Home / Romansa / Suamiku, Sahabat Ayahku / Ibu Pengganti Untuk Nara

Share

Ibu Pengganti Untuk Nara

Author: Ayy Lmot
last update Last Updated: 2022-07-12 15:17:00

Arsen mengambil tindakan cerdik. Ia membopong tubuh Nara untuk masuk ke kamar mandi. Pria itu mengguyur seluruh badan Nara sampai gadis itu basah kuyup. 

Walau dirinya merasa sangat tergoda akan kemolekan tubuh gadis itu, tetapi ia masih mempunyai akal sehat. Pemikiran pria itu pun jernih, dan tak mudah terbawa hasrat dalam gairah kelaki-lakiannya.

"Om dingin!"

'Bagus, rangsangan obat itu akan menghilang,' batinnya.

Arsen memberikan handuk, lalu ia membopong kembali tubuh Nara yang menggigil. Nara masih hanya mengenakan dalamannya, dengan sisa bawahan celana ketat yang pendek.

Dalam hati, ia berniat untuk menggantikan baju, tetapi ia berpikir ulang itu akan membahayakan dirinya. Ia pun memilih mengabaikan, walau merasa iba dengan putri sahabatnya itu karena kedinginan memakai dalaman yang basah.

Tiba-tiba di luar terdengar suara deruman motor, ia yakin bahwa itu Dhafian yang baru saja pulang.

Arsen keluar dari kamarnya, ia merasa lega karena pada saat aksi tadi Dhafian tidak sempat memergokinya. Mungkin jika ia pulang tepat di kala itu, kepercayaan duda itu bisa hilang terhadapnya.

"Bagaimana putriku?"

"Aman!" Arsen membulatkan jarinya membentuk huruf O, lalu ia tersenyum tenang. Padahal dibalik semua ini banyak kejadian yang tersembunyi.

"Syukurlah, aku ingin melihatnya sebentar!"

"Sepertinya biarkan saja Dhaf, anakmu baru saja aku jemput, dia sangat lelah lebih baik kau makan dan segera mandi!"

"Baiklah ... oh ya bagaimana dengan pekerjaanmu?"

Tiba-tiba wajah Arsen berubah pias, ia terlihat pucat jika ditanya prihal seperti ini. 

"Ah ya, aku sudah mendapatkannya. Jadi, kita bisa menggabungkan penghasilan untuk kebutuhan hidup bersama," balasnya.

"Syukurlah. Apa pekerjaanmu?"

"Masih tidak menentu. Karena aku masih menunggu panggilan dari PT, jadi aku sibukan diri di pasar menjadi kuli panggul. Lumayan, aku membantu mereka dengan upah yang cukup untuk kita sehari-hari," jelas Arsen.

"Yaa setidaknya, kau menutupi sambil menunggu gajiku. Thanks ya, kau sangat membantu!"

"Tidak seberapa dengan jasa dan kebaikanmu."

Persahabatan mereka merasa semakin kuat, terlebih mereka kini merasa mempunyai tanggungjawab. Ya, Nara adalah tanggung jawab mereka yang akan dipikul bersama.

***

Nara akhirnya membuka matanya. Manik indah itu menatap sebuah jarum pendek yang berada di loker, seketika ia terlonjak kaget. 

Gadis itu bangun dengan tergesa-gesa dan hampir keluar dengan kondisinya yang seperti semalam. Namun, ia tersadar.

Astaga!

Nara menatap dirinya, tiba-tiba memori ingatannya kembali terulang.

'Ya ampun, semalam? Gak mungkin, tapi aku ingat sama Om Arsen.'

Sebelum itu, ia mengingat siapa seseorang yang menciptakan kejadian itu bermula. Ya, Vero!

"Benar kata kak Andrea, Vero gak baik. Nyesel, dan sekarang cuma bisa nanggung malunya."

Nara ingin membersihkan dirinya, tetapi ia masih segan dan belum siap bertatapan dengan Arsen. Sebelum itu pun, ia lebih dulu mengecek keadaan di luar.

