Share

Bab 5

Author: RENA ARIANA
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

Deg! 

 

Jantungku berdebar, pikiranku larut pada bayangan Mas Tama. Saat Reyhan menyanyikan lagu Vagetoz yang berjudul Saat kau pergi. Aku merasa lagu itu sangat tepat untuk mewakili perasaanku saat ini.

 

Reyhan menyanyikannya penuh penghayatan. Seakan dialah yang mengalami itu. Ternyata sebuah lagu pun mampu mewakili perasaan yang dirasa seseorang. 

 

 

"Han, Hany! Kenapa bengong?" tanya Reyhan.

 

 

"Lagunya sangat mewakili perasaanku, Rey," jawabku. 

 

 

"Iyakah? Memang kamu ditinggal pergi?"tanyanya sambil menyalakan sebatang rokok.

 

 

"Iya. Pas lagi sayang-sayangnya. Persis sekali dengan lagu yang kamu bawain tadi." Jawabanku semakin membuatnya kepo. 

 

 

"Jadi? Jadi? Jadi ….?" Dia manggut-manggut membuatku ingin tertawa. 

 

 

"Jadi, aku terluka, Reyhan! Suami aku tuh nikah sama sahabatnya, sebulan setelah pisah sama aku. Ninggalin anak-anak. Gimana ya? Susah deh diceritain-nya. Intinya aku sakit. Dan sakitnya itu, di sini." Aku memegang dadaku. Memang iya, rasanya sangat sesak. "Tuh kan aku jadi nangis lagi, Rey," ucapku. Dia mnegusap air mataku dengan tangannya. Tangan Reyhan terasa begitu halus. 

 

 

"Aku kira kamu masih gadis! Usiamu berapa tahun? Sepertinya tak berbeda jauh denganku. 

 

 

"25 tahun tepat pada tanggal 20 Desember nanti," ucapku. 

 

 

"Wah, aku 28 tahun tepatnya pada tanggal 4 Desember nanti. Baru lulus kuliah. Harusnya udah lulus sejak lama. Cuma aku aja yang bandel. Jadi baru bisa lulus," ucapnya. 

 

 

"Sepantaran sama mantan suamiku."

 

 

"Wah, iyakah? Tapi kamu jangan anggap aku suamimu ya?" Dia tertawa. 

 

 

"Hahahah bisa aja kamu."

 

 

"Ya udah kita pulang yuk? Em, gimana tawaran aku? Mau nggak jadi asisten pribadiku besok? Kalau mau kita belanja pakaian. Aku mau kamu rapi kan jadi asisten cowok ganteng," ucapnya dengan PD. 'Elah dalah. Baru kenal udah sok akrab. Tapi kok rasanya aku juga langsung dekat sama dia dan kayak udah kenal lama' 

 

 

"Tapi kamu bukan orang jahat 'kan?" 

 

 

"Ya ampun, Hany! Nggak ada tampang jahat aku mah. Baik hati dan tidak sombong. Ganteng lagi! Jarang-jarang kenal cowok begini." Hah? Aku terpana dengan ucapannya. Hehehehe … ternyata masih ada pria langka didunia ini. Beruntung banget kenal dia. 

 

 

"Ya deh aku mau. Tapi, beneran ya? Jangan jahat," ucapku. 

 

 

"Nah gitu dong! Ya udah, balik kita. Waktumu menemaniku, kuganti pada atasanmu." 

 

 

Kami pun melangkah keluar. Aku mengikuti Reyhan dari belakang. Entah apa yang dia bicarakan pada Pak Tomo. Tapi Pak Tomo melirik ke arahku kemudian tersenyum. 

 

 

"Hany! Kamu pamitan, mulai besok kamu nggak kerja lagi disini," ucap Reyhan. 

 

Aku mendekat dan berpamitan pada Pak Tomo sert teman-teman yang lain. Allhamdullillah akhirnya aku tidak peru lagi bekerja di tempat ini dan bertemu pria hidung belang. 

 

 

"Danang, aku pulang bareng, Reyhan. Mulai besok aku nggak kerja di sini lagi. Aku jadi asisten, Reyhan," ucapku pada Danang. Sama sepertiku, Danang pun mengucap syukur dan memberiku selamat. 

 

 

"Hati-hati di jalan. Pak, Reyhan … say titip teman saya," ucapnya. Reyhan tersenyum. Lalu mengeluarkan beberapa lambar uang dan memberikan pada Danang untuk dibagi ke karyawan lain. Seperti mendapat duren runtuh, teman-teman terlihat sangat bahagia. 'Wah baik banget pria ini.'

