Pagi ini Adam sudah bangun dan langsung bersiap-siap untuk pergi ke perkebunan. Ia pun langsung menuju ke meja makan tapi ia tercengang melihat meja yang masih kosong."Loh kok belum ada makanan, sih," batin Adam.Ia melirik ke kanan dan ke kiri hingga terlihatlah Nadia yang baru saja keluar dari dalam kamar sembari membenahi sanggul yang dipakainya."Bagaimana? Kamu sudah siap?" tanya Nadia."Iya Ma," jawab Nadia pelan."Nah kalau gini kan enak dilihat. Pagi-pagi sudah rapi dan siap berangkat kerja. Ya sudah kalau begitu kamu berangkat sekarang," ucap Nadia."T-tapi, Ma. Apa tidak ada sarapan?" tanya Adam mengernyitkan keningnya.Nadia pun melirik sekilas ke atas meja yang masih tampak kosong. Tak lama ia tertawa kecil kepada Adam membuatnya keheranan."Oh ini ... Ya sudahlah nggak apa-apa. Nggak sarapan sehari nggak apa-apa, kan? Tadi Mama bangun kesiangan jadi nggak sempat mau masak," ucap Nadia."Terus nanti Tasya makan apa, Ma?" tanya Adam."Nanti biar Mama belikan saja makanan u
Ratna dan Feri pun membawa Farida ke rumah mereka. Dengan penuh kesabaran, Feri menjaga Farida hingga ia terbangun."Akh, aku ada dimana ini?" tanya Farida sembari memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing. Matanya sesekali terpejam merasakan pusing yang teramat sangat."Kamu ada di rumahku, Farida. Tadi kamu pingsan jadi aku bawa saja ke sini," jawab Feri.Perlahan Farida pun bangun dan mengubah posisinya menjadi duduk. Tak lama masuklah Ratna menemui keduanya. Tangannya tampak membawa sesuatu."Kamu sudah sadar, Farida?" tanya Ratna. Kali ini nada suara Ratna terdengar sedikit lembut dari sebelumnya."Iya sudah, Bu," jawab Farida pelan."Ini ibu buatkan kamu teh hangat. Diminum dulu ya supaya kamu bisa lebih enakan." Ratna memberikan segelas teh hangat yang ia bawa.Farida pun menerima teh hangat yang dibuat oleh Ratna untuknya."Terima kasih banyak, ya, Bu. Maaf aku jadi merepotkan ibu," ucap Farida."Kamu nggak ngerepotin ibu kok," ucap Ratna sembari menatap Farida yang tengah
Farida pun meminta Tasya untuk masuk ke dalam rumah agar tak mendengar percakapannya dengan Adam dan juga Feri.Tasya yang menurut pun langsung berlari ke dalam rumah dan disambut oleh Nani."Jadi tadi kamu sudah ke sini, Mas?" tanya Farida."Iya. Tadi aku ke sini karena aku ingin bertemu denganmu tapi kamu tidak ada dan ternyata kamu sedang bersama laki-laki ini," ucap Adam melirik ke arah Feri.Feri masih membungkam mulutnya dan tak mengatakan sepatah kata apapun untuk menjawab ucapan Adam padanya."Iya, Mas. Aku memang menemui mas Feri tadi. Ada hal yang harus aku katakan padanya," jawab Farida."Kamu ngapain sih, Farida. Masih aja mau deket sama laki-laki ini! Apa kamu nggak ingat bagaimana ibunya memperlakukan kamu kemarin malam." Adam mencoba mengingatkan Farida akan kejadian malam itu."I-itu hanya kesalahpahaman saja, Mas. Sekarang aku dan mas Feri sudah baik-baik saja kok," jelas Farida.Adam semakin tak terima mendengar perkataan dari Farida. Dalam hatinya merasa sangat tak
Setelah menyerahkan Tasya pada Farida, kini saatnya Adam pulang kembali ke rumah.Sepanjang perjalanan Adam terus menciumi tangannya yang terlah bersentuhan dengan Farida.Dengan perlahan, Adam menekan kenop pintu dan mendorong pintu untuk masuk ke dalam rumah.Betapa terkejutnya ia karena melihat Nadia yang tengah duduk di atas sofa sembari memainkan ujung jarinya."Duh, Mama udah pulang, lagi. Aku harus jawab apa ya kalau sampai dia bertanya tentang Tasya," batin Adam bingung.Adam pun memberanikan dirinya untuk melangkahkan kakinya masuk dan mendekati Nadia yang masih bungkam tak bersuara."M-mama sudah pulang?" tanya Adam basa basi."Mana Tasya?" tanya Nadia tanpa ekspresi."Oh emmm T-tasya ....""Kamu memberikan Tasya pada wanita itu?" tanya Nadia lagi dengan nada suara datar."Duh gimana ini. Kayaknya Mama marah banget deh sama aku," batin Adam melirik ke arah Nadia yang masih menekuk wajahnya."Jawab aku, Adam!" Teriak Nadia tiba-tiba.Adam pun terkejut mendengar teriak Nadia y
