Share

Suamiku Menyesal Menceraikanku
Suamiku Menyesal Menceraikanku
Author: RENA ARIANA

Bab 1

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

 

 

"Aku sadar! Aku bukanlah perempuan yang menarik di matamu. Aku hitam! Aku jelek! Aku tak pandai berhias seperti teman-temanmu di kantor! Tapi aku mohon sama kamu! Tolong jangan bandingkan aku dengan mereka. Aku sadar, aku perempuan kampung! Miskin! Gaptek! Lebih cocok jadi pembantumu! Aku sadar, Mas! Tidak perlu kamu ingatkan aku berulang kali! Salahku apa? Aku mengurusmu! Mengurus anak-anak! Melayanimu! Kenapa itu tidak cukup di matamu? Apa salahku? Jika memang ada perempuan lain, tolong jangan kau cari kesalahanku, Mas! Aku punya hati juga punya perasaan," ucapku panjang lebar pada Mas Tama.

 

"Bukan seperti itu! Tapi aku ingin istri yang cantik dan berprofesi sebagai wanita karir! Bukan istri yang kucel selalu sibuk dengan pekerjaan rumah! Kamu bisa mencari pembantu! Aku ini seorang direktur Hany! Kamu harus bisa mengimbangi penampilanku supaya kamu tidak membuatku malu jika kuajak bertemu rekanku! Istri Reza sama sepertimu! Dia mengurus rumah tangga, tpi dia masih bisa menjaga penampilannya. Memanjakan mata suaminya. Tahu kamu tadi aku singgah ke rumah, Reza? Istrinya terlihat cantik! Sedangkan kamu! Coba lihat penampilan kamu! Daster dan daster terus! Rambut digelung! Udah kaya emak anak lima kamu diusia yang masih terbilang muda!" hardik Mas Tama panjang kali lebar.

 

"Kenapa sih! Kamu ini semenjak jadi direktur utama gaya hidupmu jadi menggila?! Ingat dulu waktu kamu cuma karyawan biasa dan bergaji  5 juta, rumah ngontrak tapi tidak banyak protes! Sekarang, dikit-dikit bandingin aku sama istri teman-temanmu! Kamu nikah aja sama mereka!" balasku tak kalah lantang.

 

"Susahnya cuma disuruh berpenampilan rapi aja ngajak berdebat! Heran. Uang yang aku kasih ke kamu kurang?"   

 

"Aku hanya punya insting kesuksesanmu tidak akan lama karena keangkuhanmu!" Iya, aku lebih baik memiliki suami sederhana tapi tak banyak bergaya. Daripada suami kaya tapi bertingkah dan semena-mena. Lihat saja! Pasti dia akan hancur kalau tidak mau berubah. Mungkin aku jahat karena mendoakan suami agar kesuksesannya tidak bertahan lama. Tapi bagaimana lagi, aku muak dengan sikapnya yang selalu protes. Padahal daster yang kukenakan juga tidak jelek. Daster mahal yang kubeli di online. Wajahku tidak kucel, meski tanpa polesan make up, wajahku terlihat bersih dan cerah. Kenapa di mata Mas Tama aku ini selalu salah? 

 

Namaku Hany, usiaku menginjak 25 tahun. Gadis desa yang kebetulan menikah dengan orang kota. Pendidikanku hanya lulusan SMP. Sedangkan suamiku sarjana. Mas Tama yang meyakinkan aku supaya mau menikah dengannya. Meski awalnya ragu, tapi karena dia pandai merayu aku pun mau dipersunting dengan mahar sederhana. Cukup dengan uang dua juta rupiah, Mas Tama bisa membuatku menjadi istrinya. Aku menjadi istri seorang mahasiswa semester akhir. Pernikahan berlangsung sederhana. Keluarga Mas Tama juga tidak hadir dengan alasan tidak punya uang. Orang tuaku memaklumi. Mereka mendukung keinginanku untuk menikah dengan Tama. Yang membuat Ayah serta Ibu merestui, yaitu karena melihat kegigihan Mas Tama. Dia kuliah di kotaku dengan biaya yang dia hasilkan sendiri dari hasil mengojek online. Sabtu Minggu dia kuliah, senen sampai Jumat ngojek. 

