"Betapa malangnya, sehingga ibu melahirkan tiga anak tapi ibu tak pernah memilikinya? Apa yang ibu harapkan?" lirih Vanessa hampa."Ibu menyesal tapi kau tidak pernah tahu bagaimana penderitaan ibu sebenarnya, dan ibu hanya berharap kau mau kembali si sisiku, Vanessa."Vanessa tersenyum mengejek. Meskipun sebenarnya ia merindukan sosok seorang ibu, akan tetapi dirinya dalam keadaan yang payah dan juga kecewa."Untuk apa? Sungguh lebih baik kita dalam kehidupan kita masing-masing seperti kemarin, saat kita tidak mengenal satu sama lain. Aku tidak pernah menyesal dan menuntut apapun darimu, pergilah, ayah juga sudah memintamu pergi dan tidak menemui aku lagi.""Tidak, aku tahu bagaimana kamu hidup bersama mereka, aku tak akan membiarkan hidupmu menderita lagi.""Tidak! Kau sungguh tidak tau apa-apa tentang hidup yang ku rasakan. Lihatlah dirimu, pakaian mewah yang kau kenakan,hah... bagaimana kau bisa tahu apa yang kurasakan?" Vanessa mengguncang tubuh Veina,
Vanessa masih menggelengkan kepalanya. Seolah-olah dia mempertaruhkan cinta mereka demi penyakitnya?"Jika itu terjadi, aku lebih baik mati, aku tak akan hidup dalam pengkhianatan."Veina tak menjawab. Ia sendiri tidak yakin apakah hati Ovan berkhianat atau tidak. Akan tetapi sebuah informasi mengatakan, Ovan akan meninggalkan Barbara demi Vanessa.Ia justru merasa Ovan hanya mencintai Vanessa."Akan tetapi Vanessa, Ovan rela mati untuk kamu bisa hidup lebih lama lagi, apakah menurutmu dia tidak mencintaimu?"Veina mengeluarkan beberapa lembar foto pernikahan Barbara di sebuah Vila yang berhasil ia dapatkan. Bagaimanapun ia harus membuktikan pada Vanessa bahwa itulah yang terjadi sebenarnya.Vanessa pun akhirnya melihatnya, ia ingin tahu fakta sebenarnya."Ini adalah Barbara, kakak perempuanmu. Dia adalah putriku bersama Anton Bagaskara. Hidupnya bagaikan seorang putri raja yang serba kecukupan, dan dia juga terlihat sangat mencintai Ovan," kisah Vei
"Apa yang kau tahu tentang pernikahan itu, Vanessa? Seolah kau mengerti dan memahami bagaimana perasaanku menjalaninya? Bagaimana bisa aku bisa memahami apa yang kau katakan? Aku hanya menginginkan dirimu dalam hidupku," kata Ovan dan ia membelakangi Vanessa. Menurutnya, Barbara juga tidak sempurna. Wanita itu juga cacat secara mental dan juga kakinya, meskipun dia cantik.Reputasi Barbara dalam kepribadian juga tidak bagus di kalangan mahasiswa, dan menurutnya dunia yang dimiliki Barbara tidak seperti Vanessa yang sederhana dan sesuai dengan standar hidupnya di masa depan.Barbara pernah menodongkan pistol di kepalanya, dia juga menjalani kehidupan klub malam dan menghamburkan uang. Selain itu, apa yang akan Barbara lakukan jika tahu dirinya adalah seorang penjahat cyber yang bekerja sama dengan ibunya? "Ovan, kau harus kembali padanya, demi aku, itu yang harus kau lakukan dan pahami.""Tidak, aku baru saja akan menceraikan wanita ini karena tujuanku sudah ber
