Setelah Feri pergi dari rumahnya, Farida kembali melanjutkan pekerjaannya di dalam rumah. Nani yang saat itu sedang memasak pun lantas berhenti dan menghampiri Farida."Apa nak Feri sudah pulang?" tanya Nani sembari mengemasi bekas masaknya saat itu. Kulit-kulit bawang dibuang ke tempat sampah."Sudah Bu," jawab Farida sembari tersenyum.Dengan wajah tampak serius, Nani berjalan menghampiri Farida yang saat itu tengah menyiapkan makanan untuk makan mereka."Farida, ibu ingin bicara denganmu," ucap Nani lalu duduk di kursi meja makan.Farida melirik ke arah Nani yang tampak sangat serius menatap ke arahnya membuatnya penasaran.Farida pun ikut menarik kursi di depannya dan duduk menghadap ke arah Nani. Batinnya mencoba menebak-nebak apa yang akan dikatakan oleh Nani."Apa kamu menyukai nak Feri?" tanya Nani.Farida pun menarik panjang napasnya. Kepalanya menunduk menatap jari-jemari tangannya yang ada di atas pahanya."Entahlah, Bu. Aku juga masih bingung. Sebenarnya aku ingin mencoba
Rupanya Nadia tidak main-main dengan kata-katanya. Pagi ini ia sudah berdandan sangat rapi dan siap untuk pergi ke perkebunan.Wajah sinisnya melirik ke arah Santi yang tengah menyiapkan sarapan pagi itu. Sementara Adam dan Tasya tak terlihat batang hidungnya."Dimana Adam? Apa dia belum bangun?" tanya Nadia sinis. Ia meletakkan tasnya di atas meja dan melirik kesana-kemari mencari Adam."Iya, Ma. Mas Adam belum bangun, semalam dia nggak bisa tidur seperti ada yang dipikirkan. Mungkin karena itu sekarang dia belum bangun.""Halah, biasanya juga belum bangun," sela Nadia dengan wajah ketusnya.Santi pun kemudian terdiam mendengar ucapan Nadia yang sangat ketus dan juga datar. Ia lebih memilih untuk fokus menyiapkan makanan."Bangunkan Adam sekarang!" Pinta Nadia tanpa menoleh ke arah Santi."Emmm t-tapi, Ma. Mas Adam pasti marah kalau tidurnya diganggu," jawab Santi ragu-ragu.Ia tahu bahwa Nadia paling tidak suka dibantah. Namun, Santi tak punya pilihan lain, ia pun tak mau Adam marah
"Fer, ayo dong bawa ibu ke rumah calon kamu. Ibu janji nggak akan aneh-aneh, cuma mau kenal dan ngobrol-ngobrol aja sama dia, kok," pinta Ratna pada Feri."Besok ya, Bu," jawab Feri."Tidak mau! Pokoknya ibu mau sekarang." Ratna kekeh meminta bertemu dengan Farida membuat Feri akhirnya kalah untuk menjanjikan hari lain pada Ratna.Akhirnya mereka pun bersiap-siap untuk pergi ke rumah Farida. Tampak Ratna yang tersenyum semringah saat akan pergi ke rumah Farida."Kita jangan datang dengan tangan kosong, dong, Fer. Kita harus bawakan sesuatu untuk mereka," ucap Ratna memukul Engan tangan Feri."Bawa apa ya, Bu. Aku bingung," ucap Feri menggaruk kepalanya yang tak gatal."Apa ya." Ratna ikut berpikir. "Itu saja," ucap Ratna menunjuk kue di dalam etalase toko milik Feri."Ibu benar juga." Feri pun lalu masuk dan mengambil kue itu lalu membungkusnya dengan sangat rapi.Tak lama mereka pun pergi ke rumah Farida menggunakan sepeda motor milik Feri yang biasa ia pakai sehari-hari. Tak sampai
Tanya masih terus memanggil-manggil nama Farida hingga membuat Adam tak tega."Ma, gimana kalau kita bawa Farida ke sini. Aku yakin kalau Tasya bertemu dengan Farida, dia akan membaik," ucap Adam akhirnya memberanikan diri untuk membawa Farida bertemu dengan Tasya."Tidak, Dam. Aku tidak setuju! Kamu kan tahu kalau aku sangat membenci wanita itu," tolak Nadira tegas."Tapi kita tidak mungkin membiarkan Tasya seperti ini terus, Ma." Adam menoleh ke arah Tasya yang masih terus memanggil Farida."Pokoknya aku tidak mau kalau sampai wanita itu ke sini! Lagipula memangnya kamu tahu dimana wanita itu berada?" tanya Nadia dengan raut menginterogasi.Adam yang saat itu keceplosan ingin membawa Farida kembali pun merasa bingung dan juga panik. "Duh gimana ini, aku keceplosan, lagi," batin Adam bingung."Dam, jawab aku! Apa kamu tahu dimana keberadaan Farida?" tanya Nadia lagi."Emmm i-itu anu, Ma. Sebenarnya aku tidak tahu dimana dia tapi jika Mama mengizinkan aku membawa Farida ke sini maka