 

Singkat cerita, akhirnya Mas Tama pun lulus kuliah dengan nilai yang cukup bagus. Dia memboyongku ke Jakarta. Sampai Jakarta, dia memperkenalkan aku pada keluarganya. Ipar cowok sangat ramah. Tapi, Ibu mertua dan ipar cewek terlihat sinis seperti tidak menyukaiku. Diajak salaman aja antara mau dan ogah. Tepatnya, ogah-ogahan. Karena perasaan tidak enak, kuutarkan pada Mas Tama, sehingga dia pun mengajakku mencari kontrakan. Allhamdullillah, setelah seharian  mengitari kota Jakarta, kami mendapatkan kontrakan sepetak. Tinggallah kami di sana.

 

Mas Tama mulai mendapat pekerjaan. Karena kegigihan dan kejujuran serta prestasi yang dihasilkan, Mas Tama diangkat menjadi direktur perusahaan. Kebetulan pemilik perusahaan itu, anaknya masih kuliah. Sementara jabatan direktur dipercayakan pada Mas Tama. Semakin kesini keuangan semakin membaik. Dari rumah sepetak, kami bisa pindah ke rumah besar yang Mas Tama beli dari hasil gajinya. 

 

Menginjak usia pernikahan 3 tahun, aku dikaruniai sepasang anak kembar. Akupun mulai menikmati moment menjadi seorang Ibu.  Jadi dari awal aku memang tidak ada bakat untuk menjadi wanita karir. Tapi kalau bakat menjadi pembantu, aku lancar jaya. Menginjak usia pernikahan yang kelima, Mas Tama mulai memperotes penampilanku. Aku tidak tahu kenapa dia bisa seperti itu. Namun, instingku mengatakan Mas Tama tengah dekat dengan seseorang. Hanya saja aku tidak tahu karena belum mendapat bukti. Kerap kali aku mendengar, suami yang lembut bisa berubah kasar apabila memiliki wanita idaman lain.

 

"Setres kamu doain aku kaya gitu!" celetuk Mas Tama.

 

"Udah, Mas! Nggak usah kenceng-kenceng. Malu kedengaran Ibu kalau kita berantem. Ibu juga lagi sakit," ucapku meredakan amarah Mas Tama.

 

"Terserah kamu lah! Aku capek!" kesalnya seraya masuk ke kamar.

 

Ibu berencana tinggal di sini untuk sementara waktu karena dia harus rawat jalan. Kasihan kalau harus di kampung sendirian karena sedang sakit. 

 

"Han, kamu berantem sama, Tama?" tanya Ibu menghampiri. 

 

"Nggak kok, Bu. Mas Tama cuma protes sama penampilan, Hany. Iya, Hany terlalu sibuk mengurus rumah dan anak-anak jadi kurang memperhatikan penampilan," jawabku sambil mengajak Ibu duduk di sofa ruang tamu.

 

"Ada benernya ucapan suamimu, Han! Baiknya cari pembantu. Biar kamu bisa manjain mata suamimu," ujar Ibu. 

 

"Bukan seperti itu, Bu. Mas Tama kalau bayar pembantu sedikit pelit. Rumah sebesar ini melakukan banyak pekerjaan. Mana ada pembantu yang betah? Hany juga yang turun tangan. Belum lagi anak-anak rewel," ucapku masih membela diri. 

 

"Sudah berapa kali rumah ini ganti pembantu, Bu. Paling betah juga sebulan dua bulan. Hany capek carinya sampai nanya ke tukang sampah siapa tahu ada yang mau kerja di kampungnya. Tetap aja betahnya sebulan dua bulan. Hany juga bingung," keluhku. Suamiku mana mau mengerti. Yang dia inginkan sekarang ini aku tampil cantik dan bekerja dengannya di kantor. Kadang aku bingung, mana bisa aku bekerja di kantor, pengalaman saja tak punya. Yang ada salah lagi karena menghambat pekerjaannya. 

 

"Ya, udah. Istirahat yuk, Bu. Udah malam." Aku dan Ibu pun beranjak ke kamar masing-masing. 

 

"Aku sedang mencari kesalahan istriku. Tadi udah mulai kepancing lagi. Lumayan berhasil." Terdengar bisik-bisik suara Mas Tama dari dalam.