"Heyy Sayang, anak ayah baru bangun!" sapa sang ayah yang kala itu sedang menikmati kopinya. Nasib baik, ia tidak menemukan keberadaan Arsen di sana.

"Ayah Nara telat!"

"Ingat, ini hari apa?" 

Tiba-tiba otak Nara berputar. Astaga! Apa ini efek kebanyakan mabuk semalam? Ah ya jadwal mata kuliahnya hanya dari Senin sampai Jum'at, dan ia lupa jika hari ini adalah hari Sabtu.

"Astaga ... Nara lupa Ayah!"

"Ya sudah, mandi dulu sana habis itu sarapan. Ayah sudah buatkan nasi goreng untukmu!"

"Ayah tidak kerja?"

"Majikan Ayah sedang di luar kota, jadi dia perintahkan semua pekerja di rumahnya untuk libur beberapa hari."

"Ohhh ...."

Nara segera membersihkan diri, setelahnya ia berjalan menuju dapur untuk mengisi perutnya. Namun naas sekali, seseorang yang sangat ia hindari dari pertemuannya, kini justru dipertemukan alhasil mereka pun saling menatap.

Seketika Nara gugup, ia masih mengingat perbuatan bodohnya semalam.

Arsen selalu berekspresi datar, pria itu hidupnya selalu tenang seolah dunia berputar sangat lambat, bisa melupakan semua hal apapun dengan mudah.

Arsen yang mengetahui perasaan yang membalut hati Nara, ia segera menghabiskan sarapannya dengan cepat agar segera menjauh.

'Antara milih malu sama laper. Yaaa aku laper, milih makanlah. Lagipula ini kontrakan ayah yang bayar, walaupun perbuatanku itu mencoreng harga diri, tetapi yang namanya kondisi mabuk itu di bawah kesadaran,' batin Nara berceloteh.

Awalnya ada kecanggungan di antara mereka, tetapi gadis itu lebih memilih cuek. 

"Jauhi lelaki itu, dia tidak baik untukmu," pesan Arsen lalu pria itu pergi.

"Sok ngatur!" ketus Nara, tetapi tak sampai didengar oleh Arsen.

****

Nara melihat Arsen dan sang ayah sedang membersihkan motornya masing-masing. Tiba-tiba, ia melihat kedatangan seseorang yang tidak mereka tunggu-tunggu.

'Aduh, Kak Vika. Pasti dia mau nagih kontrakan,' batin Nara.

"E-eh ada si cantik!" sambut Dhafian menggoda. 

'Ayah kalo menggoda paling jago walaupun itu cuma basa-basi buat nunda bayar,' batin Nara.

Vika adalah gadis yang bisa disebut perawan tua, karena menginjak usianya yang seumuran dengan Dhafian yang sudah mempunyai anak, kini ia masih saja melajang. Dia anak dari seorang pemilik kontrakan ini, selain ibunya ia juga sering menggantikan untuk menagih semua penghuni kontrakan.

"Mas, kata ibu, sudah nunggak tiga bulan," ucapnya lembut. Sejujurnya, wanita itu sudah mempunyai rasa dengan Dhafian, tapi gadis itu hanya memendamnya saja.

"Iya aku tahu, tapi saat ini aku belum gajian. Lusa akan aku lunasi. Bagaimana jika kita jalan saja nanti?" Dhafian kembali menggoda.

"Motorku baru, mau tidak?" Dhafian memberikan senyum pesona yang memabukkan.

Arsen yang melihat sahabatnya itu merasa konyol. Ia merasa bahwa dirinya baru mengenal betul, karakter sahabatnya.

"Beli motor saja kuat, tapi bayar kontrakan kok gak bisa?" sindir Vika.

"Itu motor kredit!" balas Dhafian datar, tetapi tetap berusaha terlihat ramah.

"Ya sudah, kenapa tidak digadaikan saja untuk membayar?" 

