Beranda / Romansa / Suamiku, Sahabat Ayahku / Hasrat Nyonya Majikan

Share

Hasrat Nyonya Majikan

Penulis: Ayy Lmot
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-12 15:13:13

Sepulang dari kampus, kini Nara sedang menunggu jemputan. Namun, sudah cukup lama ia menanti, sementara Arsen belum juga menampakkan dirinya.

'Tidak tepat waktu. Dia tidak seperti ayah!" geramnya. Sekilas, ia mendapati seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor. Ya, itulah seseorang yang ia tunggu-tunggu.

"Lama sekali!" kesalnya.

"Maaf Nona manis, aku membeli ini dulu!" Arsen menunjukkan sebuah kantong plastik besar yang berisikan banyak sekali buah dan bahan-bahan dapur.

"Astaga, Om menghabiskan uang ayah, ya? Ini banyak banget!" 

"Aku sama sekali tidak memakai uang ayahmu. Ini uang hasil kerjaku hari ini. Lumayan, untuk mencukupi kebutuhan kita selama beberapa Minggu," balas Arsen.

Nara menilisik wajah Arsen, lalu kembali berkata, "Nara jadi meragukan, kalo Om itu bukan seorang pria serabutan!" 

"Buang perasaan anehmu tentangku. Cepat naiklah!"

Dengan hati yang bertanya-tanya, Nara pun naik ke motor. Arsen dengan cepat menarik tangan Nara agar berpegangan di pinggangnya.

***

Waktu berlalu begitu cepat. Tidak terasa, malam telah tiba. Dhafian pun sudah bersiap untuk kembali ke rumahnya. Biasanya, jika pulang di jam seperti ini, dia selalu merasa cemas dengan keadaan putrinya. Mengingat kehadiran sahabatnya, ia menjadi tenang karena ia yakin sahabatnya itu bisa menggantikan posisinya sebagai ayah.

Saat sudah menaiki motor, tiba-tiba Lia sang majikan datang menghampiri.

"Dhaf, kau sudah mau pulang ya?" tanyanya.

"Ya, Nyonya. Ada apa? Butuh pertolongan 'kah?" bingung Dhafian.

"Ya, aku sangat butuh bantuanmu."

"Apa itu?"

"Bisa kau ikut aku ke kamar?"

Meskipun bingung, akhirnya Dhafian mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumah. Sembari berjalan, pria itu mengetik pesan di ponselnya.

[ Aku akan pulang lebih lambat. Tolong jaga anakku ya ]

Setelah mengirim pesan kepada Arsen, Dhafian pun mengikuti langkah kaki majikannya. Dirinya dibawa menuju kamar. Sepanjang jalan, pria itu terus bertanya, pertolongan apa yang dibutuhkan oleh majikannya itu?

Setelah tiba, ia sempat terkejut dengan aksi Lia yang mengunci pintu kamarnya rapat-rapat. 

Ia juga menyaksikan Lia duduk di atas ranjang dengan gerakan yang sensual. Dengan mempertahankan kewarasannya, Dhafian akhirnya bertanya pada Lia, "Nyonya sebenarnya kau membutuhkan bantuan apa?" 

Lia berjalan menghampiri Dhafian. Aksi yang mengejutkan selanjutnya, tiba-tiba Lia membuka bajunya di depan mata Dhafian.

"Aku butuh bantuanmu untuk memuaskan hasratku," ucapnya berbisik.

Dhafian menarik sebelah alisnya, kemudian pria itu bertanya kembali, "Kenapa harus aku?" 

"Dhaf, sadarilah. Selama perhatian penuhku terhadapmu itu, karena aku memiliki perasaan kepadamu. Dhaf, di mataku kau begitu menggoda, bahkan kau tidak pantas menjadi satpam!" 

"Tolong ingat status Nyonya!" Dhafian berusaha mengingatkan sang majikan untuk sadar atas tindakannya saat ini.

