena mau mengkreditkan saya motor."

"Dhaf, motor itu hadiah untukmu selama bekerja baik di sini. Jadi, jangan anggap aku mengkreditkannya ya. Gajimu juga tidak akan kupotong." 

"Tapi ini terlalu besar Nyonya!"

"Tidak apa-apa!" Lia benar-benar tidak mau dibantah.

"Terima kasih," kata Dhafian sambil tersenyum.

Melihat itu, Lia hanya dapat membatin kembali dalam hati, 'Aku hanya takut jika kau berhenti bekerja di rumahku, Dhaf. Mungkin, dengan adanya motor itu, kau bisa semangat.'

Related chapters

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Hasrat Nyonya Majikan

    Sepulang dari kampus, kini Nara sedang menunggu jemputan. Namun, sudah cukup lama ia menanti, sementara Arsen belum juga menampakkan dirinya. 'Tidak tepat waktu. Dia tidak seperti ayah!" geramnya. Sekilas, ia mendapati seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor. Ya, itulah seseorang yang ia tunggu-tunggu. "Lama sekali!" kesalnya. "Maaf Nona manis, aku membeli ini dulu!" Arsen menunjukkan sebuah kantong plastik besar yang berisikan banyak sekali buah dan bahan-bahan dapur. "Astaga, Om menghabiskan uang ayah, ya? Ini banyak banget!" "Aku sama sekali tidak memakai uang ayahmu. Ini uang hasil kerjaku hari ini. Lumayan, untuk mencukupi kebutuhan kita selama beberapa Minggu," balas Arsen. Nara menilisik wajah Arsen, lalu kembali berkata, "Nara jadi meragukan, kalo Om itu bukan seorang pria serabutan!" "Buang perasaan anehmu tentangku. Cepat naiklah!" Dengan hati yang bertanya-tanya, Nara pun naik ke motor. Arsen dengan cepat menarik tangan Nara agar berpegangan di pinggan

    Last Updated : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kesederhanaan Hidup Nara

    Saat pagi-pagi buta, Nara telah terbangun. Ia pun memulai aktivitasnya seperti biasa: bergerak bangun, mencepol rambutnya, lalu berjalan menuju dapur. Nara mulai memasak untuk sarapan pagi. Setelah itu, ia mencuci dan menjemur baju. Kemudian, mencuci piring. Seusai dapur telah siap dengan makanan untuk sarapan, ia beralih membersihkan diri dan bersiap untuk mengawali hari dengan mengais ilmu. Selama hidup bertahun-tahun, ia seperti berperan seorang istri. Gadis yang cantik itu, sudah terbiasa hidup sederhana, bahkan sampai kekurangan. Namun, yang sangat ia sayangkan sampai saat ini ia belum sama sekali mengenal wajah ibunya. "Oke, siapkan baju ayah dan bangunkan mereka." Nara kembali bergerak setelah ia siap dengan mengenakan seragamnya. Kini gadis itu sedang menatap posisi tidur sang ayah bersama sahabatnya. "Huh, gara-gara om-om ini ayah tidurnya terlihat sangat sempit!" gumamnya. 'Bagaimana caranya aku menyingkirkan pria ini dari kontrakan? Kehidupan ayah seolah terbagi dua d

    Last Updated : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Niat Jahat Vero

    Nara berdecak jengah. "Bukan urusan Om!" Arsen tak tinggal diam. Pria itu justru diberi tugas oleh sang sahabat untuk mengawasi putrinya. Ya, bukan hanya sembarang memberikan izin, itu Dhafian lakukan demi putrinya terhibur dan tidak kecewa. Mengetahui ada Arsen yang bisa menjadi baby sitter untuk anaknya, Dhafian memanfaatkan kehadiran Arsen. Kini, Arsen sedang melihat seorang lelaki berkendara motor sport sedang memboncengi Nara. Dirinya merasa cemas karena pakaian gadis itu terlihat terbuka. Arsen mempunyai firasat yang tidak enak, ia sangat mengkhawatirkan Nara. Pria itu terus membuntuti mereka. Sementara itu, Nara merasa sangat senang. "Nar lo cantik banget!" teriak Vero di kala mereka berhenti karena tiba di lampu merah."Terima kasih Kak. Tapi, kita mau kemana?" "Pokoknya nanti lo bakal seneng-seneng!" "Oh oke deh!" Nara yang sudah terlanjur bahagia karena Vero, tidak memedulikan apa pun. *** Tempat di mana semua pengunjungnya seorang yang melebur rasa penat setela