"Ibu tolong Tasya," teriak Tasya sembari menangis terisak."Bu tolong tahan, Mas Adam! Jangan biarkan dia membawa pergi Tasya," ucap Farida pada Nani.Nani pun kang berdiri dan hendak merebut Tasya dari Adam tapi tubuhnya yang sudah tua sangat mudah disingkirkan oleh tangan kekar Adam.Brukkkkk.Tubuh Nani pun seketika ambruk di lantai tak tahu dari Farida. "Ibu!!!!!" teriak Farida keras saat kedua matanya melihat Nani ambruk ke lantai tepat di depan matanya."Kamu jahat, Mas! Bisa-bisanya kamu melakukan ini pada kami," ucap Farida berusaha menggapai tubuh Nani."Maafkan aku, Farida. Aku terpaksa melakukan ini semua. Sekali lagi aku minta maaf," ucap Adam lalu pergi meninggalkan Farida dan Nani dengan membawa Tasya secara paksa."Tasya!!!!" Farida hanya bisa berteriak keras memanggil namanya saat Adam telah membawa Tasya pergi darinya.Suara tangisan Tasya bahkan masih terdengar jelas di telinganya tapi Farida tak bisa berbuat apapun untuk mengambil alih Tasya satu tangan Adam saat i
Keesokannya Nadia telah menyiapkan sarapan. Semua masakan yang telah ia masak tersedia di atas meja.Adam keluar dari kamar dengan penampilan yang sudah sangat rapi dan langsung menghampiri Nadia."Wah, Mama masak enak, ya?" tanya Adam sembari menarik kursi miliknya."Iya, Mama masak enak pagi ini," jawab Nadia yang masih sibuk menata masakannya di atas meja."Oh iya Tasya belum keluar dari kamar, ya Ma? Biar aku panggil deh," ucap Adam menghampiri Tasya yang masih ada di dalam kamarnya."Tasya, Tasya sudah bangun? Yuk kita sarapan sama Oma," ajak Adam pada Tasya yang masih duduk di atas ranjang sembari bermain boneka.Tiba Tasya menggelengkan kepalanya pada Adam. "Nggak, Yah. Tasya nggak lapar. Tasya cuma mau makan masakan ibu Farida saja," jelas Tasya."Tapi Tasya, ibu Farida kan nggak ada di sini. Kalau Tasya nggak makan masakan Oma terus Tasya mau makan apa? Masa Tasya nggak mau makan," ucap Adam membujuk."Taysa tetap nggak mau makan, Yah." Tasya menutup mulutnya dengan telapak t
Adam termenung sembari menatap para pekerja yang tengah sibuk memetik teh.Pikiran Adam terus teringat akan perkataan Nadia padanya. Rasanya ingin sekali Adam tak ingin menikah dengan orang lain selain Farida."Nggak! Aku nggak bisa gini terus. Aku harus tahu keputusan Farida yang sejujurnya. Apa dia benar-benar tidak ingin kembali lagi denganku," ucap Adam.Tanpa ragu, ia pun langsung bangkit dan pergi meninggalkan perkebunan. Padahal Adam baru setengah jam duduk mengamati para pekerja di perkebunan.Adam kemudian berjalan meninggalkan pohon lindung tempatnya berteduh dari teriknya panas matahari. Adam langsung menuju ke rumah Farida.Tanpa ragu, Adam langsung mengetuk pintu rumah Farida dan keluarlah Farida untuk membukakan pintu."K-kamu! Mau apa lagi kamu ke sini," ucap Farida dengan nada ketus dan wajah yang ia palingkan dari tatapan mata Adam."Ada yang ingin aku katakan padamu, Farida," ucap Adam."Tidak perlu, Mas. Tidak ada lagi yang perlu kamu katakan padaku. Aku sudah cuku
Dengan tubuh yang masih basah kuyup karena hujan yang mengguyurnya. Nadia menarik tangan Adam hingga mendekati seorang gadis cantik yang terlihat masih sangat muda.Tatapan Adam seketika itu menyipit menatap gadis itu tanpa gairah sedikitpun meskipun ia terlihat sangat cantik dan manis.Tak lama, Adam memutarkan bola matanya malas dan membuang wajahnya dari tatapan gadis di depannya."Dam, kenalkan ini namanya Gladis. Dia anak teman Mama," ucap Nadia menjelaskan. Namun Adam meresponnya dengan datar dan tak bersemangat."Ya sudah Adam mau ke kamar dulu, ya. Mau ganti baju," ucap adam yang seketika itu juga meninggalkan Nadia bersama dengan gadis itu.Adam melangkahkan kakinya dengan lemas dan langsung menuju ke dalam kamarnya."Anak itu benar-benar tidak sopan. Dia tidak tahu apa, siapa Gladis," batin Nadia menggerutu. Telapak tangannya menegrtaj kuat menahan rasa marah pada Adam saat itu."Emmmm Gladis, maaf ya. Sepertinya Adam sedang capek karena baru pulang kerja. Maafkan sikapnya y