Arjuna lega setelah mengunjungi Selena dan Cheryl. Rasa bersalah akibat ucapannya yang nyeleneh siang tadi terus menghantui. Wajah Selena yang menahan tangis tak bisa lekang dari ingatannya. Bahkan Selena tidak berpamitan padanya sebelum pulang. Sebab itu dia memutuskan untuk meminta maaf secara langsung ke rumah. Ia tak peduli jika akan bertemu 'sepupu' Selena.
Hatinya semakin gembira ketika mendapati Cheryl yang masih terjaga. Merasa beruntung bisa memiliki waktu berdua dengan little angel itu walau hanya sebentar. Tubuh mungil dengan wangi khas bayi itu, minyak telon atau bedak bayi, tertidur pulas di dadanya. Mungkin degungan suara di dadanya membuat Cheryl nyaman hingga tertidur.
'Semoga kamu suka camilannya, Cheryl' batin Arjuna.
Senyum tak pernah lekang dari wajahnya sepanjang perjalanan kembali ke restoran. Mengingat bagaimana ekspresi kaget Selena menyambut kedatangannya. Semoga Selena melihat permintaan maafnya yang tulus.
"Pak, tadi ada yang nu
Desahan Karina membuat Arjuna semakin menggila, tapi ia masih cukup sadar bahwa istrinya kelelahan. Memijat lembut dada Karina dan mengecup setiap inci punggung itu. Ia bisa merasakan nafas Karina yang semakin teratur dan mata lelahnya terpejam.'Tidur nyenyak, sayang'Membawa Karina lebih dalam ke pelukannya. Membiarkan dia kedua pahanya menempel di bokong istrinya. Ia sendiri lelah dan ingin istirahat, berusaha cooling down dengan menghirup rambut panjang Karina. Aroma shampoo dan keringat memberi sensasi tersendiri di hidungnya.Terbuai dalam pelukan Arjuna, tertidur pulas hingga waktu merangkak ke dini hari. Terbangun karena udara dingin di lengannya, Karina membuka kelopak matanya dengan malas. Menarik selimut hingga ke pundaknya.Tersadar dengan tubuh telanjangnya dan lengan Roy yang melingkar di dadanya. Ia mencoba mengingat kejadian sebelum tidur lelap.'Mas, aku sungguh mengangumi kesabaran dan pengertianmu' batin Karina. Mengecup ringan l
"I-iya .... Di tas kecil di dalam lemari rias"Karina terlihat gugup saat Arjuna menatap wajahnya dengan wajah heran."Sebentar ... biar aku ambil dulu."Karina bangkit dari ranjang dan berjalan menuju meja riasnya. Berjalan lima langkah dengan tubuh telanjang, lalu menungging saat mengambil tas kecil di laci paling bawah.Gerakan yang sensual di mata Arjuna. Matanya nyaris tak berkedip. Istri yang ia cintai selalu membangunkan hasratnya, sekecil apapun stimulus yang dibuat Karina."Nah, ini dia" tunjuk Karina dengan gaya kekanakan.Arjuna masih terdiam dan memandangi dada istrinya."Tapi, kayaknya aku gak bakal minum dulu, deh" ujar Karina mendekatkan wajahnya ke Arjuna. Ujung hidung mereka bergesekan."Oiya? Kenapa, sayang?" tanya Arjuna menikmati hangat nafas Karina di bibirnya."Aku mau kita punya little angel, supaya kamu gak melulu cerita tentang Cheryl" jawab Karina semakin manja. Membuat wajahnya seperti anak kec
Dahi Selena mengernyit melihat lampu dapur yang menyala. Dia ingat sudah memadamkannya sebelum tidur. Wajahnya semakin keheranan melihat isi meja. Semut kecil memenuhi gelas bekas kopi, begitupun roti di dalam plastik.Membuang nafas dengan kasar melalui mulut dan menggeleng kepalanya samar. Entah kenapa Roy bahkan tidak berusaha belajar untuk memberikan bantuan kecil seperti menyimpan gelas bekas ke wastafel. Hampir empat tahun menikah, Selena seperti mengasuh bayi besar.Usai membereskan isi meja, Selena mengeluarkan sisa roti dari plastik. Ia berencana memanggang semuanya supaya tidak terbuang percuma. Memeriksa Nutella, lagi-lagi bibirnya berdecak. Semut juga memenuhi permukaan selai karena tidak ditutup dengan rapat.Sambil memanggang roti, Selena memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci. Lantas memeriksa isi kulkas setelah memastikan air sudah mengalir ke mesin cuci. Mencoba membuat menu dari bahan yang ada di kulkas.Tangan kirinya membuka freezer he