 

 

Saat tiba di parkiran klub, aku kira Reyhan naik mobil, ternyata dia membawa motor ninja besar berwarna merah. Sedikit kesusahan aku naik ke atas motornya. Semilir angin membuat tubuhku merasa dingin. Reyhan melepas jaketnya lalu memakaikanya padaku. 'Duh, jadi teringat Mas Tama dulu.' 

 

 

"Siap?" tanyanya. Ehem, pasti mau diajak ngebut. 

 

 

"Siap, Rey," ucapku. Namun, tidak seperti dugaanku, dia membawa motornya dengan kecepatan rendah. Sebuah drama yang langka terjadi di depan mataku. Setiap ada pengemis atau pun pedagang asongan yang berada di jalan dan lampu merah, Reyhan memanggilnya dan memberikan pada mereka uang. Aku semakin merasa kagum padanya. Senyumnya mengembang setelah memberikan uang pada mereka. 

 

 

Di lampu merah kedua, Seorang bapak tua terlihat sedang menjajakan dagangannya. Ia berjualan minuman seharga lima ribu rupiah. Aku tahu karena biasanya memang segitu harga minuman di jalanan. Menurutku itu sangat mahal. Kulihat tidak ada yang membeli. Reyhan menepikan motornya, lalu memanggil bapak tua tadi. 

 

 

"Pak! Air kemasannya dua," panggil Reyhan. Dengan wajah sumringah bapak tua tadi menghampiri kami.

 

 

"Satu aja, Rey. Aku nggak haus," ucapku. 

 

 

"Udah, nggak apa-apa."

 

 

"Berapa, Pak?" 

 

 

"10 ribu, Mas." Reyhan mengulurkan uang 200 ribu rupiah. Aku sedikit melotot. Bukan sayang atau bagaimana, tapi sedikit kaget. 

 

 

"Wah kebanyakan, Mas!" ucap Pak tua. 

 

 

"Ambil aja buat Bapak, itu rezeki. Terima kasih ya, Pak," ucapnya penuh kesopanan. 

 

 

"Saya yang terima kasih, Mas. Ini sangat banyak." Terlihat mata bapak tua ber-embun. Dia mendoakan Reyhan dan aku panjang lebar. Hanya saja doa yang tak biasa ia ucapkan membuatku kaget. 

 

 

"Semoga, Mbak dan Mas-nya. Langgeng terus. Sukses dunia akhirat. Jodoh dunia dan akhirat," ucap si Bapak. 

 

 

"Aamminn, Pak. Terima kasih," ucap Reyhan lalu kembali memacu motornya. Kali ini dengan kecepatan di atas normal.

 

 

"Rey! Kok nggak diminum?" tanyaku.

 

 

"Aku nggak haus, Han. Biar aja dulu," jawabnya. 

 

 

"Kalau nggak haus kenapa dibeli?" Aku penasaran dengan jawabannya.

 

 

"Dia masih berjualan selarut ini, dan dagangannya masih banyak. Uang lima ribu bagi kita ada bukan? Maka biasakan membeli dagangannya meski kita tak menginginkan. Di rumah ada keluarga yang menunggu dari hasil jualannya. Kamu tahu? Yang bapak itu dapat hanya 1500/ per kemasan. Dia harus mengumpulkan uang itu agar menjadi selembar uang ratusan. Dan itu tidak mudah baginya. Jualan asongan itu lumayan sulit. Seperti tukang amplop ataupun tukang kanebo di lampu merah. Aku suka beli meskipun nggak butuh. Mereka rela berpanasan, semangatnya tinggi. Menawarkan tanpa malu dan tak peduli meski trik matahari begitu panas. Kalau kita beli, mereka akan lebih semangat," jelasnya panjang lebar. Dia begitu semangat membahas mereka. Membuatku ingin membeli dagangan mereka meski tak butuh. Jiwa sosialnya begitu tinggi. 

 

 

"Yah, Han … nggak ada toko baju buka. Besok aja ya kita belanja bajunya," ucap Reyhan.

 

 

"Nggak apa-apa, Rey. Aku masih ada baju kok. Ya udah, kita pulang sebentar lagi sampai ke rumahku."

 

 

"Minimarket kan buka. Kita mampir dukuy, Han." Dia pun memarkirkan motornya. Setelah itu, kami masuk. Reyhan menanyakan usia anakku. Lalu menanyakan merek susu yang mereka minum. Karena dia terus memaksa, aku pun memberi tahunya. Namun, aku dikagetkan dan dibuat semakin tidak enak. 

 

 

Beberapa dus susu formula, dan belanjaan kaum emak-emak. Dari sabun hingga minyak. Tak lupa dia ambil juga cemilan untuk anak-anak. Ini si bisa untuk setok dua bulan. 