    Last Updated : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Ibu Pengganti Untuk Nara

    Arsen mengambil tindakan cerdik. Ia membopong tubuh Nara untuk masuk ke kamar mandi. Pria itu mengguyur seluruh badan Nara sampai gadis itu basah kuyup. Walau dirinya merasa sangat tergoda akan kemolekan tubuh gadis itu, tetapi ia masih mempunyai akal sehat. Pemikiran pria itu pun jernih, dan tak mudah terbawa hasrat dalam gairah kelaki-lakiannya. "Om dingin!" 'Bagus, rangsangan obat itu akan menghilang,' batinnya. Arsen memberikan handuk, lalu ia membopong kembali tubuh Nara yang menggigil. Nara masih hanya mengenakan dalamannya, dengan sisa bawahan celana ketat yang pendek. Dalam hati, ia berniat untuk menggantikan baju, tetapi ia berpikir ulang itu akan membahayakan dirinya. Ia pun memilih mengabaikan, walau merasa iba dengan putri sahabatnya itu karena kedinginan memakai dalaman yang basah. Tiba-tiba di luar terdengar suara deruman motor, ia yakin bahwa itu Dhafian yang baru saja pulang. Arsen keluar dari kamarnya, ia merasa lega karena pada saat aksi tadi Dhafian tidak se

    Last Updated : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Perasaan Cemburu

    Mendengar ucapan dari sang majikan itu terdengar seperti sebuah uang. Ya, bukankah akan ada takdir yang bagus jika ia menjadi pendamping hidup janda kaya ini? Namun, apakah ucapannya benar apa adanya? Dhafian masih meragukan jika ia meminta cerai sebab dirinya. “Dhaf aku ingin menjadi ibu untuk anakmu. Kita rawat Nara sama-sama ya, aku ingin menjadi sosok ibu,” ucap Lia. Lagi-lagi hanya membuat Dhafian termengu. Sampai pada akhirnya, Lia mencoba untuk membuyarkan lamunannya dengan mengusap wajah pria itu. “Dhaf ....” “Maaf Nyonya saya sadar akan posisi saya, coba pertimbangkan lagi. Maukah Anda menikah dengan duda miskin seperti saya ini?” sela Dhafian. “Dhaf apa kau tahu istilah cinta itu buta, tuli? Atau apapun itulah. Untuk apa memandang status atau materi, jika aku menikah denganmu bukan hal yang rugi. Aku punya segalanya, tapi satu hanya cinta yang tak kupunya darimu.” Benar bukan? Cinta itu buta? Terbukti dari ucapan Lia. Namun anehnya, Dhafian belum bisa mencerna ucapan it

    Last Updated : 2022-07-30
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Seperti Sebuah Mahar yang Mengejutkan

    “Arsen bisa-bisanya kau berucap seperti itu. Anakku masih kecil, walaupun usianya memang sudah beranjak dewasa tapi pola pikirnya masih di posisi usia remaja. Kau mengertilah itu,” Dhafian mengelak. Ya, rasa tak yakin akan ucapan sahabatnya, membuat ia ragu dan menyimpulkan bahwa ujaran itu adalah sebuah candaan.“Aku tahu, aku mengerti dan cukup jelas aku membayangi. Tidak perlu takut mahar atau apa yang bisa kuberikan. Jangan anggap ucapanku sebuah angin. Aku ingin menikahi anakmu itu benar apa adanya!” Seketika Dhafian melongo, dan Arsen pergi masuk ke kamar dengan meninggalkan tanda tanya di benaknya.Berselang beberapa saat Arsen kembali, dan itu membuat Dhafian terus menelisik. Sahabatnya itu duduk kembali, lalu menyerah sebuah cincin dan beberapa perhiasan serta mata uang rupiah yang tak terhitung jumlahnya. Kala itu Dhafian lagi-lagi hanya bisa melongo, walaupun hatinya begitu terkejut.“Jangan mengira aku mencuri, ini uang tabunganku selama bekerja di Singapura dan cincin ser

    Last Updated : 2022-07-30

Latest chapter

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Seperti Sebuah Mahar yang Mengejutkan