Di sebuah tempat, Barbara menikmati hidangan yang baru saja dipesan dari seorang chef ternama di hotel itu. Menikmati pemandangan pesisir pantai dari ketinggian. Menikmati waktu sendirian sepanjang waktu di pagi itu. Ia sedang memikirkan nasib pernikahannya yang menyedihkan.Seorang pelayan mengetuk pintu ruangan yang telah dipesannya secara khusus."Nyonya, seseorang datang menemui Anda," kata pelayan itu."Baik, biarkan dia masuk."Tak lama kemudian dua orang pria masuk dan duduk di hadapannya."Reno, apa yang kau dapatkan setelah tiba di Belanda?" tanya Barbara pada Reno. "Kami mendapatkan informasi dengan siapa dia bekerja. Sepertinya, Ovan menikahimu secara sengaja dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari perusahaan kita," terangnya."Jelaskan lebih detil, Reno. Bagaimana dia melakukannya sedangkan pekerjaan ini tidak bisa dilakukan seorang diri bukan?""Benar, Ovan bekerja sama dengan sebuah organisasi yang memiliki j
"Semua sudah lunas, Tuan," jawab seorang petugas administrasi rumah sakit tersebut. Wanita itu membolak balik berkas dan mencocokkan pada layar monitor di hadapannya. "Pasien kanker dengan nama Vanessa sungguh telah membayar semua pengobatan bahkan seluruh pengobatan yang masih direncanakan.""Apa maksudmu? Apakah kau tidak salah membaca nama pasien tersebut?""Tidak, ini adalah putri Johnson Spencer, bernama Vanessa bukan?"Ovan mengangguk, nama itu memang nama Vanessa yang dimaksud.Iapun meminta maaf dan meninggalkan tempat tersebut. Tak percaya dengan apa yang ia dengar, tapi ia juga tak bisa bertanya siapa yang menanggung pengobatan tersebut."Mungkinkah ibu Vanessa adalah wanita yang sangat kaya raya sehingga ia lebih memilih hidup bersama ibunya? Benar-benar tak masuk akal," gerutunya. Ia hanya merasa siapa lagi yang akan berbuat sebaik itu kalau bukan orang yang berkepentingan pada Vanessa. Tidak mungkin keluarga tirinya atau ayah kandungnya. Apalagi
Sebuah kalung dengan permata ungu, sepertinya itu adalah kalung wanita dengan desain kuno akan tetapi karena itu adalah milik Ovan, ia akan mengenakannya saja.Dengan langkah pasti, Barbara keluar menuju mobilnya, lalu ia akan bergabung dengan Reno dan juga Medy di suatu tempat.Di sebuah hutan kecil di Belanda Barbara harus memanggil beberapa laras senapan panjang semi otomatis yang akan menjadi barang bawaannya. Itu baru sampel milik Tuan Felix, pria yang biasa bertransaksi dengan Nyonya Vein.Felix beberapa kali melirik pada Barbara yang terlihat masih belum terbiasa dengan perjalanan dengannya, sehingga ia mulai sangsi dengan kemampuan Barbara.Hal itu akan membahayakan semua orang jika ada satu orang saja yang tidak kompeten dalam menjalankan misi.Perjalanan itu tidak jauh, hanya satu kilometer dari tempat yang dijanjikan. Akan tetapi Barbara sudah terlihat payah."Nona Asia, apa kamu maid yang biasa mengangkat ember?" tegur Felix menyindir Barbara
"Siapa kau ini sebenarnya? Kau pasti menjebak kami. Sial!" kata pria itu dengan tangannya yang mencengkeram kuat membuat Barbara kesulitan bernapas.Laju mobil terseok seok karena tidak seimbang, membuat kepala Barbara beberapa kali membentur dinding mobil.Akan tetapi Barbara menguatkan hatinya, ia harus hidup sampai tujuannya tercapai.Sedikit celah membuat Barbara bisa menendang selangkangan pria itu sehingga pistol di keningnya terjatuh. Barbara mengambil kesempatan dengan cepat mengambil pistol miliknya dan menodongkan pada pria di hadapannya yang lain sementara salah satunya kesakitan sebab tendangan Barbara di selangkangan."Aku hanya butuh untuk bertransaksi, jika kau tak percaya maka aku curiga kaulah yang mengacaukan keadaan ini. Kau tahu, hanya kami yang bisa memasok senjata ini kepadamu!" gertak Barbara.Pria satunya menatap Barbara sedikit ragu, maka iapun menjatuhkan senjatanya untuk menyerah.Di atas bukit, Ovan melihat mobil yang terseok-