"Aku adalah pria yang ingin menjalin hubungan dengan Farida," ucap Feri dengan sangat percaya diri.Bak disambar petir, tubuh Adam seketika lemas tak berdaya. Ia seperti tak memiliki harapan lagi untuk mendekati Farida dan mendapatkannya."Apa itu benar, Farida?" tanya Adam meminta sebuah jawaban dari mulut Farida."Itu tidak penting sekarang, Mas. Sekarang yang terpenting adalah keadaan Tasya dan kita harus segera menemuinya," celetuk Farida.Semua yang ada di sana pun terdiam. Tampak sangat jelas raut wajah Farida yang sangat gelisah dan juga panik saat itu. Mereka semua tahu apa yang sedang Farida rasakan. Bagaimanapun juga Nani dan Ratna adalah seorang ibu."Feri, ayo kita pulang. Ibu tidak akan merestui hubungan mu dan juga Farida, jadi lebih baik sekarang kita pulang saja dan lupakan tentang lamaran mu padanya," ucap Ratna dengan wajah kesal. Tangannya menarik paksa tangan Feri agar segera meninggalkan rumah Farida meski gerimis masih belum berhenti."T-tapi, Bu ...." Feri menah
"Jangan hari ini ya, Tasya. Lain kali saja." Adam mencoba menjanjikan kepada Tasya. Sementara Farida tak bisa berkata apapun karena ia tak bisa memaksa untuk menginap di rumah Nadia. Ia tahu bahwa Nadia pasti tidak akan mengizinkannya.Kemudian tatapan Adam beralih kepada Farida yang saat itu tengah duduk di pinggiran ranjang, tepat di samping Tasya. "Farida, kamu hanya punya waktu satu jam. Setelah itu Mama meminta kamu untuk segera pergi dari sini," ucap Adam pada Farida.Farida pun terhenyak. Ia tak habis pikir pada Nadia yang memberikannya waktu satu jam saja untuk melepaskan kerinduannya pada Tasya."Satu jam, Mas? Aku ini ibu kandungnya Tasya, kenapa harus dibatasi begini sih." Farida tak terima."Aku tahu kamu ibu kandungnya Tasya, tapi ini rumah Mama dan dia berhak untuk menentukan berapa lama kamu di sini tapi kamu jangan khawatir. Lain kali aku akan membawa Tasya ke rumahmu agar bisa menginap di sana jadi kalian bisa lebih leluasa untuk melepas rindu," ucap Adam."Lagipula
Pagi harinya Farida merasa tak enak badan karena semalam hujan-hujanan saat pulang dari rumah Nadia.Tiba-tiba Nani masuk ke dalam kamar Farida dengan membawakannya teh hangat. Ia lalu duduk di samping ranjang sembari menatap Farida."Seharusnya, Bu Nadia tidak sejahat ini padamu. Bisa-bisanya dia mengusir mu meski di luar sedang hujan. Kan, kamu jadi sakit begini," ucap Nani sedikit menggerutu."Sudahlah, Bu, tidak apa-apa kok. Lagipula mana mungkin dia mengizinkan aku untuk menginap di rumahnya," jawab Farida.Farida pun bercerita kejadian Adam dan Santi semalam. Menurutnya ada sesuatu yang aneh diantara mereka berdua.Ternyata Nani pun memiliki perasaan yang sama dengannya. Keduanya curiga bahwa mereka sudah tak saling cinta."Jangan-jangan itu alasannya nak Adam mendekatimu lagi. Dia ingin menjadikanmu pelampiasan bukan ingin kembali karena dia masih mencintaimu," ucap Nani melontarkan kecurigaan di dalam hatinya."Kalau itu aku nggak tahu, Bu tapi yang pasti aku merasa kalau kedu
Nadia pulang dengan membawa map cokelat di tangannya. Seketika kedua matanya tertuju pada Adam yang tengah duduk di sofa sembari memainkan ponselnya. Tangannya sesekali menyomot cemilan di atas meja dan memakannya."Oh rupanya kamu di sini." Nadia berjalan menghampiri Adam dengan kedua mata membulat sempurna."M-mama ... Mama sudah pulang." Adam langsung bangkit dari duduknya dan mematikan ponselnya."Aku dari tadi menunggumu di perkebunan, kamu malah enak-enakan di sini.""A-aku tadi ada urusan, Ma.""Urusan apa?" sela Nadia penuh amarah."Aku kan sudah bilang padamu kalau usaha kita ini sedang pailit jadi kamu harus bekerja, kenapa kamu malah malas-malasan begini." Nadia menumpahkan semua rasa kesal dan marahnya pada Adam.Sementara di tengah percekcokan yang terjadi antara Adam dan Nadira, diam-diam Tasya mengintip keduanya dari pintu kamarnya."Kamu lihat ini! Aku dan bapak sudah resmi bercerai dan sekarang usaha kita juga sedang tidak baik-baik saja. Apa kamu masih mau seperti in