"Ya, aku tahu aku seorang perempuan bersuami. Namun, apa salahnya aku bermain-main? Suamiku di luar negeri sana saja seakan tak ingat aku. Apa bedanya statusku dengan seorang janda?"

Dhafian bergeming, ia melihat gerak-gerik Lia. Majikannya itu terlihat bagai wanita liar dan nakal. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa ia pun tergoda. 

Dhafian hanya sekali bercinta seumur hidup. Itu pun karena kenakalannya dengan mantan istrinya. Apa salah jika ia melampiaskan hasrat yang bertahun-tahun itu dengan seorang wanita bersuami?

Toh, ini bukan kemauannya, melainkan seseorang membutuhkan dirinya, kan?

Lia kembali bergerak. Ia berjinjit untuk menggapai bibir Dhafian, dan ya wanita itu mengecupnya dengan rakus. Dhafian tidak menolak. Tubuhnya respek merespon, tetapi hatinya terus menyangkal.

'Tidak, tidak seharusnya aku melakukan ini. Tetapi, aku tidak munafik jika aku juga butuh penyaluran,' batinnya.

"Simbiosis mutualisme. Sama-sama menguntungkan bukan? Jadilah partner seksku, maka aku akan taikkan gajimu 5 kali lipat dari gaji biasamu."

Dhafian tersenyum, lalu ia menggendong perempuan itu dan mulai mencumbunya dengan kasar. Seakan hasrat terpendamnya selama bertahun-tahun itu, ia akan lampiaskan dengan perempuan ini.

Setelah melucuti pakaian Lia, tiba-tiba Dhafian berhenti bercumbu. "Bagaimana jika kau hamil?"

"Tenang saja Dhaf, aku sering mengonsumsi pil kontrasepsi."

"Apa alasanmu sering mengonsumsinya?"

"Karena aku tidak ingin memiliki anak dari suamiku. Sudah cepatlah, aku tidak tahan, tubuh kekarmu sangat menggoda Dhaf!"

Tiba-tiba bayangan wajah anaknya terlintas di benak Dhafian, ini adalah suatu yang tidak wajar. Ia memiliki seorang anak perempuan, pantas kah perlakuan seorang ayah seperti ini? Ya, hati dan pikirannya begitu kalut.

Alhasil ...

"Maaf Nyonya, saya masih ingat kedudukan saya di sini. Saya seorang ayah dan saya memiliki anak perempuan. Sepertinya, perlakuan seperti ini tidak pantas jika diketahui oleh anak saya nanti."

"Tapi Dhaf!"

"Maaf, Nyonya. Tawaran Anda beresiko untuk saya." Dhafian menyelimuti tubuh polos majikannya itu, lalu ia kembali membenarkan pakaiannya. Setelah itu, ia pun pergi meninggalkannya.

Perubahan mendadak Dhafian benar-benar sangat membuat Lia kecewa. Namun, dia mengakui bahwa satpam rumahnya itu terlihat semakin keren.

***

Merasa kepulangan ayahnya begitu lama, Nara terus saja mondar-mandir tak karuan. Ia sangat mencemaskan ayahnya yang sampai tengah malam belum kunjung pulang.

Gadis itu memilih untuk keluar kamar, dan kala itu ia langsung disuguhi pemandangan seorang pria yang sedang tertidur pulas di atas bangku dengan tangan yang bersedekap di dada.

"Dia molornya gampang banget. Gak sakit apa tidur di bangku kayak gitu?" gumamnya.

Nara lebih memilih mengabaikan, dan ia beranjak keluar rumah. Seketika, udara malam yang begitu dingin menembus kulit. 

"Ayah kok gak biasanya pulang telat." Gadis itu berkata sambil memandang ke kejauhan.

"Kenapa di luar?"

Tiba-tiba suara seorang lelaki menggema. Itu Arsen yang baru saja bangun.

"Tidur saja sana!"

"Di luar dingin, kau bisa masuk angin dengan pakaian seperti itu!" tegur pria itu.

Nara menatap dirinya. Ya, ia hanya menggunakan tanktop dengan celana pendek.  