Arsen dan Nara diam-diam menahan tawanya, sedangkan Dhafian merasa hilang akal untuk mengelabuhi Vika.

"Baiklah beri aku waktu beberapa Minggu lagi. Bilang kepada ibumu, aku akan segera melunasi!"  

"Janji ya Mas!"

"Hmm."

"Ya sudah, Vika pamit. Nanti jangan lupa ya, ajak Vika jalan-jalan pakai motor baru!" Gadis itupun pergi.

"Iya, kita keliling komplek ya untuk makan angin, sampai kau kembung!" sahut Dhafian berteriak. 

"Sama saja seperti ibunya!" sambungnya menggerutu.

"Maafkan aku karena belum bisa membantumu," ucap Arsen.

"Tak apalah kawan, santai saja. Nikmati saja hidup, walaupun sedikit pahit!" hibur Dhafian.

***

Hari Sabtu ini dilewati dengan cukup baik. Kini, Arsen dan Dhafian sedang menonton televisi. Namun, tiba-tiba Dhafian beranjak dari duduknya.

"Arsen aku ada urusan di luar sebentar, aku titip anakku. Jangan izinkan dia untuk keluar!" 

"Kau jadi jalan dengan anak pemilik kontrakan tadi?" goda Arsen.

Dhafian mendatarkan ekspresinya. "Tidak. Itu hanya membuang waktu!"

Arsen terkekeh. "Kau memang seperti dulu, selalu bisa menggoda dan pandai mengelabui wanita!"

"Mau belajar denganku?" Dhafian menaikkan turunkan alisnya.

"Tidak terima kasih!"

"Ah yasudahlah aku berangkat sekarang!

***

Setelah diberitahu bahwa Lia sudah pulang dan sangat membutuhkannya, Dhafian segera bergegas untuk mengunjungi rumah majikannya

"Dhaf, apakah malam ini kau bisa temani aku?" tanya sang majikan.

"Tentu saja, mau kemana Nyonya? Tapi, bukankah suami Anda sudah pulang?" bingung Dhafian.

"Panggil aku Lia, tidak masalah di jika hanya kita berdua!" 

"Baiklah." Akhirnya, Dhafian menurut.

"Suamiku sudah menceraikanku, aku yang memintanya. Itu semua demi dirimu, Dhaf. Sekarang, sudah tidak ada hal yang menghalangi lagi. Kau mau 'kan menggantikannya jadi suamiku? Mungkin, dengan begitu aku juga bisa menjadi ibu pengganti untuk anakmu."

Mendengar itu, Dhafian terkejut setengah mati. Jadi suami majikannya? Bagaimana ini?

Related chapters

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Perasaan Cemburu

    Mendengar ucapan dari sang majikan itu terdengar seperti sebuah uang. Ya, bukankah akan ada takdir yang bagus jika ia menjadi pendamping hidup janda kaya ini? Namun, apakah ucapannya benar apa adanya? Dhafian masih meragukan jika ia meminta cerai sebab dirinya. “Dhaf aku ingin menjadi ibu untuk anakmu. Kita rawat Nara sama-sama ya, aku ingin menjadi sosok ibu,” ucap Lia. Lagi-lagi hanya membuat Dhafian termengu. Sampai pada akhirnya, Lia mencoba untuk membuyarkan lamunannya dengan mengusap wajah pria itu. “Dhaf ....” “Maaf Nyonya saya sadar akan posisi saya, coba pertimbangkan lagi. Maukah Anda menikah dengan duda miskin seperti saya ini?” sela Dhafian. “Dhaf apa kau tahu istilah cinta itu buta, tuli? Atau apapun itulah. Untuk apa memandang status atau materi, jika aku menikah denganmu bukan hal yang rugi. Aku punya segalanya, tapi satu hanya cinta yang tak kupunya darimu.” Benar bukan? Cinta itu buta? Terbukti dari ucapan Lia. Namun anehnya, Dhafian belum bisa mencerna ucapan it