    “Arsen bisa-bisanya kau berucap seperti itu. Anakku masih kecil, walaupun usianya memang sudah beranjak dewasa tapi pola pikirnya masih di posisi usia remaja. Kau mengertilah itu,” Dhafian mengelak. Ya, rasa tak yakin akan ucapan sahabatnya, membuat ia ragu dan menyimpulkan bahwa ujaran itu adalah sebuah candaan.“Aku tahu, aku mengerti dan cukup jelas aku membayangi. Tidak perlu takut mahar atau apa yang bisa kuberikan. Jangan anggap ucapanku sebuah angin. Aku ingin menikahi anakmu itu benar apa adanya!” Seketika Dhafian melongo, dan Arsen pergi masuk ke kamar dengan meninggalkan tanda tanya di benaknya.Berselang beberapa saat Arsen kembali, dan itu membuat Dhafian terus menelisik. Sahabatnya itu duduk kembali, lalu menyerah sebuah cincin dan beberapa perhiasan serta mata uang rupiah yang tak terhitung jumlahnya. Kala itu Dhafian lagi-lagi hanya bisa melongo, walaupun hatinya begitu terkejut.“Jangan mengira aku mencuri, ini uang tabunganku selama bekerja di Singapura dan cincin ser

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Perasaan Cemburu

    Mendengar ucapan dari sang majikan itu terdengar seperti sebuah uang. Ya, bukankah akan ada takdir yang bagus jika ia menjadi pendamping hidup janda kaya ini? Namun, apakah ucapannya benar apa adanya? Dhafian masih meragukan jika ia meminta cerai sebab dirinya. “Dhaf aku ingin menjadi ibu untuk anakmu. Kita rawat Nara sama-sama ya, aku ingin menjadi sosok ibu,” ucap Lia. Lagi-lagi hanya membuat Dhafian termengu. Sampai pada akhirnya, Lia mencoba untuk membuyarkan lamunannya dengan mengusap wajah pria itu. “Dhaf ....” “Maaf Nyonya saya sadar akan posisi saya, coba pertimbangkan lagi. Maukah Anda menikah dengan duda miskin seperti saya ini?” sela Dhafian. “Dhaf apa kau tahu istilah cinta itu buta, tuli? Atau apapun itulah. Untuk apa memandang status atau materi, jika aku menikah denganmu bukan hal yang rugi. Aku punya segalanya, tapi satu hanya cinta yang tak kupunya darimu.” Benar bukan? Cinta itu buta? Terbukti dari ucapan Lia. Namun anehnya, Dhafian belum bisa mencerna ucapan it

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Ibu Pengganti Untuk Nara

    Arsen mengambil tindakan cerdik. Ia membopong tubuh Nara untuk masuk ke kamar mandi. Pria itu mengguyur seluruh badan Nara sampai gadis itu basah kuyup. Walau dirinya merasa sangat tergoda akan kemolekan tubuh gadis itu, tetapi ia masih mempunyai akal sehat. Pemikiran pria itu pun jernih, dan tak mudah terbawa hasrat dalam gairah kelaki-lakiannya. "Om dingin!" 'Bagus, rangsangan obat itu akan menghilang,' batinnya. Arsen memberikan handuk, lalu ia membopong kembali tubuh Nara yang menggigil. Nara masih hanya mengenakan dalamannya, dengan sisa bawahan celana ketat yang pendek. Dalam hati, ia berniat untuk menggantikan baju, tetapi ia berpikir ulang itu akan membahayakan dirinya. Ia pun memilih mengabaikan, walau merasa iba dengan putri sahabatnya itu karena kedinginan memakai dalaman yang basah. Tiba-tiba di luar terdengar suara deruman motor, ia yakin bahwa itu Dhafian yang baru saja pulang. Arsen keluar dari kamarnya, ia merasa lega karena pada saat aksi tadi Dhafian tidak se

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Niat Jahat Vero

    Nara berdecak jengah. "Bukan urusan Om!" Arsen tak tinggal diam. Pria itu justru diberi tugas oleh sang sahabat untuk mengawasi putrinya. Ya, bukan hanya sembarang memberikan izin, itu Dhafian lakukan demi putrinya terhibur dan tidak kecewa. Mengetahui ada Arsen yang bisa menjadi baby sitter untuk anaknya, Dhafian memanfaatkan kehadiran Arsen. Kini, Arsen sedang melihat seorang lelaki berkendara motor sport sedang memboncengi Nara. Dirinya merasa cemas karena pakaian gadis itu terlihat terbuka. Arsen mempunyai firasat yang tidak enak, ia sangat mengkhawatirkan Nara. Pria itu terus membuntuti mereka. Sementara itu, Nara merasa sangat senang. "Nar lo cantik banget!" teriak Vero di kala mereka berhenti karena tiba di lampu merah."Terima kasih Kak. Tapi, kita mau kemana?" "Pokoknya nanti lo bakal seneng-seneng!" "Oh oke deh!" Nara yang sudah terlanjur bahagia karena Vero, tidak memedulikan apa pun. *** Tempat di mana semua pengunjungnya seorang yang melebur rasa penat setela