"Nara sedang menunggu ayah. Kenapa lama sekali pulangnya?" 

"Apa kau belum bisa tidur jika ayahmu belum pulang? Atau memang kau harus ditiduri dulu dengannya?" ucap Arsen ambigu, tetapi tidak disadari Nara. 

"Sembarangan. Nara bukan anak kecil lagi!"

"Hmm aku hanya menebak saja. Jika kau butuh bantuan itu, aku bisa melakukannya."

Seketika mata gadis itu langsung memicing tajam, sementara Arsen hanya mengangkat alisnya lalu mengedikkan bahunya dengan acuh. 

'Sepertinya aku harus berwaspada dengan sahabat ayah ini,' batinnya.

Tiba-tiba senyuman gadis itu terulas, ia melihat motor sang ayah sudah menepi di depan rumahnya.

"Ayah!"

"Kenapa Sayang? Kalian kok di luar?"

"Nunggu Ayah. Bisa tidak, jangan sering pulang telat seperti ini?!" omel Nara menatap kesal ayah tampannya itu.

Dhafian menghampiri anaknya, ia mengecup wajah anaknya dengan beribu kecupan. "Kan sudah ada Om Arsen Sayang, kau tidak perlu mencemaskan ayah."

"Tidak bisa, Nara belum bisa tidur kalau Ayah belum pulang!"

"Ya sudah masuklah ke kamar. Besok sekolah, nanti telat karena kau tidur terlalu malam!"

"Tunggu!" Tiba-tiba Nara mengendus-endus bau seragam satpam ayahnya. Ia mencium aroma sesuatu di badan Dhafian.

"Ayah pakai parfum perempuan? Ini bau parfum mahal!"

"Masa sih?" Dhafian ikut mengendus bau badannya. "Oh ya, tadi ayah habis menghantar majikan ayah ke toko parfum. Ya, toko parfum ... dan, ayah disuruh mencocokkan wanginya." Seketika wajah pria itu berubah pias.

"Ohh, Nara kira ayah habis pelukan dengan perempuan."

"Mengada saja. Sudahlah masuk sana, ayah mau mandi dulu!"

"Ya sudah. Makanan ada di meja, sudah Nara siapkan!"

"Iya Sayang ...." Setelahnya, Nara pun bergegas melanjutkan tidurnya kembali.

Sementara Arsen, terlihat terus tersenyum kepada sahabatnya.

"Kau kenapa?" tanya Dhafian.

"Ada lipstik di seragammu," ledeknya.

"Ah, ini bukan lipstik ...."

"Kau habis main kucing-kucingan yaaa?" Lagi-lagi Arsen menggoda, dan wajah sahabatnya itu tidak terlihat tenang. Mendadak wajah Dhafian berubah pias.

"Apa si? Tidak!"

Arsen tampak tersenyum meledek. "Dengan siapa? Majikanmu 'kah? Wahh, bagaimana jika anakmu tahu?"

"Susst diamlah, ini perihal pekerjaan."

"Ya, pekerjaan yang nikmat bukan?"

"Aku tidak melakukan apa-apa!"

"Hanya sedikit 'kan ....?" Arsen terus meledek sahabatnya itu, sampai Dhafian merasa salah tingkah sendiri.

Bab terkait

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kesederhanaan Hidup Nara

    Saat pagi-pagi buta, Nara telah terbangun. Ia pun memulai aktivitasnya seperti biasa: bergerak bangun, mencepol rambutnya, lalu berjalan menuju dapur. Nara mulai memasak untuk sarapan pagi. Setelah itu, ia mencuci dan menjemur baju. Kemudian, mencuci piring. Seusai dapur telah siap dengan makanan untuk sarapan, ia beralih membersihkan diri dan bersiap untuk mengawali hari dengan mengais ilmu. Selama hidup bertahun-tahun, ia seperti berperan seorang istri. Gadis yang cantik itu, sudah terbiasa hidup sederhana, bahkan sampai kekurangan. Namun, yang sangat ia sayangkan sampai saat ini ia belum sama sekali mengenal wajah ibunya. "Oke, siapkan baju ayah dan bangunkan mereka." Nara kembali bergerak setelah ia siap dengan mengenakan seragamnya. Kini gadis itu sedang menatap posisi tidur sang ayah bersama sahabatnya. "Huh, gara-gara om-om ini ayah tidurnya terlihat sangat sempit!" gumamnya. 'Bagaimana caranya aku menyingkirkan pria ini dari kontrakan? Kehidupan ayah seolah terbagi dua d