"Apakah kalian serius bisa membuatku bergabung dengan tuan kalian?"Kedua pria itu saling menatap, mereka terlihat ragu."Bisa, tapi mungkin sangat sulit untuk melepaskan diri dari Felix. Kudengar mereka sangat militan. Apa yang akan kau lakukan?"Barbara memikirkan cara. Ia akan bergabung dengan kelompok dimana Ovan berada bukan? Dan ini menarik, seperti yang Medy katakan bahwa Nyonya Vein sangatlah perduli dengan wanita. Ia tak akan menolak jika ada seorang wanita yang ingin bekerja, meski penempatannya mungkin hanya sebagai pramuniaga sebuah toko di pusat perbelanjaan."Aku bisa melakukannya, dan aku akan memutuskan setelah di dermaga selatan.""Baiklah, aku akan membantumu."Melihat Barbara yang cantik jelita, kedua pria itu merasa takut terjadi sesuatu pada Barbara karena mereka tahu Felix sangat liar dan sering melecehkan wanita. Entah mengapa mereka merasa harus melindungi wanita itu, seperti sebuah dorongan nurani seorang yang ingin melindungi.
"Apakah kisah kita juga termasuk yang unik?" kali ini Risa berkata sambil senyum-senyum."Kita? Apa kau sungguh mencintaiku?""Jawab saja pertanyaanku!"Drett dreett dreett!Ponsel Dave berdering dan pria itu lalu mengambil ponsel di sakunya.["Halo, ada apa?"]["Kenapa galak begitu? Aku mengganggumu?"]["Tidak, tapi kau merusak aktifitasku."]["Oh sayangku, tapi hari ini kau harus segera datang karena ini sangat penting, Dave."]["Barbara, kau selalu saja menganggap penting masalahmu. Kau bisa bilang dari sekarang, ada apa dan kenapa kami harus datang?"]["Terserah, kau harus datang! Titik!"]Klep!"Siapa?" Risa bertanya."Siapa lagi kalau bukan saudara perempuanku yang bawel itu, heh?" kata Dave, tapi dia malah tersenyum. "Bersiaplah, kita harus datang ke rumah mereka."Tak ada jawaban, Risa hanya bergegas sesuai kata Dave. Di rumah Anton Bagaskara, mereka berkumpul dengan aneka macam hidangan. Mereka dengan sengaja mengundang Dave dan Risa dan juga Veina.Anton Bagaskara terlihat
Pagi mulai merayap memancarkan sinarnya. Dari setiap asa yang terbersit, selalu ada cara untuk menempuh harapan yang ingin ia wujudkan.Harapan terbesar yang hampir ingin dicapai manusia adalah mereka ingin menikmati bahagia di hari ini.Doa dilantunkan, dipanjatkan demi mengharapkan takdir yang baik untuk dirinya dan orang yang dicintainya.Siapa yang tak ingin bahagia?Mustahil bagi manusia untuk berharap tidak bahagia.Akan tetapi pada sebagian hidup yang ia jalani, ia harus menempuh ujian sampai ia akan tahu di akhir ujian itulah kebahagiaan yang sebenarnya.Bahagia itu relatif, demikian kata sebagian orang.Seorang yang membutuhkan uang, ia akan bahagia saat mendapatkan uang yang ia inginkan.Seorang yang membutuhkan kasih sayang, maka ia akan mengharapkan kasih sayang dan cinta dan ia akan bahagia karenanya.Sebagian orang memilih untuk tidak perduli dengan pencapaian orang lain, ia merasa cukup dengan apa yang ada pada dirinya, bersyukur dengan apa yang ia miliki.Ia menutup ma