'Oh, jadi dia sengaja.' Tapi dia berbicara dengan siapa? Dan untuk apa?

 

Krek!

Pintu kubuka. Mas Tama terkejut melihat kedatanganku. 

 

"Kenapa, Mas? Kok kaget." Iseng aku bertanya.

 

"Oh, nggak apa-apa kok," jawabnya. Aku melangkah menuju cermin dan duduk di depan meja rias. Meski aku berucap jelek, hitam, kumel, kucel, saat emosi, sebenarnya aku hanya merendahkan diri supaya apa yang diucap Mas Tama, seolah aku merasakan. Padahal aku tidak seburuk itu. Bahkan jerawat pun enggan singgah di wajahku. 

 

"Mas!" panggilku.

 

"Sebenarnya masalahmu sama aku itu apa? Aku merasa nggak kucel kok. Aku dapat melihat wajahku di cermin, aku cantik. Apa karena aku suka memakai daster? Itu juga hanya di rumah. Sedangkan jika ada acara kantor, aku memakai pakaian rapi dan memanggil tukang rias. Menurutku, aku tidak membuatmu malu. Sikap kamu berubah banget akhir-akhir ini. Dulu kamu selalu memujiku cantik. Kenapa sekarang sebaliknya?" tanyaku pada Mas Tama. Setelah aku membersihkan wajah dengan toner, aku menghampiri Mas Tama. 

 

"Aku ingin, kamu berpenampilan seperti wanita karir. Aku ingin, kamu menjadi wanita karir," jawabnya membuatku terkejut.

 

"Itu nggak mungkin, Mas. Aku nggak ada pengalaman," tolakku. "Lagipula anak-anak sama siapa?" Aku kembali bertanya dengan nada pelan supaya tidak terpancing emosi.

 

"Anak-anak titip sama Ibu. Kita kasih uang aja buat imbal balik," ucap Mas Tama dengan enteng. Aku masih mencoba menahan emosi. Dia pikir Ibuku pembantu. Mengurus anak yang masih balita itu susah dan repot apalagi sampai dua.

 

"Ibuku bukan pembantu, Mas. Aku tak mungkin membiarkan itu. Anak-anak sedang masa pertumbuhan dan sangat aktif."

 

"Yayaya! Terserah kamu aja!" cetus Mas Tama lalu tidur membelakangi-ku.

 

Saat hendak memejamkan Mata, Mas Tama mengindap-indap keluar kamar.

 

"Mas! Mau kemana?" tanyaku heran.

 

"Ke pinggir kolam cari angin," ucapnya.

 

"Awas kecebur!" Aku masih berusaha menggoda meski dia sedikit kesal.

 

Akhir-akhir ini, ponselnya tidak pernah tergeletak. Kemanapun dia pergi, ponsel selalu berada di tangannya. 

 

🌿🌿🌿🌿🌿

 

Pagi ini seperti biasa, menyiapkan pakaian kerja suamiku, lalu menyiapkan sarapan di meja makan. Tak lama setelah Selesai semua, Mas Tama pun datang menghampiri di saat aku sedang menyendok sarapan untuk Ibu.

 

"Mas! Aku mau ambil sarapan buat, Ibu. Kamu sarapan sendiri ya?" ucapku seraya berlalu meninggalkan Mas Tama. Setelah aku selesai mengantar sarapan untuk Ibu, aku kembali menghampiri Mas Tama dan dia pun sudah tak ada. Saat aku berlari ke teras, Mobilnya pun tak ada. Ternyata Mas Tama sudah berangkat ke kantor.

 

*****

 

Seharian mengurus anak-anak begitu melelahkan. Membuatku tertidur sebelum kepulangan Mas Tama. 

 

Namun, tak lama aku terbangun ketika mendengar suara pintu dibuka dan suara koper dibanting. 

 

"Mas! Kamu udah pulang?" ucapku langsung bangun dan memeluknya dari belakang. 

 

"Maafkan aku, Mas. Aku ketiduran," ucapku.

 

"Awas! Aku capek!" ucapnya seraya melepaskan tanganku dari pinggangnya. 

