Sebuah kalung dengan permata ungu, sepertinya itu adalah kalung wanita dengan desain kuno akan tetapi karena itu adalah milik Ovan, ia akan mengenakannya saja.Dengan langkah pasti, Barbara keluar menuju mobilnya, lalu ia akan bergabung dengan Reno dan juga Medy di suatu tempat.Di sebuah hutan kecil di Belanda Barbara harus memanggil beberapa laras senapan panjang semi otomatis yang akan menjadi barang bawaannya. Itu baru sampel milik Tuan Felix, pria yang biasa bertransaksi dengan Nyonya Vein.Felix beberapa kali melirik pada Barbara yang terlihat masih belum terbiasa dengan perjalanan dengannya, sehingga ia mulai sangsi dengan kemampuan Barbara.Hal itu akan membahayakan semua orang jika ada satu orang saja yang tidak kompeten dalam menjalankan misi.Perjalanan itu tidak jauh, hanya satu kilometer dari tempat yang dijanjikan. Akan tetapi Barbara sudah terlihat payah."Nona Asia, apa kamu maid yang biasa mengangkat ember?" tegur Felix menyindir Barbara
"Siapa kau ini sebenarnya? Kau pasti menjebak kami. Sial!" kata pria itu dengan tangannya yang mencengkeram kuat membuat Barbara kesulitan bernapas.Laju mobil terseok seok karena tidak seimbang, membuat kepala Barbara beberapa kali membentur dinding mobil.Akan tetapi Barbara menguatkan hatinya, ia harus hidup sampai tujuannya tercapai.Sedikit celah membuat Barbara bisa menendang selangkangan pria itu sehingga pistol di keningnya terjatuh. Barbara mengambil kesempatan dengan cepat mengambil pistol miliknya dan menodongkan pada pria di hadapannya yang lain sementara salah satunya kesakitan sebab tendangan Barbara di selangkangan."Aku hanya butuh untuk bertransaksi, jika kau tak percaya maka aku curiga kaulah yang mengacaukan keadaan ini. Kau tahu, hanya kami yang bisa memasok senjata ini kepadamu!" gertak Barbara.Pria satunya menatap Barbara sedikit ragu, maka iapun menjatuhkan senjatanya untuk menyerah.Di atas bukit, Ovan melihat mobil yang terseok-
"Apakah kalian serius bisa membuatku bergabung dengan tuan kalian?"Kedua pria itu saling menatap, mereka terlihat ragu."Bisa, tapi mungkin sangat sulit untuk melepaskan diri dari Felix. Kudengar mereka sangat militan. Apa yang akan kau lakukan?"Barbara memikirkan cara. Ia akan bergabung dengan kelompok dimana Ovan berada bukan? Dan ini menarik, seperti yang Medy katakan bahwa Nyonya Vein sangatlah perduli dengan wanita. Ia tak akan menolak jika ada seorang wanita yang ingin bekerja, meski penempatannya mungkin hanya sebagai pramuniaga sebuah toko di pusat perbelanjaan."Aku bisa melakukannya, dan aku akan memutuskan setelah di dermaga selatan.""Baiklah, aku akan membantumu."Melihat Barbara yang cantik jelita, kedua pria itu merasa takut terjadi sesuatu pada Barbara karena mereka tahu Felix sangat liar dan sering melecehkan wanita. Entah mengapa mereka merasa harus melindungi wanita itu, seperti sebuah dorongan nurani seorang yang ingin melindungi.
