POV TamaSebelum menuntut Hany.Bruk!Seseorang menabraku. Perempuan cantik yang wajahnya tak asing lagi untukku." Tama!" ucapnya."De … Dewi!" ucapku senang tak menyangka."Iya, aku Dewi," ucapnya. Dewi adalah temanku semasa kuliah dulu. Sudah beberapa tahun aku tidak bertemu dengannya. Mungkin semenjak aku lulus kuliah. Tidak menyangka kami bertemu di sini. Karena terburu-buru, aku pun meninggalkan sebuah kertas nama."Jangan lupa hubungi aku. Aku lagi buru-buru ada miting," ucapku sembari berlalu setelah memberikan kertas namaku.Dia sangat berbeda dari Hany. Dia terlihat cantik dan cerdas. Ah, mikir apa aku ini. Segeralah kutepis pikiran itu.
"Udah nggak ada harapan lagi buat aku balik sama, Mas Tama." Aku terus mengusap air mata yang terus berjatuhan membasahi pipi. Sakit, benci dan marah bercampur jadi satu. Secepat itu dia melupakan aku yang pernah menemaninya dari titik terendah. Apa iya, dia memang tak ada cinta lagi untukku? Aku memiliki buah hati kenangan bersamanya. Sebegitu mudah melupakan jika sudah dapat seorang pengganti. Sedangkan aku? Aku disini menyembunyikan rasa sakit yang teramat. Hanya mampu memandangi foto pernikahan dan mengingat setiap perlakuan manisnya. Ah, sakit kalau mengingatnya.Harus bagaimana aku sekarang? Melupakan tidak semudah membalikan telapak tangan. Tapi aku juga harus bangkit. Anak-anak butuh aku, dan Ibu …. Sekarang aku harus terbiasa bekerja keras menghidupi keluargaku. Ayah sudah tiada, di desa pun tak ada keluarga. Terpaksa aku harus bertahan di kota Jakarta. Jika di desa aku kerja apa? Aku tak bisa bercocok tanam. Ibu
"Kamu nangis, Han? Katanya mau tidur?" Ibu mengelus kepalaku. Sebenarnya sedikit kesa pada Ibu. Tapi aku begitu menyayanginya. Masa gara-gara dicerai sama Mas Tama aku harus menyalahkan Ibu. Seperti yang Dewi bilang."Eh, engg … enggak kok, Bu." Aku berusaha mengusap air mata. Namun, suara berdengung dan hidung yang menjadi tersumbat tak mampu menyembunyikan kebohongan."Jangan bohong sama Ibu. Kamu nangisin, Tama? Untuk apa Hany? Untuk apa menangisi suami yang hanya bisa menuntut! Jangan bodoh! Memang belagu si Tama! Dulu nikah sama kamu cuma modal dengkul dan uang dua juta. Sekarang udah sukses malah lupa daratan! Udah biarin aja nggak usah ditangisin! Nanti juga bakal nyesel sendiri kok!" ucap Ibu terdengar gemas.Aku bangun dari posisi tidur dan menghadap pada Ibu. Begitupun dengan Ibu langsung bangun
Deg!Jantungku berdebar, pikiranku larut pada bayangan Mas Tama. Saat Reyhan menyanyikan lagu Vagetoz yang berjudul Saat kau pergi. Aku merasa lagu itu sangat tepat untuk mewakili perasaanku saat ini.Reyhan menyanyikannya penuh penghayatan. Seakan dialah yang mengalami itu. Ternyata sebuah lagu pun mampu mewakili perasaan yang dirasa seseorang."Han, Hany! Kenapa bengong?" tanya Reyhan."Lagunya sangat mewakili perasaanku, Rey," jawabku."Iyakah? Memang kamu ditinggal pergi?"tanyanya sambil menyalakan sebatang rokok."Iya. Pas lagi sayang-sayangnya. Persis sekali dengan lagu yang kamu bawain tadi." Jawabanku semakin membuatnya kepo."Jadi? Jadi? Jadi ….?" Dia ma