 

Tanpa mandi, dia langsung berbaring. Kedua tangan dijadikan bantal dan matanya menerawang ke langit kamar. Terkadang dia menyunggingkan senyum. Seperti ada yang tengah ia pikirkan tapi aku tidak tahu. Malas banyak bertanya aku pun melanjutkan tidur.

 

****

 

Pagi inilah puncak kemarahannya terjadi. 

Saat aku sedang duduk di meja makan menemani Ibu yang sedang sarapan, Mas Tama datang menanyakan Jasnya. 

 

"Dimana Jasku yang berwarna coklat?" tanyanya menghampiriku di meja makan. 

 

"Maaf, Mas. Aku lupa bilang. Jasnya bolong. Waktu sedang menyetrika, anak-anak nangis dan aku lupa mendirikan setrikanya," ucapku merasa tak enak. 

 

"Kamu itu ceroboh banget sih! Apa aja nggak becus jadi istri!" Ibu yang mendengar kemarahan Mas Tama ikut bersuara.

 

"Sudah, Tama. Hany kan sudah minta maaf. Lagipula ini masalah kecil. Jangan dibesar-besarkan," ucap Ibu. 

 

"Ibu jangan ikut campur ya! Masalah kecil? Ibu bilang? Bukan hanya Itu! Dia juga lupa tanggung jawab semenjak ada Ibu di rumah ini! Dia lebih mengutamakan Ibu dari pada suaminya sendiri!" bentak Mas Tama pada Ibu. 

 

"Sudah, Mas. Cukup. Kasihan Ibu sedang sakit," ucapku.

 

"Bilang sama Ibumu jangan ikut campur lagi urusan rumah tangga kita, atau dia pergi dari rumah ini!" sentak Mas Tama.

 

"Saya ikut campur karena Hany itu anak saya, Tama!" imbuh Ibu membuat Mas Tama semakin marah. Akhirnya aku semakin tersudut. Itu memang tidak sebaiknya Ibu ucapkan. 

 

"Kalau begitu, kamu harus memilih antara aku atau Ibu!" 

 

"Mas! Mana mungkin aku harus memilih diantara kalian? Aku sayang kamu dan juga Ibu!" ucapku berharap Mas Tama akan merubah keputusannya. 

 

"Kalau gitu biar aku yang pilih! Kutalak tiga kau sekarang!" Ucapan Mas Tama seperti petir yang menyambar. Kenapa begitu mudah dia menceraikan aku? 

 

Ibu diam termenung sambil memegangi dadanya. Aku terus memohon hingga bersujud agar Mas Tama tak menceraikan aku. "Mas! Pikirkan lagi. Bagaimana nasib anak-anak." Aku terus memohon. Kupegangi kaki Mas Tama supaya tidak meninggalkan aku. Namun, iya menendangku hingga tersungkur. 

 

"Mas!" teriakku. 

 

Sebuah foto pernikahan aku dan dia, dia lemparkan di depan mukaku dan menginjaknya. 

 

"Jangan mengemis! Cepat kemasi barang-barangmu dan kita kembali ke desa," ucap Ibu.

 

Dengan berat hati aku pun keluar dari rumah suamiku. Sebab apa dia berbuat seperti itu aku tak tahu. Yang pasti, dia bahkan tak menatapku yang pergi membawa kedua buah hati kami. 

 

"Secepatnya akan kukirim surat cerai untukmu!" teriaknya selangkah setelah aku keluar dari rumah itu.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
pantas aja diceraikan krn g bisa jadi istri yg patuh dan berbakti. disuruh cari pembantu banyak alasan tapi g becus mengurus rumah. wajar klu kamu diceraikan.
goodnovel comment avatar
Sssst
dan juga udah Ngerasa suaminya berubah apa salahnya jg turuti kemauan suami toh maunya suami ingin melihat penampilan istrinya lebih cantik kan itu bagus bs mencegah suami tidak berpaling dan menjaga keutuhan RT hmm
goodnovel comment avatar
Sssst
Tp disini Hany jg salah sih , stlh menikah suami memang hrsnya yg utama.. mengurus ibu memang bakti tp seharusnya Hany bisa dong mendahulukan urusan/kebutuhan suami baru kemudian ibu.. klo ibu yg baik dan tau tanggung jgn seorang istri pasti akan mengerti..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 2