Dermaga Selatan...Malam yang hening. Beberapa utusan Nyonya Vein duduk di sebuah sampan kecil dengan tenang.Cahaya bulan mengagumkan saat menembus gumpalan mendung lalu menimpa ruak gelombang yang bergerak lambat.Mereka memanfaatkan untuk menikmati momen itu dengan bersantai dan menghirup beberapa minuman kaleng."Apa menurutmu kalung ini bernilai mahal?" tanya salah seorang dari mereka dan menunjukkan kalung berliontin ungu itu pada temannya.Sang teman mengambil dan mencermati batu indah itu sangat serius. Sepertinya ia cukup mengerti nilai kalung tersebut."Waah... darimana kau mendapatkan ini?""Aku menemukannya.""Dimana?""Itu bukan urusanmu."Sang teman masih terlihat mencermati kalung itu dengan ekspresi kagum."Kenapa? Apa kalung itu mahal?""Entahlah, tapi aku tahu ini adalah safir terbaik dan bernilai tinggi. Aku tak percaya barang ini terjatuh di tempat yang sembarangan. Bahkan seseorang yang memilikinya seharusnya
"Sungguh menakjubkan, pada akhirnya aku bisa bertemu denganmu dalam kondisi ini. Aku bertanya tanya, Vanessa sungguh tak tahu siapa engkau bukan? Seorang ibu yang melakukan pekerjaan kotor, dan hidupnya makin sekarat adalah karena karma darimu.""Tutup mulutmu! Kau tak tahu apa-apa, jadi tak perlu menggurui aku. Lepaskan Vanessa, karena kau sudah menikahi Barbara. Aku tidak mungkin menjadikan dua putriku sebagai istrimu, kau mengerti?!" kata Nyonya Veina marah. Kenyataannya, apa yang ia lakukan demi menghancurkan perusahaan Anton Bagaskara berbuah menikahkan Ovan dengan Barbara yang Ovan adalah kekasih Vanessa. Kebetulan yang benar-benar tidak masuk akal baginya. Ovan menyeringai."Aku menceraikan Barbara, untuk mendapatkan Vanessa. Apa yang harus kumengerti? Aku harus bersama Vanessa.""Tidak, aku tidak bisa! Vanessa adalah milikku, kau tak berhak mengganggunya!"Setelah mengatakan hal itu, Nyonya Veina melangkah pergi."Aku sungguh tak mengerti, kau t
Ovan memeriksa semua barang yang mereka pesan."Sungguh beruntung, barang barang bagus ini dijual sangat murah," gumamnya. Sedikit banyak ia tahu jenis tersebut memiliki harga yang sangat tinggi.Felix tersenyum mendengarnya. Ia tahu kali ini menjual barang dengan harga tak biasa. Akan tetapi itu atas permintaan Medy yang notabene paling berhak untuk menentukan harganya. Baginya itu juga menguntungkan karena kondisinya yang sedang pailit sebenarnya tidak mampu memenuhi permintaan langganannya."Kami memiliki supplier yang sangat murah hati sekarang ini, dan juga akan menjadi partnerku seumur hidup."Ovan mendengar dengan tersenyum tipis."Aku dengar kau paling benci dengan partner bisnis. Tapi sekarang kau malah mempunyai partner yang berlaku seumur hidup?""Ah, itu cuma rumor. Selain itu, partner yang aku maksudkan adalah seorang wanita yang sangat cantik. Dia akan menjadi partner yang paling mengagumkan," celotehan penuh khayalan.Tentu saja ia mas
Barbara tak mengerti, apa arti Ovan sebenarnya di dalam hidupnya. Pria itu membuatnya melakukan segalanya. Terbang ke luar negeri, berhadapan dengan mafia dan sekarang ia harus menyelam ke dasar lautan. Apakah itu Cinta? Atau hanya sebuah obsesi?Yang jelas, ia mengikuti kata hatinya yang masih melindungi harga dirinya. Ia menikah bahkan suaminya tak berniat untuk menyentuh tubuhnya sedikitpun. Bukankah itu memalukan dan melukai harga dirinya?Barbara mengerahkan kekuatan jiwanya, juga uangnya untuk semuanya ini. Apakah ini petualangan yang berguna? Sial! Sial!Batin Barbara menjerit, tapi ia tak berdaya untuk membiarkan begitu saja tanpa jawaban pasti.Saat ia mulai marah pada dirinya sendiri, sebuah kilau berwarna ungu memancarkan spektrum warna dari sela karang tak jauh darinya. Barbara begitu bersemangat sampai sampai ia lupa sudah waktunya ia mengumpulkan oksigen ke permukaan.Ia tak berhasil mengambilnya, dan sangat payah untuk mencapai permukaan air.
"Whowaaaa!!" Barbara menjerit sekeras-kerasnya, bukan karena melihat tampilan hantu yang tiba-tiba menyembul di hadapannya melainkan ada seekor kecoa yang melompat di kepalanya.Iapun mengibas ngibas serangga kecil itu karena merasa geli.Alih alih takut dengan berbagai macam karakter menakutkan ia malah takut dengan kecoa yang membuatnya merinding jijik."Sial! Kenapa harus menginjak kepalaku?" kesalnya luar biasa. Masih bergidik ngeri, ia melanjutkan perjalanan menyusuri rute jalan di dalam ruangan tersebut, mencari dimana letak pintu yang dimaksud anak buah Nyonya Vein.Akhirnya iapun bisa menemukan keberadaan pintu tersebut. Sebuah pintu besi dengan lampu indikator di sisi kanannya. Di bawahnya sebuah handle yang dilengkapi dengan password yang harus ia tekan.Dalam beberapa detik saja, pintu tersebut terbuka, menampilkan ruangan yang remang dengan lantunan musik yang memekakkan telinga seperti sebuah klub malam."Hallo, selamat datang," kata seorang