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Niat Jahat Vero

    Nara berdecak jengah. "Bukan urusan Om!" Arsen tak tinggal diam. Pria itu justru diberi tugas oleh sang sahabat untuk mengawasi putrinya. Ya, bukan hanya sembarang memberikan izin, itu Dhafian lakukan demi putrinya terhibur dan tidak kecewa. Mengetahui ada Arsen yang bisa menjadi baby sitter untuk anaknya, Dhafian memanfaatkan kehadiran Arsen. Kini, Arsen sedang melihat seorang lelaki berkendara motor sport sedang memboncengi Nara. Dirinya merasa cemas karena pakaian gadis itu terlihat terbuka. Arsen mempunyai firasat yang tidak enak, ia sangat mengkhawatirkan Nara. Pria itu terus membuntuti mereka. Sementara itu, Nara merasa sangat senang. "Nar lo cantik banget!" teriak Vero di kala mereka berhenti karena tiba di lampu merah."Terima kasih Kak. Tapi, kita mau kemana?" "Pokoknya nanti lo bakal seneng-seneng!" "Oh oke deh!" Nara yang sudah terlanjur bahagia karena Vero, tidak memedulikan apa pun. *** Tempat di mana semua pengunjungnya seorang yang melebur rasa penat setela

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Ibu Pengganti Untuk Nara

    Arsen mengambil tindakan cerdik. Ia membopong tubuh Nara untuk masuk ke kamar mandi. Pria itu mengguyur seluruh badan Nara sampai gadis itu basah kuyup. Walau dirinya merasa sangat tergoda akan kemolekan tubuh gadis itu, tetapi ia masih mempunyai akal sehat. Pemikiran pria itu pun jernih, dan tak mudah terbawa hasrat dalam gairah kelaki-lakiannya. "Om dingin!" 'Bagus, rangsangan obat itu akan menghilang,' batinnya. Arsen memberikan handuk, lalu ia membopong kembali tubuh Nara yang menggigil. Nara masih hanya mengenakan dalamannya, dengan sisa bawahan celana ketat yang pendek. Dalam hati, ia berniat untuk menggantikan baju, tetapi ia berpikir ulang itu akan membahayakan dirinya. Ia pun memilih mengabaikan, walau merasa iba dengan putri sahabatnya itu karena kedinginan memakai dalaman yang basah. Tiba-tiba di luar terdengar suara deruman motor, ia yakin bahwa itu Dhafian yang baru saja pulang. Arsen keluar dari kamarnya, ia merasa lega karena pada saat aksi tadi Dhafian tidak se

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Perasaan Cemburu

    Mendengar ucapan dari sang majikan itu terdengar seperti sebuah uang. Ya, bukankah akan ada takdir yang bagus jika ia menjadi pendamping hidup janda kaya ini? Namun, apakah ucapannya benar apa adanya? Dhafian masih meragukan jika ia meminta cerai sebab dirinya. “Dhaf aku ingin menjadi ibu untuk anakmu. Kita rawat Nara sama-sama ya, aku ingin menjadi sosok ibu,” ucap Lia. Lagi-lagi hanya membuat Dhafian termengu. Sampai pada akhirnya, Lia mencoba untuk membuyarkan lamunannya dengan mengusap wajah pria itu. “Dhaf ....” “Maaf Nyonya saya sadar akan posisi saya, coba pertimbangkan lagi. Maukah Anda menikah dengan duda miskin seperti saya ini?” sela Dhafian. “Dhaf apa kau tahu istilah cinta itu buta, tuli? Atau apapun itulah. Untuk apa memandang status atau materi, jika aku menikah denganmu bukan hal yang rugi. Aku punya segalanya, tapi satu hanya cinta yang tak kupunya darimu.” Benar bukan? Cinta itu buta? Terbukti dari ucapan Lia. Namun anehnya, Dhafian belum bisa mencerna ucapan it