    POV TamaSebelum menuntut Hany.Bruk!Seseorang menabraku. Perempuan cantik yang wajahnya tak asing lagi untukku." Tama!" ucapnya."De … Dewi!" ucapku senang tak menyangka."Iya, aku Dewi," ucapnya. Dewi adalah temanku semasa kuliah dulu. Sudah beberapa tahun aku tidak bertemu dengannya. Mungkin semenjak aku lulus kuliah. Tidak menyangka kami bertemu di sini. Karena terburu-buru, aku pun meninggalkan sebuah kertas nama."Jangan lupa hubungi aku. Aku lagi buru-buru ada miting," ucapku sembari berlalu setelah memberikan kertas namaku.Dia sangat berbeda dari Hany. Dia terlihat cantik dan cerdas. Ah, mikir apa aku ini. Segeralah kutepis pikiran itu.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 3

    "Udah nggak ada harapan lagi buat aku balik sama, Mas Tama." Aku terus mengusap air mata yang terus berjatuhan membasahi pipi. Sakit, benci dan marah bercampur jadi satu. Secepat itu dia melupakan aku yang pernah menemaninya dari titik terendah. Apa iya, dia memang tak ada cinta lagi untukku? Aku memiliki buah hati kenangan bersamanya. Sebegitu mudah melupakan jika sudah dapat seorang pengganti. Sedangkan aku? Aku disini menyembunyikan rasa sakit yang teramat. Hanya mampu memandangi foto pernikahan dan mengingat setiap perlakuan manisnya. Ah, sakit kalau mengingatnya.Harus bagaimana aku sekarang? Melupakan tidak semudah membalikan telapak tangan. Tapi aku juga harus bangkit. Anak-anak butuh aku, dan Ibu …. Sekarang aku harus terbiasa bekerja keras menghidupi keluargaku. Ayah sudah tiada, di desa pun tak ada keluarga. Terpaksa aku harus bertahan di kota Jakarta. Jika di desa aku kerja apa? Aku tak bisa bercocok tanam. Ibu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 4

    "Kamu nangis, Han? Katanya mau tidur?" Ibu mengelus kepalaku. Sebenarnya sedikit kesa pada Ibu. Tapi aku begitu menyayanginya. Masa gara-gara dicerai sama Mas Tama aku harus menyalahkan Ibu. Seperti yang Dewi bilang."Eh, engg … enggak kok, Bu." Aku berusaha mengusap air mata. Namun, suara berdengung dan hidung yang menjadi tersumbat tak mampu menyembunyikan kebohongan."Jangan bohong sama Ibu. Kamu nangisin, Tama? Untuk apa Hany? Untuk apa menangisi suami yang hanya bisa menuntut! Jangan bodoh! Memang belagu si Tama! Dulu nikah sama kamu cuma modal dengkul dan uang dua juta. Sekarang udah sukses malah lupa daratan! Udah biarin aja nggak usah ditangisin! Nanti juga bakal nyesel sendiri kok!" ucap Ibu terdengar gemas.Aku bangun dari posisi tidur dan menghadap pada Ibu. Begitupun dengan Ibu langsung bangun

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 5

    Deg!Jantungku berdebar, pikiranku larut pada bayangan Mas Tama. Saat Reyhan menyanyikan lagu Vagetoz yang berjudul Saat kau pergi. Aku merasa lagu itu sangat tepat untuk mewakili perasaanku saat ini.Reyhan menyanyikannya penuh penghayatan. Seakan dialah yang mengalami itu. Ternyata sebuah lagu pun mampu mewakili perasaan yang dirasa seseorang."Han, Hany! Kenapa bengong?" tanya Reyhan."Lagunya sangat mewakili perasaanku, Rey," jawabku."Iyakah? Memang kamu ditinggal pergi?"tanyanya sambil menyalakan sebatang rokok."Iya. Pas lagi sayang-sayangnya. Persis sekali dengan lagu yang kamu bawain tadi." Jawabanku semakin membuatnya kepo."Jadi? Jadi? Jadi ….?" Dia ma