Pukul lima pagi setelah shalat subuh, aku bersiap. Hanya tidur dua jam. Kalau orang lain, mungkin akan lemas. Tapi kalau aku sudah terbiasa. Entah di kantor Reyhan nanti, aku akan mengantuk atau tidak? Sepertinya si mengantuk.Sungguh, dihari pertama akan bekerja dengan Reyhan, perasaanku sangat senang dan begitu nervous."Bu, masa iya aku kerjanya cuma nemenin, Reyhan aja sih," keluhku pada Ibu."Siapa tahu kamu diajarin sesuatu. Kan kita nggak tahu," ucap Ibu."Tapi kok rasanya deg-degan gini ya, Bu?""Biasa itu, Han. Namanya juga hari pertama masuk kantor," ucap Ibu sambil membuat sereal yang dibelikan oleh Reyhan semalam.****
POV Author"Kan aku udah bilang nggak bisa! Kamu ngeyelan banget sih dibilangin. Kalau kaya gini kan kasihan kamunya repot, Rey," ucap Hany sambil mengernyitkan kening. Semua pekerjaan tidak ada yang beres satu pun. Membuat Hany merasa tidak enak. Disuruh mencari berkas penting, tapi dia tidak mengerti berkas seperti apa. Rasanya Hany sungguh ingin menyerah."Rey, mendingan kasih kerjaan lain aja deh! Jadi tukang ngepel apa jadi tukang kopi. Apa namanya? OB kalau nggak salah. Aku bisa kalau itu. Kalau ini, otakku nggak nyampe, pusing. Aku nggak bisa, Rey," protesnya dengan bibir monyong lima cm. Terlihat putus asa dan hampir menyerah."Pelan-pelan pasti bisa! Nggak ada yang langsung bisa, semua bertahap, Hany! Kan aku ajarin. Kamu belajar dari Linda. Mulai besok, ya. Kamu belajar deh apa-apa aja yang harus kamu pelajari dari Linda. Ini nggak sehoro
[Sudah kusiapkan tempat khusus buat kamu belajar sama Linda. Ingat, jangan banyak mengeluh, jangan crewet dan ikutin Linda! Semoga berhasil!][Nanti pukul 07.00 akan ada mobil khusus yang jemput kamu. Kamu ikut saja sama dia. Sekarang bangun dan bersiap.] Hany tersenyum melihat pesan dari Reyhan. Serasa minum susu coklat di pagi hari, sangat terasa segar dan menghangatkan perut."Hihihihi, Reyhan baik banget sih! Semoga sehat dan lancar selalu," lirihnya sambil bergagas ke kamar mandi."Han! Mandinya pelan-pelan dong. Airnya nyipret keluar ini. Semangat banget kamu ini," ucap Ibunya dari luar."Hany buru-buru, Bu. Mau sekolah lagi. Tadi abis subuh tidur lagi, eh jadi ketiduran," jawabnya sambil terus mengguyurkan air.
"Asalamualaikum." Hany mengucap salam. Dengan semangat 45, Bu Evi menjawab salam anaknya dan segera keluar. Namun, alangkah kagetnya ketika Hany datang bersama laki-laki yang sangat ia benci."Bu," sapa Tama. Bu Evi melirik sinis pada anaknya. Matanya menyimpan tanya untuk apa dia membawa laki-laki ini ke rumah. Hany mengetahui arti tatapan mata Ibunya. Namun, dia berusaha tak mengerti dengan sikap acuh ibunya. Tidak ada keramah tamahan dari Bu Evi. Yang ada hanya rasa benci di dalam hatinya."Ya ampun! Astagfirullah, ngapain, Hany sama Tama?" batin Bu Evi dalam hati."Masuk, Mas," ucap Hany. Dengan cepat, Tama pun masuk ke dalam kontrakan kecil yang ditinggali kedua anaknya."Sayang! Papa datang, Nak," ucap Tama. Kedua anaknya langsung menghambur memeluknya. T