"Maafkan Ceila, Bu. Dia sedikit takut," kata Risa dengan memeluknya."Takut? Apa ini? Kenapa dia harus takut denganku?" heran Veina."Mom, kau memang menakutkan, Ceila kan belum mengenalmu, jadi wajar kalau dia takut dengan wajah seram Mommy," kata Dave kemudian, dia berbicara dengan sedikit mengulas senyum."Apa apaan, kau omong kosong ya?"Risa ikut tersenyum karena kelakuan Dave yang menggoda ibunya."Masalah ini sedikit rumit menjelaskannya, Bu. Yang jelas Ceila tahu Ibu baru di penjara seperti ibunya."Veina merenungkannya, Risa mungkin sedang mengatakan kalau Ceila memiliki traumatis bahkan saat bertemu dirinya."Baiklah, aku bisa mengerti. Padahal aku sangat ingin memeluk cucu Perempuanku, eh, kenapa sampai takut begitu...ufh," keluhnya. "Tapi, cepatlah berkumpul bersama Barbara, kita harus punya foto kenangan yang bagus, oke?""Baik, Bu."Risa akhirnya membujuk Ceila untuk berkumpul bersama keluarga dan mengatakan bahwa Selen tidak mungkin ada di tempat pesta tersebut. Ia sung
"Anu...kamu sekarang...""Ya, tentu saja aku harus ada di sini, ini adalah pernikahan putriku. Bagaimana kabar kalian, apakah semua baik?""Iya... tentu saja kami baik. Dan kamu, apakah menetap di sini sekarang? Aku dengar kamu ada di Belanda.""Benar, aku memang di Belanda kemarin, tapi sekarang aku akan menetap di sini.""Di rumah ini?" kata salah seorang menyahut."Tidak. Sekarang aku masih dalam masa tahanan, tapi kalau sudah bebas nanti, aku mungkin akan membeli rumah di sekitar sini.""Apa maksudmu dalam masa tahanan? Apa kau.... melakukan kejahatan?" tanya salah satunya ragu, sementara yang lain saling melihat. Mereka makin memperhatikan penampilan Veina yang sangat mewah dan mencolok, memangnya kejahatan apa yang dia perbuat?Pandangan mata mereka mulai berubah canggung, sepertinya ada sedikit rasa takut pada Veina."Jangan kuatir, aku bukan pembunuh kecuali dengan terpaksa," kata Veina dengan tersenyum yang membuat para wanita itu semakin gugup.Saat itu Lena juga ikut mendek
Warna bahagia meliputi suasana sebuah aula pertemuan milik Anton Bagaskara. Gedung megah itu memiliki kesibukan yang tak biasa pada hari itu.Penjagaan ketat di berbagai tempat samasekali tidak menghilangkan suasana rileks dan bersahabat menyambut siapapun yang hadir dalam undangan pernikahan Ovan dan Barbara.Bahkan saat mereka melihat semakin ke dalam, maka mereka akan menyaksikan lebih banyak keindahan dan suasana bahagia yang semakin kentara."Aku merasa gaun ini menonjolkan bentuk perutku yang semakin besar, suamiku. Apa ini masih enak dilihat? Jangan salah faham, aku bukan malu karena hamil, tapi aku kasihan kalau sampai desainer pakaian ini kecewa saat melihatku dalam bentuk tubuh seperti ini," katanya.Ovan hanya tersenyum geli karena Barbara malah sangat gugup dengan bentuk tubuhnya."Kau memang sangat jelek sekarang ini. Tapi itu sih bukan salahku."Mendengar jawaban Ovan yang tak memiliki beban itu Barbara jadi sangat kesal."Kau bilang tak bersalah? Baiklah, aku akan memba
Persidangan berjalan sangat lancar. Sebab, tidak ada bantahan baik itu Selen atau Leo dalam menanggapi dakwaan hakim. Mereka hanya pasrah dan menunduk dalam atas semua yang mereka dengar.Percuma saja melawan, toh semuanya sudah ketahuan."Dengan ini, maka pengadilan hukum pidana memutuskan untuk Nyonya Selen mendapatkan hukuman pidana selama dua belas tahun karena percobaan pembunuhan terhadap sahabatnya sendiri, dan denda senilai lima ratus juta rupiah atas kerusakan yang telah ditimbulkan."Tok Tok Tok!Suara riuh menggema di dalam ruangan tersebut. Mereka senang dengan keputusan hakim atas Selen."Selain itu, kami juga memutuskan untuk menjatuhkan hukuman kepada Saudara Leo selama sepuluh tahun penjara karena telah menyembunyikan bukti dan percobaan pelecehan kepada saudara Barbara."Tok Tok Tok!Kembali suara riuh ruangan itu menggema atas apa yang mereka dengar dari keputusan hakim.Tidak ada lagi keberatan yang akan mereka, Leo dan Selen sampaikan kecuali pasrah dengan putusan