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 6

    Pukul lima pagi setelah shalat subuh, aku bersiap. Hanya tidur dua jam. Kalau orang lain, mungkin akan lemas. Tapi kalau aku sudah terbiasa. Entah di kantor Reyhan nanti, aku akan mengantuk atau tidak? Sepertinya si mengantuk.Sungguh, dihari pertama akan bekerja dengan Reyhan, perasaanku sangat senang dan begitu nervous."Bu, masa iya aku kerjanya cuma nemenin, Reyhan aja sih," keluhku pada Ibu."Siapa tahu kamu diajarin sesuatu. Kan kita nggak tahu," ucap Ibu."Tapi kok rasanya deg-degan gini ya, Bu?""Biasa itu, Han. Namanya juga hari pertama masuk kantor," ucap Ibu sambil membuat sereal yang dibelikan oleh Reyhan semalam.****

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 7

    POV Author"Kan aku udah bilang nggak bisa! Kamu ngeyelan banget sih dibilangin. Kalau kaya gini kan kasihan kamunya repot, Rey," ucap Hany sambil mengernyitkan kening. Semua pekerjaan tidak ada yang beres satu pun. Membuat Hany merasa tidak enak. Disuruh mencari berkas penting, tapi dia tidak mengerti berkas seperti apa. Rasanya Hany sungguh ingin menyerah."Rey, mendingan kasih kerjaan lain aja deh! Jadi tukang ngepel apa jadi tukang kopi. Apa namanya? OB kalau nggak salah. Aku bisa kalau itu. Kalau ini, otakku nggak nyampe, pusing. Aku nggak bisa, Rey," protesnya dengan bibir monyong lima cm. Terlihat putus asa dan hampir menyerah."Pelan-pelan pasti bisa! Nggak ada yang langsung bisa, semua bertahap, Hany! Kan aku ajarin. Kamu belajar dari Linda. Mulai besok, ya. Kamu belajar deh apa-apa aja yang harus kamu pelajari dari Linda. Ini nggak sehoro

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 8

    [Sudah kusiapkan tempat khusus buat kamu belajar sama Linda. Ingat, jangan banyak mengeluh, jangan crewet dan ikutin Linda! Semoga berhasil!][Nanti pukul 07.00 akan ada mobil khusus yang jemput kamu. Kamu ikut saja sama dia. Sekarang bangun dan bersiap.] Hany tersenyum melihat pesan dari Reyhan. Serasa minum susu coklat di pagi hari, sangat terasa segar dan menghangatkan perut."Hihihihi, Reyhan baik banget sih! Semoga sehat dan lancar selalu," lirihnya sambil bergagas ke kamar mandi."Han! Mandinya pelan-pelan dong. Airnya nyipret keluar ini. Semangat banget kamu ini," ucap Ibunya dari luar."Hany buru-buru, Bu. Mau sekolah lagi. Tadi abis subuh tidur lagi, eh jadi ketiduran," jawabnya sambil terus mengguyurkan air.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 9

    "Asalamualaikum." Hany mengucap salam. Dengan semangat 45, Bu Evi menjawab salam anaknya dan segera keluar. Namun, alangkah kagetnya ketika Hany datang bersama laki-laki yang sangat ia benci."Bu," sapa Tama. Bu Evi melirik sinis pada anaknya. Matanya menyimpan tanya untuk apa dia membawa laki-laki ini ke rumah. Hany mengetahui arti tatapan mata Ibunya. Namun, dia berusaha tak mengerti dengan sikap acuh ibunya. Tidak ada keramah tamahan dari Bu Evi. Yang ada hanya rasa benci di dalam hatinya."Ya ampun! Astagfirullah, ngapain, Hany sama Tama?" batin Bu Evi dalam hati."Masuk, Mas," ucap Hany. Dengan cepat, Tama pun masuk ke dalam kontrakan kecil yang ditinggali kedua anaknya."Sayang! Papa datang, Nak," ucap Tama. Kedua anaknya langsung menghambur memeluknya. T