    Last Updated : 2022-07-30
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Seperti Sebuah Mahar yang Mengejutkan

    “Arsen bisa-bisanya kau berucap seperti itu. Anakku masih kecil, walaupun usianya memang sudah beranjak dewasa tapi pola pikirnya masih di posisi usia remaja. Kau mengertilah itu,” Dhafian mengelak. Ya, rasa tak yakin akan ucapan sahabatnya, membuat ia ragu dan menyimpulkan bahwa ujaran itu adalah sebuah candaan.“Aku tahu, aku mengerti dan cukup jelas aku membayangi. Tidak perlu takut mahar atau apa yang bisa kuberikan. Jangan anggap ucapanku sebuah angin. Aku ingin menikahi anakmu itu benar apa adanya!” Seketika Dhafian melongo, dan Arsen pergi masuk ke kamar dengan meninggalkan tanda tanya di benaknya.Berselang beberapa saat Arsen kembali, dan itu membuat Dhafian terus menelisik. Sahabatnya itu duduk kembali, lalu menyerah sebuah cincin dan beberapa perhiasan serta mata uang rupiah yang tak terhitung jumlahnya. Kala itu Dhafian lagi-lagi hanya bisa melongo, walaupun hatinya begitu terkejut.“Jangan mengira aku mencuri, ini uang tabunganku selama bekerja di Singapura dan cincin ser

    Last Updated : 2022-07-30
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kehadiran Arsen

    "Sayang ... ayah pulang ...." Mendengar suara seorang dari luar, gadis berwajah manis nan ayu itu beranjak dari kamarnya dengan riang. "Yeayy Ayah pulang!" Dengan tergesa-gesa gadis bernama Dinara Carsea Olivia itu membuka pintu untuk menyambut sang ayah yang baru saja pulang bekerja. "Ayah bawa pesananku--siapa dia, Yah?" Tiba-tiba suara gadis itu melirih tatkala matanya menatap seorang pria berwajah putih mulus dan tampan, sedang menenteng sebuah koper. "Nara, ini sahabat ayah namanya Om Arsen. Dia akan tinggal bersama kita mulai saat ini," ucap Dhafian Ganendra sang ayah Nara. Pria bernama Arsenio Barra itu mengulurkan tangannya. Namun, tangannya itu sama sekali tak disambut oleh Nara. Gadis itu justru membolakan matanya ke arah Arsen. Refleks Arsen pun menarik tangannya kembali. "Ayah hidup kita udah susah, sekarang Ayah malah mau menampung beban lagi. Coba pikirkan kehidupan kita yang harus membayar tagihan listrik, kontrakan, tunggakan kuliah, belum lagi buat kita makan

    Last Updated : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Hasrat Nyonya Majikan

    Sepulang dari kampus, kini Nara sedang menunggu jemputan. Namun, sudah cukup lama ia menanti, sementara Arsen belum juga menampakkan dirinya. 'Tidak tepat waktu. Dia tidak seperti ayah!" geramnya. Sekilas, ia mendapati seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor. Ya, itulah seseorang yang ia tunggu-tunggu. "Lama sekali!" kesalnya. "Maaf Nona manis, aku membeli ini dulu!" Arsen menunjukkan sebuah kantong plastik besar yang berisikan banyak sekali buah dan bahan-bahan dapur. "Astaga, Om menghabiskan uang ayah, ya? Ini banyak banget!" "Aku sama sekali tidak memakai uang ayahmu. Ini uang hasil kerjaku hari ini. Lumayan, untuk mencukupi kebutuhan kita selama beberapa Minggu," balas Arsen. Nara menilisik wajah Arsen, lalu kembali berkata, "Nara jadi meragukan, kalo Om itu bukan seorang pria serabutan!" "Buang perasaan anehmu tentangku. Cepat naiklah!" Dengan hati yang bertanya-tanya, Nara pun naik ke motor. Arsen dengan cepat menarik tangan Nara agar berpegangan di pinggan