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-30
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Seperti Sebuah Mahar yang Mengejutkan

    “Arsen bisa-bisanya kau berucap seperti itu. Anakku masih kecil, walaupun usianya memang sudah beranjak dewasa tapi pola pikirnya masih di posisi usia remaja. Kau mengertilah itu,” Dhafian mengelak. Ya, rasa tak yakin akan ucapan sahabatnya, membuat ia ragu dan menyimpulkan bahwa ujaran itu adalah sebuah candaan.“Aku tahu, aku mengerti dan cukup jelas aku membayangi. Tidak perlu takut mahar atau apa yang bisa kuberikan. Jangan anggap ucapanku sebuah angin. Aku ingin menikahi anakmu itu benar apa adanya!” Seketika Dhafian melongo, dan Arsen pergi masuk ke kamar dengan meninggalkan tanda tanya di benaknya.Berselang beberapa saat Arsen kembali, dan itu membuat Dhafian terus menelisik. Sahabatnya itu duduk kembali, lalu menyerah sebuah cincin dan beberapa perhiasan serta mata uang rupiah yang tak terhitung jumlahnya. Kala itu Dhafian lagi-lagi hanya bisa melongo, walaupun hatinya begitu terkejut.“Jangan mengira aku mencuri, ini uang tabunganku selama bekerja di Singapura dan cincin ser

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-30
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kehadiran Arsen

    "Sayang ... ayah pulang ...." Mendengar suara seorang dari luar, gadis berwajah manis nan ayu itu beranjak dari kamarnya dengan riang. "Yeayy Ayah pulang!" Dengan tergesa-gesa gadis bernama Dinara Carsea Olivia itu membuka pintu untuk menyambut sang ayah yang baru saja pulang bekerja. "Ayah bawa pesananku--siapa dia, Yah?" Tiba-tiba suara gadis itu melirih tatkala matanya menatap seorang pria berwajah putih mulus dan tampan, sedang menenteng sebuah koper. "Nara, ini sahabat ayah namanya Om Arsen. Dia akan tinggal bersama kita mulai saat ini," ucap Dhafian Ganendra sang ayah Nara. Pria bernama Arsenio Barra itu mengulurkan tangannya. Namun, tangannya itu sama sekali tak disambut oleh Nara. Gadis itu justru membolakan matanya ke arah Arsen. Refleks Arsen pun menarik tangannya kembali. "Ayah hidup kita udah susah, sekarang Ayah malah mau menampung beban lagi. Coba pikirkan kehidupan kita yang harus membayar tagihan listrik, kontrakan, tunggakan kuliah, belum lagi buat kita makan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12

Bab terbaru

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Seperti Sebuah Mahar yang Mengejutkan

    “Arsen bisa-bisanya kau berucap seperti itu. Anakku masih kecil, walaupun usianya memang sudah beranjak dewasa tapi pola pikirnya masih di posisi usia remaja. Kau mengertilah itu,” Dhafian mengelak. Ya, rasa tak yakin akan ucapan sahabatnya, membuat ia ragu dan menyimpulkan bahwa ujaran itu adalah sebuah candaan.“Aku tahu, aku mengerti dan cukup jelas aku membayangi. Tidak perlu takut mahar atau apa yang bisa kuberikan. Jangan anggap ucapanku sebuah angin. Aku ingin menikahi anakmu itu benar apa adanya!” Seketika Dhafian melongo, dan Arsen pergi masuk ke kamar dengan meninggalkan tanda tanya di benaknya.Berselang beberapa saat Arsen kembali, dan itu membuat Dhafian terus menelisik. Sahabatnya itu duduk kembali, lalu menyerah sebuah cincin dan beberapa perhiasan serta mata uang rupiah yang tak terhitung jumlahnya. Kala itu Dhafian lagi-lagi hanya bisa melongo, walaupun hatinya begitu terkejut.“Jangan mengira aku mencuri, ini uang tabunganku selama bekerja di Singapura dan cincin ser

