Hari terus berlalu hingga akhirnya hari pernikahan Adam yang ditunggu-tunggu pun tiba.Ramai orang berdatangan ke rumah Nadia untuk memberi selamat pada Adam. Begitu juga dengan Adam yang menyambutnya dengan suka cita dan senyum yang begitu semringah.***"Farida, kamu mau kemana? Kok pakaian kamu tertutup begitu?" tanya Nani dengan kening mengkerut.Farida yang bisanya hanya mengenakan baju gamis panjang dan juga kerudung kini mengenakan kacamata dan juga cadar berwarna hitam yang menutupi setengah dari wajahnya."Aku mau mengambil Tasya dari mas Adam, Bu," jawab Farida."Apa kamu berniat datang ke rumah Adam?""Iya, Bu. Aku akan datang ke pernikahan mas Adam sebagai tamu lalu aku akan membawa Tasya pergi dari sana saat orang-orang tengah lengah tenggelam dalam suka cita pesta.""Apa kamu yakin dengan apa yang akan kamu lakukan? Ibu takut kamu kenapa-kenapa.""Ibu tenang saja. Aku akan berhati-hati kok, Bu. Aku harus menggunakan kesempatan ini untuk membawa Tasya. Aku yakin mereka pa
Pagi-pagi sekali Adam, Nadia dan juga Santi, istri baru Adam datang ke rumah Nani."Mana Tasya!" Teriak Adam pada Farida yang saat itu berdiri menghalangi pintu rumahnya bersama dengan Nani."Berani sekali kamu mengambil Tasya tanpa izin dari kita! Kembalikan Tasya pada kamu! Bentak Nadia yang saat itu wajahnya sudah ikut memerah."Aku tidak akan memberikan Tasya pada kalian lagi! Kalian tidak memperlakukan Tasya dengan baik, kan, selama ini! Aku tahu semuanya," ucap Farida masih menghalangi mantan suami dan juga mantan mertuanya untuk mengambil Tasya."Berani sekali kamu bicara seperti itu pada kita. Apa kamu mau memfitnah kita, hah!" Nadia melangkahkan kakinya selangkah mendekati Farida."Adam, singkirkan mereka dan cepat bawa Tasya keluar dari gubuk ini. Aku sudah tidak tahan di sini." Nadia melirik ke arah Adam.Adam pun mengangguk pada Nadia. "Baik, Bu." Adam pun mencoba menarik tangan Farida untuk menyingkirkannya dari pintu agar ia bisa menerobos masuk ke dalam.Namun, Farida
Dengan bangga Nadia membawa Tasya pergi dari hadapan Farida yang saat itu masih hanyut dalam kesedihannya."Jangan bawa Tasya, Bu. Saya mohon." Nani bersujud di hadapan Nadia sembari menahan Tasya agar tak dibawa pergi oleh mereka."Maaf, Bu. Tapi saya harus membawa Tasya pergi bersama saya karena saya tidak mau melihat cucu semata wayang saya hidup menderita bersama kalian. Makanya jadi orang kaya kalau kalian mau mendapatkan Tasya," ucap Nadia sembari menyunggingkan senyumannya lalu pergi meninggalkan Nani tanpa memedulikan permohonannya.Begitu juga dengan Adam dan juga Santi yang ikut pergi meninggalkan Nani mengikuti langkah kaki Nadia.Melihat Nani yang diacuhkan begitu saja oleh Nadia membuat batin dan hati Farida terenyuh. Ia pun memaksa tubuhnya untuk bangkit dan menghampiri Nani yang masih bersimpuh di tanah.Meski punggung tangan Farida telah berdarah tapi ia tak mempedulikannya, ia tetap berjalan menghampiri Nani."Ibu nggak kenapa-kenapa, kan, Bu?" tanya Farida pada Nani
Hari-hari terus berlalu, tanpa terasa sudah 3 bulan berlalu setelah pernikahan Adam dan Santi terjadi. Pagi itu Nadia dan Hardi sudah pergi untuk melakukan aktivitasnya seperti biasa sementara Santi sudah sibuk mengurusi anak tirinya yaitu Tasya."Tasya, Tasya makan dulu, ya, Sayang," ucap Santi dengan nada suara yang lembut.Tapi ekspresi wajahnya seketika berubah melihat respon yang diberikan oleh Tasya. Tasya menggelengkan kepalanya saat Santi memintanya untuk makan."Tasya nggak mau makan! Tasya mau ketemu sama ibu!" Teriak Tasya pada Santi.Santi pun membulatkan kedua matanya. Ia merasa sudah mulai lelah menghadapi Tasya yang masih terus menyebut-nyebut Farida meski sudah berbulan-bulan ia mengurusnya."Tasya! Kamu harus makan! Aku sudah capek-capek bangun pagi untuk memasak makanan ini untukmu jadi kamu harus makan!" Tangan Santi mencengkram kuat lengan tangan Tasya.Seketika Tasya pun mengasuh kesakitan dan menangis. "Awww sakit, Bu. Lepaskan," rengek Tasya memberontak tapi sa