    Last Updated : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kesederhanaan Hidup Nara

    Saat pagi-pagi buta, Nara telah terbangun. Ia pun memulai aktivitasnya seperti biasa: bergerak bangun, mencepol rambutnya, lalu berjalan menuju dapur. Nara mulai memasak untuk sarapan pagi. Setelah itu, ia mencuci dan menjemur baju. Kemudian, mencuci piring. Seusai dapur telah siap dengan makanan untuk sarapan, ia beralih membersihkan diri dan bersiap untuk mengawali hari dengan mengais ilmu. Selama hidup bertahun-tahun, ia seperti berperan seorang istri. Gadis yang cantik itu, sudah terbiasa hidup sederhana, bahkan sampai kekurangan. Namun, yang sangat ia sayangkan sampai saat ini ia belum sama sekali mengenal wajah ibunya. "Oke, siapkan baju ayah dan bangunkan mereka." Nara kembali bergerak setelah ia siap dengan mengenakan seragamnya. Kini gadis itu sedang menatap posisi tidur sang ayah bersama sahabatnya. "Huh, gara-gara om-om ini ayah tidurnya terlihat sangat sempit!" gumamnya. 'Bagaimana caranya aku menyingkirkan pria ini dari kontrakan? Kehidupan ayah seolah terbagi dua d

    Last Updated : 2022-07-12
  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Niat Jahat Vero

    Nara berdecak jengah. "Bukan urusan Om!" Arsen tak tinggal diam. Pria itu justru diberi tugas oleh sang sahabat untuk mengawasi putrinya. Ya, bukan hanya sembarang memberikan izin, itu Dhafian lakukan demi putrinya terhibur dan tidak kecewa. Mengetahui ada Arsen yang bisa menjadi baby sitter untuk anaknya, Dhafian memanfaatkan kehadiran Arsen. Kini, Arsen sedang melihat seorang lelaki berkendara motor sport sedang memboncengi Nara. Dirinya merasa cemas karena pakaian gadis itu terlihat terbuka. Arsen mempunyai firasat yang tidak enak, ia sangat mengkhawatirkan Nara. Pria itu terus membuntuti mereka. Sementara itu, Nara merasa sangat senang. "Nar lo cantik banget!" teriak Vero di kala mereka berhenti karena tiba di lampu merah."Terima kasih Kak. Tapi, kita mau kemana?" "Pokoknya nanti lo bakal seneng-seneng!" "Oh oke deh!" Nara yang sudah terlanjur bahagia karena Vero, tidak memedulikan apa pun. *** Tempat di mana semua pengunjungnya seorang yang melebur rasa penat setela

    Last Updated : 2022-07-12

Latest chapter

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Seperti Sebuah Mahar yang Mengejutkan

    “Arsen bisa-bisanya kau berucap seperti itu. Anakku masih kecil, walaupun usianya memang sudah beranjak dewasa tapi pola pikirnya masih di posisi usia remaja. Kau mengertilah itu,” Dhafian mengelak. Ya, rasa tak yakin akan ucapan sahabatnya, membuat ia ragu dan menyimpulkan bahwa ujaran itu adalah sebuah candaan.“Aku tahu, aku mengerti dan cukup jelas aku membayangi. Tidak perlu takut mahar atau apa yang bisa kuberikan. Jangan anggap ucapanku sebuah angin. Aku ingin menikahi anakmu itu benar apa adanya!” Seketika Dhafian melongo, dan Arsen pergi masuk ke kamar dengan meninggalkan tanda tanya di benaknya.Berselang beberapa saat Arsen kembali, dan itu membuat Dhafian terus menelisik. Sahabatnya itu duduk kembali, lalu menyerah sebuah cincin dan beberapa perhiasan serta mata uang rupiah yang tak terhitung jumlahnya. Kala itu Dhafian lagi-lagi hanya bisa melongo, walaupun hatinya begitu terkejut.“Jangan mengira aku mencuri, ini uang tabunganku selama bekerja di Singapura dan cincin ser