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Perasaan Cemburu

    Mendengar ucapan dari sang majikan itu terdengar seperti sebuah uang. Ya, bukankah akan ada takdir yang bagus jika ia menjadi pendamping hidup janda kaya ini? Namun, apakah ucapannya benar apa adanya? Dhafian masih meragukan jika ia meminta cerai sebab dirinya. “Dhaf aku ingin menjadi ibu untuk anakmu. Kita rawat Nara sama-sama ya, aku ingin menjadi sosok ibu,” ucap Lia. Lagi-lagi hanya membuat Dhafian termengu. Sampai pada akhirnya, Lia mencoba untuk membuyarkan lamunannya dengan mengusap wajah pria itu. “Dhaf ....” “Maaf Nyonya saya sadar akan posisi saya, coba pertimbangkan lagi. Maukah Anda menikah dengan duda miskin seperti saya ini?” sela Dhafian. “Dhaf apa kau tahu istilah cinta itu buta, tuli? Atau apapun itulah. Untuk apa memandang status atau materi, jika aku menikah denganmu bukan hal yang rugi. Aku punya segalanya, tapi satu hanya cinta yang tak kupunya darimu.” Benar bukan? Cinta itu buta? Terbukti dari ucapan Lia. Namun anehnya, Dhafian belum bisa mencerna ucapan it

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Ibu Pengganti Untuk Nara

    Arsen mengambil tindakan cerdik. Ia membopong tubuh Nara untuk masuk ke kamar mandi. Pria itu mengguyur seluruh badan Nara sampai gadis itu basah kuyup. Walau dirinya merasa sangat tergoda akan kemolekan tubuh gadis itu, tetapi ia masih mempunyai akal sehat. Pemikiran pria itu pun jernih, dan tak mudah terbawa hasrat dalam gairah kelaki-lakiannya. "Om dingin!" 'Bagus, rangsangan obat itu akan menghilang,' batinnya. Arsen memberikan handuk, lalu ia membopong kembali tubuh Nara yang menggigil. Nara masih hanya mengenakan dalamannya, dengan sisa bawahan celana ketat yang pendek. Dalam hati, ia berniat untuk menggantikan baju, tetapi ia berpikir ulang itu akan membahayakan dirinya. Ia pun memilih mengabaikan, walau merasa iba dengan putri sahabatnya itu karena kedinginan memakai dalaman yang basah. Tiba-tiba di luar terdengar suara deruman motor, ia yakin bahwa itu Dhafian yang baru saja pulang. Arsen keluar dari kamarnya, ia merasa lega karena pada saat aksi tadi Dhafian tidak se

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Niat Jahat Vero

    Nara berdecak jengah. "Bukan urusan Om!" Arsen tak tinggal diam. Pria itu justru diberi tugas oleh sang sahabat untuk mengawasi putrinya. Ya, bukan hanya sembarang memberikan izin, itu Dhafian lakukan demi putrinya terhibur dan tidak kecewa. Mengetahui ada Arsen yang bisa menjadi baby sitter untuk anaknya, Dhafian memanfaatkan kehadiran Arsen. Kini, Arsen sedang melihat seorang lelaki berkendara motor sport sedang memboncengi Nara. Dirinya merasa cemas karena pakaian gadis itu terlihat terbuka. Arsen mempunyai firasat yang tidak enak, ia sangat mengkhawatirkan Nara. Pria itu terus membuntuti mereka. Sementara itu, Nara merasa sangat senang. "Nar lo cantik banget!" teriak Vero di kala mereka berhenti karena tiba di lampu merah."Terima kasih Kak. Tapi, kita mau kemana?" "Pokoknya nanti lo bakal seneng-seneng!" "Oh oke deh!" Nara yang sudah terlanjur bahagia karena Vero, tidak memedulikan apa pun. *** Tempat di mana semua pengunjungnya seorang yang melebur rasa penat setela