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Akhir yang Indah

    Extra part 1POV HanySetelah acara makan malam usai dan semua orang sudah pulang, aku dan Mas Reyhan langsung masuk ke kamar. Takut-takut aku pun memberi tahu pada Mas Reyhan tentang siklus menstruasiku yang tidak lancar. Mendengar pengakuanku, Mas Reyhan terlihat panik dan memintaku untuk segera memeriksakannya ke dokter."Sekarang kamu istirahat, Sayang. Besok pagi aku temani ke dokter. Jangan panik," ucap Mas Reyhan seraya membenamkan wajahku ke dadanya."Iya, Mas." Karena merasa sangat lelah, kami pun langsung beranjak ke tempat tidur. Mas Reyhan mematikan lampu kemudian menarik tubuhku sehingga kami pun terbaring bersamaan."Sudah tidur! Pejamkan matanya!" perintah Mas Reyhan. Aku mengangguk dan langsung memeluk tubuhnya. Ku-letakan kepala di atas dadanya hingga kemudian aku pun memejamkan m

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Ending yang luar biasa

    (Semua mendapat kebahagiaannyaSejak pernikahan dua pasang pengantin yakini, Shela dan Tama, serta Riska dan Rangga, seminggu setelahnya, resmi juga pasangan Hana dan Ridho sebagai sepasang suami istri yang sah. Kini tidak terasa pernikahan mereka sudah hampir berjalan satu bulan. Pernikahan Ridho dan Hana cukup sederhana dan hanya mengundang karabat terdekat. Ini semua pun atas permintaan Hana, dan setelah menikah, Ridho tinggal di rumah orang tua Hana. Sebab, Ridho sendiri sudah tidak memiliki orang tua dan hanya tinggal bersama Paman dan bibinya yang tak lain kakak dari Ayah Tama.Kini setelah menikah, Ridho kembali disibukkan dengan menjalankan bisnis tour and travel-nya yang semakin rame semenjak menikah dengan Hana. Sebab, tour and travel milik Ridho, dibantu promo khusus oleh keluarga besar Reyhan. Bahkan agar melihat bisnis Ridho semakin maju, mereka tidak segan-segan menyumbang sebuah ide yang membuat bisnisnya sem

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 52

    Sebelumnya….Derrrtttt …!Ponsel Shela berdering. Shela pun mengangkatnya."Apa?!" ucap Shela tersentak saat mengangkat panggilan itu. Matanya mendelik tajam, giginya menyatu sehingga mengeluarkan bunyi gemeretak. Sebelah bibirnya pun menyungging sinis seakan penuh kepuasan. Sedangkan semua orang menatap aneh sambil menunggu penjelasannya….🌟🌟🌟🌟"Ada apa, Shel? Siapa yang telepon?" tanya Tomo."Mas Tama, Om," jawab Shela. "Manusia laknat yang membuat Mama meninggal, ditangkap pol

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 51

    Lamaran 3Semua keluarga besar Reyhan akan kembali disibukkan dengan persiapan acara lamaran Rangga esok pagi. Setelah Shela dan Tama, menyusul Rangga dan Riska. Semua orang juga masih berada di rumah Jaya Utomo, termasuk Septa yang masih setia di sisi Hana. Sedangkan Riska, sudah pulang membantu Ibunya bersiap untuk menyambut kedatangan mereka.Dari sore hari setelah kepulangan keluarga Tama sampai hampir masuk waktu maghrib, semua orang masih asyik bergurau. Hingga pada akhirnya terdengar suara azan maghrib yang membuat mereka segera bergegas untuk melaksanakan shalat Maghrib berjamaah.⭐⭐⭐Selesai melaksanakan shalat Maghrib, mereka menunggu waktu shalat isya. Setelah itu, baru semua orang menikmati makan malam bersama. Hanya ada satu perempuan yang ti

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 50

    Berbagai macam hidangan kue-kue sudah tertata rapi di meja ruang tamu untuk menyambut kehadiran Tama dan keluarga besarnya. Shela tidak bisa duduk dengan tenang. Hatinya sangat gelisah, tidak menyangka kalau dia akan menikah dengan Tama. Betul-betul tidak pernah terpikir oleh Shela sebelumnya. Mengapa dia bisa mencintai duda tampan ber-anak dua itu, dan yang paling parah, duda itu mantan suami istri sepupunya. Terkadang, ia ingin sekali tertawa bila mengingatnya. Sama seperti Shela, Tama pun merasakan hal yang sama. Meski sudah dua kali menikah, dia tetap merasa deg-degan.⭐Para perjaka dan gadis di ruang tamu semuanya bersikap aneh. Mereka yang biasanya saling berbicara dan menyapa kini lebih banyak diamnya. Rangga yang sibuk memperhatikan Riska, membuat gadis itu tertunduk malu."Aduh, Kak Rangga n