"Tidak, Pak. Aku tidak akan mempermasalahkan hal ini lagi," ucap Farida sembari menyodorkan map cokelat yang telah ia baca.Tampak Hardi yang bingung dengan sikap Farida yang dirasa telah berubah.Kedua alis Hardi hampir tertaut dan saling bersentuhan satu sama lain. Pikirannya masih terus menebak penyebab Farida kini berubah."Kenapa sekarang kamu beribah begini, Farida. Bukankah kemarin kamu yang menggebu-gebu ingin mendapatkan hak asuh Tasya."Farida terdiam di hadapan Hardi membuat ia semakin kebingungan."Aku tahu kemarin aku yang terlalu menggebu-gebu ingin mendpatkan Tasya tapi setelah aku pikir-pikir lagi sepertinya itu memang yang terbaik untuk Tasya.""Lalu bagaimana dengan usahaku selama ini? apakah kamu tidak memikirkan itu semua? aku sudah susah payah mendapatkan surat pengalihan hak asuh ini.""Aku minta maaf, Pak. Tapi aku tidak mau memaksa lagi untuk Tasya bisa bersamaku. Biarlah dia bahagia dengan ayahnya yang bisa memberinya kebahagian.""Apa kamu yakin dengan keputu
Hardi masih mengintai ke arah rumah Farida meski keadaan di sana telah sunyi bahkan setelah Farida memutuskan untuk masuk ke dalam rumah menemani Nani."Loh itu kan bapak, ngapain dia di sini, ya? terus ngapain dia ngintai rumah Farida seperti itu?" tanya Nadia pada dirinya sendiri. Rasa penasaran pun mulai timbul di dalam hatinya.Beberapa menit Nadia telah mengawasi Hardi yang masih tampak mengintai rumah Farida hingga rasa penasaran di dalam hatinya tak bisa ia bendung lagi.Nadia berjalan menghampiri Hardi yang masih membelakanginya. Tampak Hardi yang berdiri bersembunyi di balik rumpun pohon pisang."Bapak ngapain di sini?" tanya Nadia mengejutkan Hardi.Sontak Hardi pun amat terkejut hingga membalikkan badannya dan melihat Nadia yang sudah berdiri tegak di belakangnya.Dengan cepat Hardi pun menyembunyikan map cokelat yang ia pegang ke belakang tubuhnya."I-ibu kok bisa ada di sini?" tanya Hardi yang masih syok melihat Nadia di depannya."Harusnya aku yang tanya ke bapak. Kenapa
Malam harinya saat keluarga Nadia tengah menikmati hidangan makan malam. Dari kejauhan Santi hanya bisa menatap.Belum lama pernikahannya dengan Adam terjadi, kini perubahan sikap dari keluarga Nadia sudah mulai ia rasakan."Sial! Bisa-bisanya mereka nggak ada satupun yang peduli sama aku. Bahkan mas Adam pun nggak mengajak aku untuk makan malam," batin Santi sangat kesal.Tubuhnya terasa sakit dan tangannya pun masih terasa perih karena pukulan dan siksaan dari Nadia padanya. Namun, meski begitu tak menyurutkan niatnya yang tengah menatap keluarga Nadia dari kejauhan."Ini Tasya makan yang banyak, ya, Sayang. Tambah lagi ayam gorengnya." Nadia mengambil ayam goreng bagian paha lalu menaruhnya ke piring Tasya sembari tersenyum."Iya Tasya, Tasya harus makan yang banyak ya," timpal Adam."Loh ini Santi nggak ikut makan malam sama kita?" tanya Hardi tiba-tiba saat menyadari ketiadaan Santi di tengah-tengah mereka."Jangan sebut nama itu lagi. Aku tidak mau mendengar nama wanita jahat it
Bruk.Koper yang dibawa oleh Nadia dilempar hingga jatuh dan menghantam ubin berwarna putih."Pergi dari sini! Aku tidak mau melihat bapak lagi! Bisa-bisanya bapak mengkhianati aku seperti ini!" Dengan keras Nadia mengumpat Hardi hingga membuat Adam dan Santi yang mendengar suara riuh di ruang tengah lantas keluar bersamaan.Begitu juga dengan Tasya yang mendengar nada tinggi Nadia pun ikut keluar.Mereka langsung disuguhkan dengan pemandangan yang sangat dramatis dimana Hardi tengah bersujud di hadapan Nadia dan meminta maaf padanya."Maafkan bapak, Bu. Maafkan aku karena sudah melakukan itu padamu. Aku sangat menyesal." Hardi menjatuhkan buliran air matanya di hadapan Nadia.Namun, Nadia yang sudah telanjur marah justru menghempas kuat tubuh Hardi hingga tersungkur ke lantai."Minta maaf bapak bilang? Apa bapak lupa apa yang sudah bapak katakan tadi di hadapanku? Bapak bilang melakukan semua ini untuk Farida, kan? Wanita yang bapak cintai."Seketika Adam pun terbelalak saat mendenga