 

 

"Rey, kebanyakan," ucapku.

 

 

"Ini cuma sedikit kok." Hah? Cuma? Ya wislah … Rezeki anak Soleh, meski aku merasa tak enak. 

 

 

Selesai belanja kami pun melanjutkan perjalanan yang tinggal sebentar lagi. Sedikit kerepotan memangku belanjaan ini, karena motor Reyhan tidak ada cantolannya. Hheheeh ….

 

 

🌿🌿🌿🌿🌿

 

 

Akhirnya, sampai juga. Mungkin Ibu belum tidur, karena dia langsung membuka pintu saat mendengar suara motor kami. Ibu menghampiri dan membantuku membawa belanjaan. 

 

 

"Itu Ibu aku, Rey," ucapku. 

 

Reyhan langsung membuka helmet dan mencium punggung tangan Ibu. Sangat sopan. 

 

 

"Reyhan, Bu."

 

 

"Mari masuk, Nak Reyhan. Tapi maaf kontrakan kami sangat sempit. Kebetulan anak-anak belum tidur," ucap Ibu.

 

 

Kami pun masuk bersamaan ke dalam. Aku kaget saat kedua anakku langsung berlari menghampiri Reyhan. 

 

Ibu dan aku saling berpandangan. Tapi juga tak dapat menyembunyikan senyum. 

 

 

"Kamu belanja banyak banget, Han?" tanya Ibu. 

 

 

"Reyhan yang beli, Bu," jawabku. 

 

 

Setelah meletakan belanjaan, Ibu membuatkan Reyhan kopi. Sedangkan aku, langsung bergabung bersama mereka. 

 

 

"Wah, Reva sama Ravi ikut siapa?" tanyaku. Mereka hanya tersenyum dan semakin erat memeluk Reyhan. Apa iya, mereka juga dapat merasakan ketulusan hati Reyhan? 

 

Kami berbicara layaknya keluarga yang sudah lama saling mengenal. 

 

 

Tak terasa sangking asyiknya mengobrol, waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi dini hari. Anak-anak sampai tertidur di pangkuan Reyhan. 

 

 

"Aku pulang dulu. Besok aku jemput ya?" ucap Reyhan. Aku mengangguk. Ibu dan aku mengucapkan banyak terima kasih. 

 

Setelah itu, mengantar Reyhan sampai depan. "Hati-hati," triaku saat motornya sudah melaju. 

 

 

"Baik banget temanmu itu, Han," ucap Ibu setelah menutup pintu. 

 

 

"Iya, Bu. Allhamdullillah. Mulai besok Hany kerja sama dia. Nggak di restoran ataupun klub lagi."

 

Ibu tersenyum sambil mengucap syukur. Kami pun pergi tidur. 

 

 

Jaket Reyhan masih melekat ditubuhku, karena dingin, jaket itupun kubiarkan tidur bersamaku.

 

 

 

 

Kaugnay na kabanata

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 6

    Pukul lima pagi setelah shalat subuh, aku bersiap. Hanya tidur dua jam. Kalau orang lain, mungkin akan lemas. Tapi kalau aku sudah terbiasa. Entah di kantor Reyhan nanti, aku akan mengantuk atau tidak? Sepertinya si mengantuk.Sungguh, dihari pertama akan bekerja dengan Reyhan, perasaanku sangat senang dan begitu nervous."Bu, masa iya aku kerjanya cuma nemenin, Reyhan aja sih," keluhku pada Ibu."Siapa tahu kamu diajarin sesuatu. Kan kita nggak tahu," ucap Ibu."Tapi kok rasanya deg-degan gini ya, Bu?""Biasa itu, Han. Namanya juga hari pertama masuk kantor," ucap Ibu sambil membuat sereal yang dibelikan oleh Reyhan semalam.****

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 7

    POV Author"Kan aku udah bilang nggak bisa! Kamu ngeyelan banget sih dibilangin. Kalau kaya gini kan kasihan kamunya repot, Rey," ucap Hany sambil mengernyitkan kening. Semua pekerjaan tidak ada yang beres satu pun. Membuat Hany merasa tidak enak. Disuruh mencari berkas penting, tapi dia tidak mengerti berkas seperti apa. Rasanya Hany sungguh ingin menyerah."Rey, mendingan kasih kerjaan lain aja deh! Jadi tukang ngepel apa jadi tukang kopi. Apa namanya? OB kalau nggak salah. Aku bisa kalau itu. Kalau ini, otakku nggak nyampe, pusing. Aku nggak bisa, Rey," protesnya dengan bibir monyong lima cm. Terlihat putus asa dan hampir menyerah."Pelan-pelan pasti bisa! Nggak ada yang langsung bisa, semua bertahap, Hany! Kan aku ajarin. Kamu belajar dari Linda. Mulai besok, ya. Kamu belajar deh apa-apa aja yang harus kamu pelajari dari Linda. Ini nggak sehoro