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 49

    "REYHANNN!!! HANY!!!!" Shela berteriak kencang membangunkan sepupu dan iparnya.Tok … Tok ….!Shela terus menggedor pintu kamar REYHAN (Rey dan Hany)"Isssh, masih pagi Shela kok teriak-teriak," grutu Hany. Dirinya dan Reyhan baru saja melaksanakan shalat subuh."Buka pintunya, Han," perintah Reyhan. Hany tak menimpali. "Buka pintunya, Sayang …." Reyhan mengulang kata-katanya."Siap, Sayang," balas Hany seraya beranjak."Dasar!" lirih Reyhan tersenyum."Kenapa, Shel? Masih pagi kok teriak-teriak?""Ini, Tama dan keluarganya

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 48

    "Kok hati gue kerasa tenang ya, habis shalat," ucap Riska. Hana dan Septa mengangguk bersamaan."Aku juga ngerasain hal yang sama. Kok aku ngerasa kayak lebih adem dan lebih baik dari sebelumnya ya? Biasanya itu, yang aku rasa hawanya panas. Kalau ini beneran adem banget," balas Septa.Mereka bertiga asyik berbincang di dalam taksi yang membawanya kembali ke Jakarta. Sementara Hana lebih banyak diam dan mendengarkan curhatan kedua sahabatnya. Hana memikirkan masa depan seperti apa yang akan menyapanya mengingat dirinya bukanlah perempuan sempurna. "Aku jijik dengan tubuhku," ucapnya dalam hati. "Kira-kira masih ada laki-laki yang mau sama aku, nggak ya?" batinnya."Han, kok kamu diam saja?" tanya Septa."Em, aku nggak apa-apa kok. Aku punya ide deh, giman

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 47

    Satria dan Karina memutuskan untuk pulang ke rumah mereka hari ini juga. Mereka tidak ingin merepotkan besannya lebih lama lagi. Setidaknya mereka sudah bertemu dengan anaknya dan tahu mereka baik-baik saja, Satria dan Karina merasa lega. Keduanya merasa bersyukur, mencari Hana, justru bisa menemukan Hany. Sebelum pulang, mereka memberikan alamat rumah pada Hany dan memintanya untuk singgah di rumahnya jika memiliki waktu luang."Mama dan Papa pulang dulu, Han," pamit Karina seraya memeluk dan menciumi pipi anaknya. "Kamu jangan lupa main ke rumah Mama," lanjutnya. Hany mengangguk dan balas memeluk erat tubuh Mamanya. "Insya Allah, Hany bakal main-main ke rumah Mama."Satria masih sibuk mengecupi kedua cucunya. Rasanya berat sekali meninggalkan mereka dan masih ingin berlama-lama. "Sebenarnya, Kakek masih ingin bermain deng

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 46

    SebelumnyaSejenak Hana pun terdiam …."Gimana ini? Tak mungkin aku menghancurkan, Adikku. Maafkan Kakak, Dek. Mungkin karena Kakak tertarik padanya, pemikat yang ada di diri Kakak mampu menarik perhatiannya. Tapi Kakak tidak akan merusak kebahagiaan kalian. Tidak akan," tegas Hana dalam hatinya.🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿Setelah mengetahui kalau Reyhan adalah suami Hany, Hana tak lagi mau menatap Reyhan dengan mata nakalnya. Dia lebih memilih untuk menghindar. Sebab, semakin Hana menatap mata Reyhan dan Reyhan balas menatapnya, maka Reyhan akan semakin terpengaruh oleh pesona wajah Hana yang terlihat cantik di matanya. Oleh sebab itu Hana menghindarinya. Susuk pemikat yang Hana pasang di sekitaran dahi dan alis, menambah karisma dan membuat wajahnya terlihat lebih menarik. Terutama

DMCA.com Protection Status