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Perasaan Cemburu

    Mendengar ucapan dari sang majikan itu terdengar seperti sebuah uang. Ya, bukankah akan ada takdir yang bagus jika ia menjadi pendamping hidup janda kaya ini? Namun, apakah ucapannya benar apa adanya? Dhafian masih meragukan jika ia meminta cerai sebab dirinya. “Dhaf aku ingin menjadi ibu untuk anakmu. Kita rawat Nara sama-sama ya, aku ingin menjadi sosok ibu,” ucap Lia. Lagi-lagi hanya membuat Dhafian termengu. Sampai pada akhirnya, Lia mencoba untuk membuyarkan lamunannya dengan mengusap wajah pria itu. “Dhaf ....” “Maaf Nyonya saya sadar akan posisi saya, coba pertimbangkan lagi. Maukah Anda menikah dengan duda miskin seperti saya ini?” sela Dhafian. “Dhaf apa kau tahu istilah cinta itu buta, tuli? Atau apapun itulah. Untuk apa memandang status atau materi, jika aku menikah denganmu bukan hal yang rugi. Aku punya segalanya, tapi satu hanya cinta yang tak kupunya darimu.” Benar bukan? Cinta itu buta? Terbukti dari ucapan Lia. Namun anehnya, Dhafian belum bisa mencerna ucapan it

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Ibu Pengganti Untuk Nara

    Arsen mengambil tindakan cerdik. Ia membopong tubuh Nara untuk masuk ke kamar mandi. Pria itu mengguyur seluruh badan Nara sampai gadis itu basah kuyup. Walau dirinya merasa sangat tergoda akan kemolekan tubuh gadis itu, tetapi ia masih mempunyai akal sehat. Pemikiran pria itu pun jernih, dan tak mudah terbawa hasrat dalam gairah kelaki-lakiannya. "Om dingin!" 'Bagus, rangsangan obat itu akan menghilang,' batinnya. Arsen memberikan handuk, lalu ia membopong kembali tubuh Nara yang menggigil. Nara masih hanya mengenakan dalamannya, dengan sisa bawahan celana ketat yang pendek. Dalam hati, ia berniat untuk menggantikan baju, tetapi ia berpikir ulang itu akan membahayakan dirinya. Ia pun memilih mengabaikan, walau merasa iba dengan putri sahabatnya itu karena kedinginan memakai dalaman yang basah. Tiba-tiba di luar terdengar suara deruman motor, ia yakin bahwa itu Dhafian yang baru saja pulang. Arsen keluar dari kamarnya, ia merasa lega karena pada saat aksi tadi Dhafian tidak se

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Niat Jahat Vero

    Nara berdecak jengah. "Bukan urusan Om!" Arsen tak tinggal diam. Pria itu justru diberi tugas oleh sang sahabat untuk mengawasi putrinya. Ya, bukan hanya sembarang memberikan izin, itu Dhafian lakukan demi putrinya terhibur dan tidak kecewa. Mengetahui ada Arsen yang bisa menjadi baby sitter untuk anaknya, Dhafian memanfaatkan kehadiran Arsen. Kini, Arsen sedang melihat seorang lelaki berkendara motor sport sedang memboncengi Nara. Dirinya merasa cemas karena pakaian gadis itu terlihat terbuka. Arsen mempunyai firasat yang tidak enak, ia sangat mengkhawatirkan Nara. Pria itu terus membuntuti mereka. Sementara itu, Nara merasa sangat senang. "Nar lo cantik banget!" teriak Vero di kala mereka berhenti karena tiba di lampu merah."Terima kasih Kak. Tapi, kita mau kemana?" "Pokoknya nanti lo bakal seneng-seneng!" "Oh oke deh!" Nara yang sudah terlanjur bahagia karena Vero, tidak memedulikan apa pun. *** Tempat di mana semua pengunjungnya seorang yang melebur rasa penat setela