Demi mendengar suara pria dari dalam apartemen, Roy ingin mendesak masuk. Namun Melissa sudah lebih dahulu mendorong pintu lebih keras sampai tertutup. Darah dengan cepat naik ke kepalanya. Pikirannya membuat jantung dan tubuhnya bergerak tidak beraturan. Baik kaki dan tangannya seperti tidak merasa sakit setelah berulang kali menerjang pintu.Pun begitu dengan teriakannya. Meski lorong itu terlihat sepi dari orang lalu lalang, nyatanya dua orang petugas keamanan datang menjemputnya secara paksa."Mohon maaf, pak. Bapak sudah membuat keributan dan menganggu kenyamanan pengguna apartemen lain"Salah seorang petugas keamanan dengan seragam hitam-hitam menarik paksa lengannya."Lepas! Saya bisa jalan sendiri!"Tak ingin diperlakukan seperti penjahat, Roy menepis cengkeraman kasar di lengannya."Mohon ikut kami ke pos keamanan, pak"Kali ini petugas keamanan meminta tanpa menarik lengannya."Untuk apa? Saya harus ke kantor"
Jemari Roy memijat dada Selena dengan kasar. Blouse kantornya sudah tersingkap hingga ke batas leher. Melawan dengan sisa tenaga yang ada, Selena berusaha mengangkat lututnya diantara jepitan paha suaminya.Nafas Roy semakin memburu, leher dan dadanya berulang kali di sentuh dengan kasar. Meski bibir itu kenyal, tapi seolah bara yang membakar kulit Selena. Pinggangnya semakin sakit karena berdiri tidak seimbang. Kulit kepalanya seakan ingin terkelupas."Please, berhenti! Kumohon, Roy ...." bisik Selena dengan suara parau. Ia ingin mati saja."Apa? Kamu ingin lebih lagi? Kamu ingin disentuh disini?" tanya Roy tepat di telinga Selena. Tangannya berpindah dari dada ke kaki Selena. Meraba intinya dengan lima jari dan bergerak kasar."Ha-ha-ha, kamu sudah basah sejak tadi, Selena! Benar dugaanku, kamu haus cumbuanku" ejek Roy dengan jari terus bergerak di antara kedua kaki Selena.Pasrah dan merasa terhina. Kedua rasa ini membuat gerakan Selena melemah.
Kelopak mata Selena terbuka, ia sudah sadar. Matanya mencoba mengenali tempatnya berada saat ini, menoleh ke kiri dan ke kanan. Ada 2 tempat tidur yang kosong yang dipisahkan oleh tirai putih.'Aku di klinik perusahaan' batin Selena.Gedung klinik perusahaan terpisah dengan gedung kantor. Letaknya bersebelahan. Fasilitas di klinik ini bersifat penanganan pertama pada keluhan karyawan. Jika dirasa perlu, maka akan dirujuk ke rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan.Selena bertanya-tanya kenapa ia ada di tempat tidur klinik. Sendirian. Mengangkat tubuhnya ke posisi duduk dengan gerakan lambat, merasa kepalanya ringan seperti melayang."Bu Selena sudah sadar?" tanya suster sambil membuka tirai.Rupanya gerakannya menimbulkan bunyi pada tempat tidur, sehingga suster perawat dan Rina segera mendatangi tempatnya berbaring."Kenapa saya ada di sini?""Tadi, ibu pingsan dan Pak Harris membawa ibu ke sini. Pak Harris kelihatannya panik
"Juna, apa kabar? Karina sudah pulang?"Delia berbincang dengan Arjuna yang duduk di sebelahnya."Kabar baik, gue. Karina sudah pulang. Hari ini ada dia ke kantornya" balas Arjuna mengunyah kentang goreng."Duh, banyak banget urusannya, ya. Ada aja alasan supaya gak ikut arisan keluarga. Padahal cuma sekali sebulan, Juna. Itupun minggu terakhir. Ngejar apaan di kantor?" omel Delia serius memandang Arjuna.Sepupunya, Arjuna, menurutnya terlalu lembek menghadapi istrinya yang usianya terpaut jauh. Delia selalu menuduh Arjuna terlalu memanjakan Karina. Apa-apa dituruti kemauannya. Termasuk mengambil job di luar negeri dan menunda memiliki anak."Om dan Tante udah bosan juga kale ditanyain soal mantu yang gak pernah ikut berbaur dalam acara keluarga besar" lanjut Delia melihat Arjuna tidak fokus pada omelannya."Biarin ajalah, Del. Sudah jadi konsekuensi karena menikahi gadis muda. Track-nya dia memang beda dengan kita, kan" sahut Arjuna terliha
"Aku langsung ke kantor, ya, Om"Melissa mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata, melaju meninggalkan restoran."Oke, baby. Take care kamu, ya. Cari tahu maunya si Roy itu apa" ujar Arman, sugar daddy-nya Melissa."Iya, nih. Sok jual mahal itu cowok. Dari kemarin aku dicuekin. Pesan dan panggilanku pun gak di waro. Sombong banget!" keluh Melissa dengan bibir agak manyun."Tenang, aku yakin, baby-ku bisa mengatasi pria murahan seperti si Roy ini" kata Arman sambil meremas salah satu tangan Melissa di pangkuannya."Aku mulai gak nyaman, om. Dia sungguh-sungguh berpikir kalau aku menyukainya dan akan menikahinya. Dia dan istrinya sudah gak akur. Mungkin akan berpisah" sambung Melissa lagi."Bagus, baby. Bikin dia semakin yakin dengan kamu. Urusan rumah tangganya gak usah kamu ambil pusing. Yang penting, kamu harus ingat tujuan kita. Semua data customer, kontrak, dan kepercayaannya harus kamu pegang. Sampai tiba saatnya nanti momentum kita,