Dave sedikit terkesima, ia melupakan sosok kecil putrinya yang mungkin akan terluka saat melihat Selen mendapatkan hujatan di pengadilan nanti. Ia tak seharusnya membiarkan Ceila menyaksikan hal itu."Kau benar, kurasa kita tidak perlu datang dan mengikuti jalannya pengadilan. Lebih baik kita pergi bersama ke suatu tempat untuk rekreasi. Aku akan mengatakan hal ini pada Barbara dan meminta maaf.""Atau sebaiknya kau saja yang datang? Aku akan menjaga Ceila dan tidak menyinggung hal ini. Jangan sampai Ceila sedih karenanya."Dave berpikir sebentar, ia juga penasaran soal jalannya pengadilan, tapi juga ingin menghabiskan waktu bersama Risa dan Ceila alih-alih melihat mantan kekasihnya yang menyedihkan."Dave, kau melamun?""Eh, bukan begitu. Aku sedang berpikir kalau Ceila sampai melihat hal semacam itu, pastilah akan menjadi traumatis di hari akan datang."***Keesokan harinya, mereka memang sudah sangat ramai berkumpul di pengadilan. Antusias kerabat Barbara terlihat memenuhi teras pe
"Wow, kenapa kalian tidak memanggil kami? Kami bisa saja datang ke sana dan membalas perbuatan mereka.""Hentikan omong kosong kamu Dave! Ovan sudah menyerahkan semuanya pada polisi, nggak perlu repot-repot. Kau hanya perlu mengangkat semua tas itu, oke?"***"Baik, karena semua sudah berkumpul, mari kita melanjutkan pembicaraan kita soal pesta pernikahan Barbara dan Ovan.. Aku ingin pesta pernikahan ini dibuat sangat meriah dan berkesan.""Tunggu! kenapa pernikahan ini diselenggarakan tanpa keluarga Ovan? Ini sangat tak biasa," protes bibi Barbara. "Bukan tak percaya, tapi ..""Bibi, mereka punya tempat tinggal yang sangat jauh. Mereka sangat kesulitan. Toh orang tua Ovan telah tiada, untuk apa memaksakan diri?" jawab Barbara sedikit berbohong. "Barbara, apakah semua baik-baik saja? Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di sana?"Barbara menarik tangan Lena dan membawanya ke kamar miliknya."Bu, aku tidak bisa menceritakan semuanya sekarang ini. Akan tetapi aku pasti akan menceritakan
Ovan yang sudah kembali dengan banyak makanan di kantong belanjanya melihat Barbara terlihat sangat pucat."Sayang, apa kau baik-baik saja? Kau terlihat sangat pucat. Ada apa?"Barbara tak menjawab, ia hanya memberikan isyarat untuk Ovan melihatnya dengan menunjuk ke arah Laptop."Apa yang terjadi?"Pria itupun masuk ke mobil dan melihat laptopnya.Ovan sangat terkejut karena melihat serombongan orang menyusup ke dalam rumahnya. Bukan satu atau dua orang, tapi ada sekitar tujuh orang pria. Mereka sungguh mengincar apa yang ia miliki. Terlihat beberapa orang berjaga dan yang lainnya memeriksa kotak perhiasan. Mereka sungguh perampok dengan persenjataan lengkap berupa senapan dan senjata tajam. Semua fenomena itu, persis seperti apa yang ia takutkan.Itulah sebabnya ia tidak mau mengambil resiko nyawa, tidak akan!"Kau sudah melihatnya bukan? Kau bisa melihat betapa kejamnya mereka ini. Bahkan dengan apa yang mereka lakukan itu tidak seorangpun yang bisa melarangnya. Aku sangat yakin me