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kesederhanaan Hidup Nara

    Saat pagi-pagi buta, Nara telah terbangun. Ia pun memulai aktivitasnya seperti biasa: bergerak bangun, mencepol rambutnya, lalu berjalan menuju dapur. Nara mulai memasak untuk sarapan pagi. Setelah itu, ia mencuci dan menjemur baju. Kemudian, mencuci piring. Seusai dapur telah siap dengan makanan untuk sarapan, ia beralih membersihkan diri dan bersiap untuk mengawali hari dengan mengais ilmu. Selama hidup bertahun-tahun, ia seperti berperan seorang istri. Gadis yang cantik itu, sudah terbiasa hidup sederhana, bahkan sampai kekurangan. Namun, yang sangat ia sayangkan sampai saat ini ia belum sama sekali mengenal wajah ibunya. "Oke, siapkan baju ayah dan bangunkan mereka." Nara kembali bergerak setelah ia siap dengan mengenakan seragamnya. Kini gadis itu sedang menatap posisi tidur sang ayah bersama sahabatnya. "Huh, gara-gara om-om ini ayah tidurnya terlihat sangat sempit!" gumamnya. 'Bagaimana caranya aku menyingkirkan pria ini dari kontrakan? Kehidupan ayah seolah terbagi dua d

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Hasrat Nyonya Majikan

    Sepulang dari kampus, kini Nara sedang menunggu jemputan. Namun, sudah cukup lama ia menanti, sementara Arsen belum juga menampakkan dirinya. 'Tidak tepat waktu. Dia tidak seperti ayah!" geramnya. Sekilas, ia mendapati seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor. Ya, itulah seseorang yang ia tunggu-tunggu. "Lama sekali!" kesalnya. "Maaf Nona manis, aku membeli ini dulu!" Arsen menunjukkan sebuah kantong plastik besar yang berisikan banyak sekali buah dan bahan-bahan dapur. "Astaga, Om menghabiskan uang ayah, ya? Ini banyak banget!" "Aku sama sekali tidak memakai uang ayahmu. Ini uang hasil kerjaku hari ini. Lumayan, untuk mencukupi kebutuhan kita selama beberapa Minggu," balas Arsen. Nara menilisik wajah Arsen, lalu kembali berkata, "Nara jadi meragukan, kalo Om itu bukan seorang pria serabutan!" "Buang perasaan anehmu tentangku. Cepat naiklah!" Dengan hati yang bertanya-tanya, Nara pun naik ke motor. Arsen dengan cepat menarik tangan Nara agar berpegangan di pinggan

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kehadiran Arsen

    "Sayang ... ayah pulang ...." Mendengar suara seorang dari luar, gadis berwajah manis nan ayu itu beranjak dari kamarnya dengan riang. "Yeayy Ayah pulang!" Dengan tergesa-gesa gadis bernama Dinara Carsea Olivia itu membuka pintu untuk menyambut sang ayah yang baru saja pulang bekerja. "Ayah bawa pesananku--siapa dia, Yah?" Tiba-tiba suara gadis itu melirih tatkala matanya menatap seorang pria berwajah putih mulus dan tampan, sedang menenteng sebuah koper. "Nara, ini sahabat ayah namanya Om Arsen. Dia akan tinggal bersama kita mulai saat ini," ucap Dhafian Ganendra sang ayah Nara. Pria bernama Arsenio Barra itu mengulurkan tangannya. Namun, tangannya itu sama sekali tak disambut oleh Nara. Gadis itu justru membolakan matanya ke arah Arsen. Refleks Arsen pun menarik tangannya kembali. "Ayah hidup kita udah susah, sekarang Ayah malah mau menampung beban lagi. Coba pikirkan kehidupan kita yang harus membayar tagihan listrik, kontrakan, tunggakan kuliah, belum lagi buat kita makan

DMCA.com Protection Status