Extra part 1POV HanySetelah acara makan malam usai dan semua orang sudah pulang, aku dan Mas Reyhan langsung masuk ke kamar. Takut-takut aku pun memberi tahu pada Mas Reyhan tentang siklus menstruasiku yang tidak lancar. Mendengar pengakuanku, Mas Reyhan terlihat panik dan memintaku untuk segera memeriksakannya ke dokter."Sekarang kamu istirahat, Sayang. Besok pagi aku temani ke dokter. Jangan panik," ucap Mas Reyhan seraya membenamkan wajahku ke dadanya."Iya, Mas." Karena merasa sangat lelah, kami pun langsung beranjak ke tempat tidur. Mas Reyhan mematikan lampu kemudian menarik tubuhku sehingga kami pun terbaring bersamaan."Sudah tidur! Pejamkan matanya!" perintah Mas Reyhan. Aku mengangguk dan langsung memeluk tubuhnya. Ku-letakan kepala di atas dadanya hingga kemudian aku pun memejamkan m
(Semua mendapat kebahagiaannyaSejak pernikahan dua pasang pengantin yakini, Shela dan Tama, serta Riska dan Rangga, seminggu setelahnya, resmi juga pasangan Hana dan Ridho sebagai sepasang suami istri yang sah. Kini tidak terasa pernikahan mereka sudah hampir berjalan satu bulan. Pernikahan Ridho dan Hana cukup sederhana dan hanya mengundang karabat terdekat. Ini semua pun atas permintaan Hana, dan setelah menikah, Ridho tinggal di rumah orang tua Hana. Sebab, Ridho sendiri sudah tidak memiliki orang tua dan hanya tinggal bersama Paman dan bibinya yang tak lain kakak dari Ayah Tama.Kini setelah menikah, Ridho kembali disibukkan dengan menjalankan bisnis tour and travel-nya yang semakin rame semenjak menikah dengan Hana. Sebab, tour and travel milik Ridho, dibantu promo khusus oleh keluarga besar Reyhan. Bahkan agar melihat bisnis Ridho semakin maju, mereka tidak segan-segan menyumbang sebuah ide yang membuat bisnisnya sem
Sebelumnya….Derrrtttt …!Ponsel Shela berdering. Shela pun mengangkatnya."Apa?!" ucap Shela tersentak saat mengangkat panggilan itu. Matanya mendelik tajam, giginya menyatu sehingga mengeluarkan bunyi gemeretak. Sebelah bibirnya pun menyungging sinis seakan penuh kepuasan. Sedangkan semua orang menatap aneh sambil menunggu penjelasannya….🌟🌟🌟🌟"Ada apa, Shel? Siapa yang telepon?" tanya Tomo."Mas Tama, Om," jawab Shela. "Manusia laknat yang membuat Mama meninggal, ditangkap pol
Lamaran 3Semua keluarga besar Reyhan akan kembali disibukkan dengan persiapan acara lamaran Rangga esok pagi. Setelah Shela dan Tama, menyusul Rangga dan Riska. Semua orang juga masih berada di rumah Jaya Utomo, termasuk Septa yang masih setia di sisi Hana. Sedangkan Riska, sudah pulang membantu Ibunya bersiap untuk menyambut kedatangan mereka.Dari sore hari setelah kepulangan keluarga Tama sampai hampir masuk waktu maghrib, semua orang masih asyik bergurau. Hingga pada akhirnya terdengar suara azan maghrib yang membuat mereka segera bergegas untuk melaksanakan shalat Maghrib berjamaah.⭐⭐⭐Selesai melaksanakan shalat Maghrib, mereka menunggu waktu shalat isya. Setelah itu, baru semua orang menikmati makan malam bersama. Hanya ada satu perempuan yang ti
Berbagai macam hidangan kue-kue sudah tertata rapi di meja ruang tamu untuk menyambut kehadiran Tama dan keluarga besarnya. Shela tidak bisa duduk dengan tenang. Hatinya sangat gelisah, tidak menyangka kalau dia akan menikah dengan Tama. Betul-betul tidak pernah terpikir oleh Shela sebelumnya. Mengapa dia bisa mencintai duda tampan ber-anak dua itu, dan yang paling parah, duda itu mantan suami istri sepupunya. Terkadang, ia ingin sekali tertawa bila mengingatnya. Sama seperti Shela, Tama pun merasakan hal yang sama. Meski sudah dua kali menikah, dia tetap merasa deg-degan.⭐Para perjaka dan gadis di ruang tamu semuanya bersikap aneh. Mereka yang biasanya saling berbicara dan menyapa kini lebih banyak diamnya. Rangga yang sibuk memperhatikan Riska, membuat gadis itu tertunduk malu."Aduh, Kak Rangga n