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kesederhanaan Hidup Nara

    Saat pagi-pagi buta, Nara telah terbangun. Ia pun memulai aktivitasnya seperti biasa: bergerak bangun, mencepol rambutnya, lalu berjalan menuju dapur. Nara mulai memasak untuk sarapan pagi. Setelah itu, ia mencuci dan menjemur baju. Kemudian, mencuci piring. Seusai dapur telah siap dengan makanan untuk sarapan, ia beralih membersihkan diri dan bersiap untuk mengawali hari dengan mengais ilmu. Selama hidup bertahun-tahun, ia seperti berperan seorang istri. Gadis yang cantik itu, sudah terbiasa hidup sederhana, bahkan sampai kekurangan. Namun, yang sangat ia sayangkan sampai saat ini ia belum sama sekali mengenal wajah ibunya. "Oke, siapkan baju ayah dan bangunkan mereka." Nara kembali bergerak setelah ia siap dengan mengenakan seragamnya. Kini gadis itu sedang menatap posisi tidur sang ayah bersama sahabatnya. "Huh, gara-gara om-om ini ayah tidurnya terlihat sangat sempit!" gumamnya. 'Bagaimana caranya aku menyingkirkan pria ini dari kontrakan? Kehidupan ayah seolah terbagi dua d

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Hasrat Nyonya Majikan

    Sepulang dari kampus, kini Nara sedang menunggu jemputan. Namun, sudah cukup lama ia menanti, sementara Arsen belum juga menampakkan dirinya. 'Tidak tepat waktu. Dia tidak seperti ayah!" geramnya. Sekilas, ia mendapati seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor. Ya, itulah seseorang yang ia tunggu-tunggu. "Lama sekali!" kesalnya. "Maaf Nona manis, aku membeli ini dulu!" Arsen menunjukkan sebuah kantong plastik besar yang berisikan banyak sekali buah dan bahan-bahan dapur. "Astaga, Om menghabiskan uang ayah, ya? Ini banyak banget!" "Aku sama sekali tidak memakai uang ayahmu. Ini uang hasil kerjaku hari ini. Lumayan, untuk mencukupi kebutuhan kita selama beberapa Minggu," balas Arsen. Nara menilisik wajah Arsen, lalu kembali berkata, "Nara jadi meragukan, kalo Om itu bukan seorang pria serabutan!" "Buang perasaan anehmu tentangku. Cepat naiklah!" Dengan hati yang bertanya-tanya, Nara pun naik ke motor. Arsen dengan cepat menarik tangan Nara agar berpegangan di pinggan

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kehadiran Arsen

    "Sayang ... ayah pulang ...." Mendengar suara seorang dari luar, gadis berwajah manis nan ayu itu beranjak dari kamarnya dengan riang. "Yeayy Ayah pulang!" Dengan tergesa-gesa gadis bernama Dinara Carsea Olivia itu membuka pintu untuk menyambut sang ayah yang baru saja pulang bekerja. "Ayah bawa pesananku--siapa dia, Yah?" Tiba-tiba suara gadis itu melirih tatkala matanya menatap seorang pria berwajah putih mulus dan tampan, sedang menenteng sebuah koper. "Nara, ini sahabat ayah namanya Om Arsen. Dia akan tinggal bersama kita mulai saat ini," ucap Dhafian Ganendra sang ayah Nara. Pria bernama Arsenio Barra itu mengulurkan tangannya. Namun, tangannya itu sama sekali tak disambut oleh Nara. Gadis itu justru membolakan matanya ke arah Arsen. Refleks Arsen pun menarik tangannya kembali. "Ayah hidup kita udah susah, sekarang Ayah malah mau menampung beban lagi. Coba pikirkan kehidupan kita yang harus membayar tagihan listrik, kontrakan, tunggakan kuliah, belum lagi buat kita makan

DMCA.com Protection Status