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kesederhanaan Hidup Nara

    Saat pagi-pagi buta, Nara telah terbangun. Ia pun memulai aktivitasnya seperti biasa: bergerak bangun, mencepol rambutnya, lalu berjalan menuju dapur. Nara mulai memasak untuk sarapan pagi. Setelah itu, ia mencuci dan menjemur baju. Kemudian, mencuci piring. Seusai dapur telah siap dengan makanan untuk sarapan, ia beralih membersihkan diri dan bersiap untuk mengawali hari dengan mengais ilmu. Selama hidup bertahun-tahun, ia seperti berperan seorang istri. Gadis yang cantik itu, sudah terbiasa hidup sederhana, bahkan sampai kekurangan. Namun, yang sangat ia sayangkan sampai saat ini ia belum sama sekali mengenal wajah ibunya. "Oke, siapkan baju ayah dan bangunkan mereka." Nara kembali bergerak setelah ia siap dengan mengenakan seragamnya. Kini gadis itu sedang menatap posisi tidur sang ayah bersama sahabatnya. "Huh, gara-gara om-om ini ayah tidurnya terlihat sangat sempit!" gumamnya. 'Bagaimana caranya aku menyingkirkan pria ini dari kontrakan? Kehidupan ayah seolah terbagi dua d

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Hasrat Nyonya Majikan

    Sepulang dari kampus, kini Nara sedang menunggu jemputan. Namun, sudah cukup lama ia menanti, sementara Arsen belum juga menampakkan dirinya. 'Tidak tepat waktu. Dia tidak seperti ayah!" geramnya. Sekilas, ia mendapati seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor. Ya, itulah seseorang yang ia tunggu-tunggu. "Lama sekali!" kesalnya. "Maaf Nona manis, aku membeli ini dulu!" Arsen menunjukkan sebuah kantong plastik besar yang berisikan banyak sekali buah dan bahan-bahan dapur. "Astaga, Om menghabiskan uang ayah, ya? Ini banyak banget!" "Aku sama sekali tidak memakai uang ayahmu. Ini uang hasil kerjaku hari ini. Lumayan, untuk mencukupi kebutuhan kita selama beberapa Minggu," balas Arsen. Nara menilisik wajah Arsen, lalu kembali berkata, "Nara jadi meragukan, kalo Om itu bukan seorang pria serabutan!" "Buang perasaan anehmu tentangku. Cepat naiklah!" Dengan hati yang bertanya-tanya, Nara pun naik ke motor. Arsen dengan cepat menarik tangan Nara agar berpegangan di pinggan

  • Suamiku, Sahabat Ayahku   Kehadiran Arsen

    "Sayang ... ayah pulang ...." Mendengar suara seorang dari luar, gadis berwajah manis nan ayu itu beranjak dari kamarnya dengan riang. "Yeayy Ayah pulang!" Dengan tergesa-gesa gadis bernama Dinara Carsea Olivia itu membuka pintu untuk menyambut sang ayah yang baru saja pulang bekerja. "Ayah bawa pesananku--siapa dia, Yah?" Tiba-tiba suara gadis itu melirih tatkala matanya menatap seorang pria berwajah putih mulus dan tampan, sedang menenteng sebuah koper. "Nara, ini sahabat ayah namanya Om Arsen. Dia akan tinggal bersama kita mulai saat ini," ucap Dhafian Ganendra sang ayah Nara. Pria bernama Arsenio Barra itu mengulurkan tangannya. Namun, tangannya itu sama sekali tak disambut oleh Nara. Gadis itu justru membolakan matanya ke arah Arsen. Refleks Arsen pun menarik tangannya kembali. "Ayah hidup kita udah susah, sekarang Ayah malah mau menampung beban lagi. Coba pikirkan kehidupan kita yang harus membayar tagihan listrik, kontrakan, tunggakan kuliah, belum lagi buat kita makan

DMCA.com Protection Status