"REYHANNN!!! HANY!!!!" Shela berteriak kencang membangunkan sepupu dan iparnya.Tok … Tok ….!Shela terus menggedor pintu kamar REYHAN (Rey dan Hany)"Isssh, masih pagi Shela kok teriak-teriak," grutu Hany. Dirinya dan Reyhan baru saja melaksanakan shalat subuh."Buka pintunya, Han," perintah Reyhan. Hany tak menimpali. "Buka pintunya, Sayang …." Reyhan mengulang kata-katanya."Siap, Sayang," balas Hany seraya beranjak."Dasar!" lirih Reyhan tersenyum."Kenapa, Shel? Masih pagi kok teriak-teriak?""Ini, Tama dan keluarganya
"Kok hati gue kerasa tenang ya, habis shalat," ucap Riska. Hana dan Septa mengangguk bersamaan."Aku juga ngerasain hal yang sama. Kok aku ngerasa kayak lebih adem dan lebih baik dari sebelumnya ya? Biasanya itu, yang aku rasa hawanya panas. Kalau ini beneran adem banget," balas Septa.Mereka bertiga asyik berbincang di dalam taksi yang membawanya kembali ke Jakarta. Sementara Hana lebih banyak diam dan mendengarkan curhatan kedua sahabatnya. Hana memikirkan masa depan seperti apa yang akan menyapanya mengingat dirinya bukanlah perempuan sempurna. "Aku jijik dengan tubuhku," ucapnya dalam hati. "Kira-kira masih ada laki-laki yang mau sama aku, nggak ya?" batinnya."Han, kok kamu diam saja?" tanya Septa."Em, aku nggak apa-apa kok. Aku punya ide deh, giman
Satria dan Karina memutuskan untuk pulang ke rumah mereka hari ini juga. Mereka tidak ingin merepotkan besannya lebih lama lagi. Setidaknya mereka sudah bertemu dengan anaknya dan tahu mereka baik-baik saja, Satria dan Karina merasa lega. Keduanya merasa bersyukur, mencari Hana, justru bisa menemukan Hany. Sebelum pulang, mereka memberikan alamat rumah pada Hany dan memintanya untuk singgah di rumahnya jika memiliki waktu luang."Mama dan Papa pulang dulu, Han," pamit Karina seraya memeluk dan menciumi pipi anaknya. "Kamu jangan lupa main ke rumah Mama," lanjutnya. Hany mengangguk dan balas memeluk erat tubuh Mamanya. "Insya Allah, Hany bakal main-main ke rumah Mama."Satria masih sibuk mengecupi kedua cucunya. Rasanya berat sekali meninggalkan mereka dan masih ingin berlama-lama. "Sebenarnya, Kakek masih ingin bermain deng
SebelumnyaSejenak Hana pun terdiam …."Gimana ini? Tak mungkin aku menghancurkan, Adikku. Maafkan Kakak, Dek. Mungkin karena Kakak tertarik padanya, pemikat yang ada di diri Kakak mampu menarik perhatiannya. Tapi Kakak tidak akan merusak kebahagiaan kalian. Tidak akan," tegas Hana dalam hatinya.🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿Setelah mengetahui kalau Reyhan adalah suami Hany, Hana tak lagi mau menatap Reyhan dengan mata nakalnya. Dia lebih memilih untuk menghindar. Sebab, semakin Hana menatap mata Reyhan dan Reyhan balas menatapnya, maka Reyhan akan semakin terpengaruh oleh pesona wajah Hana yang terlihat cantik di matanya. Oleh sebab itu Hana menghindarinya. Susuk pemikat yang Hana pasang di sekitaran dahi dan alis, menambah karisma dan membuat wajahnya terlihat lebih menarik. Terutama