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 8

    [Sudah kusiapkan tempat khusus buat kamu belajar sama Linda. Ingat, jangan banyak mengeluh, jangan crewet dan ikutin Linda! Semoga berhasil!][Nanti pukul 07.00 akan ada mobil khusus yang jemput kamu. Kamu ikut saja sama dia. Sekarang bangun dan bersiap.] Hany tersenyum melihat pesan dari Reyhan. Serasa minum susu coklat di pagi hari, sangat terasa segar dan menghangatkan perut."Hihihihi, Reyhan baik banget sih! Semoga sehat dan lancar selalu," lirihnya sambil bergagas ke kamar mandi."Han! Mandinya pelan-pelan dong. Airnya nyipret keluar ini. Semangat banget kamu ini," ucap Ibunya dari luar."Hany buru-buru, Bu. Mau sekolah lagi. Tadi abis subuh tidur lagi, eh jadi ketiduran," jawabnya sambil terus mengguyurkan air.

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 9

    "Asalamualaikum." Hany mengucap salam. Dengan semangat 45, Bu Evi menjawab salam anaknya dan segera keluar. Namun, alangkah kagetnya ketika Hany datang bersama laki-laki yang sangat ia benci."Bu," sapa Tama. Bu Evi melirik sinis pada anaknya. Matanya menyimpan tanya untuk apa dia membawa laki-laki ini ke rumah. Hany mengetahui arti tatapan mata Ibunya. Namun, dia berusaha tak mengerti dengan sikap acuh ibunya. Tidak ada keramah tamahan dari Bu Evi. Yang ada hanya rasa benci di dalam hatinya."Ya ampun! Astagfirullah, ngapain, Hany sama Tama?" batin Bu Evi dalam hati."Masuk, Mas," ucap Hany. Dengan cepat, Tama pun masuk ke dalam kontrakan kecil yang ditinggali kedua anaknya."Sayang! Papa datang, Nak," ucap Tama. Kedua anaknya langsung menghambur memeluknya. T

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 10

    "Kita mau kemana? Kok tumben?" tanya Hany penasaran. 'Iyakah ada pekerjaan? Karena Reyhan tidak membawa pakaian sama sekali. Mobil ini berjalan lurus dan jalannya, aku seperti mengetahuinya.' Dia terus membatin dalam hati."Kita mau ke rumah Linda! Pelatihan tambahan. Kali ini, gurunya bertambah satu," ucap Reyhan menahan tawa."Jadi kamu bohong sama aku dan Ibu?" Hany menuntut penjelasan."Oh, jangan bilang aku bohong. Aku bilang, ada pekerjaan. Jadi, ya ini pekerjaan aku. Melatih kamu! Pelatihan tambahan, supaya cepat bisa. Membutuhkan kamu, bukan?" Reyhan melirik Hany yang terlihat kaget mendengar pengakuannya."Rey?! Hahhahaha!" Dia tertawa melihat kelakuan Reyhan. "Berasa muda aku begini," lanjutnya."Memang

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 11

    POV ReyhanSetelah pulang dari kantor, aku sengaja mampir ke rumah Linda. Menjemput Hany, sekaligus meminta tolong. Mama dan Papa terlalu berlebihan kalau menurutku. Sebenarnya, mereka hanya ingin rumah menjadi rame. Karena, di rumah sebesar itu hanya ditinggali kami bertiga.Tepat pukul 16.30 aku sampai juga di rumah Linda. Dengan wajah sedikit lesu, kulangkahkan kaki ke dalam."Rey, tumben kesini?" tanya Linda."Mau jemput, Hany. Jangan pura-pura pikun deh," ucapku. "Hany mana?" Mataku celingukan mencari keberadaannya."Udah pulang setengah jam yang lalu. Dijemput sama Tama. Makanya aku nanya kok tumben," ucapnya.Aku duduk di sofa sebentar. Meraih

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 12

    POV Hany"Rey, jangan natap aku kayak gitu." Terpaksa kukatakan juga karena merasa risih dengan Reyhan yang curi-curi pandang."Aku hanya memperhatikan wajah tampanku di cermin. Tolong kamu jangan terlalu berlebihan," jawabnya sembari membenarkan rambut yang sedikit berponi. Tampan si memang, pria yang berada di sampingku saat ini. Kalau diibaratkan artis, wajahnya sangat mirip dengan Karna dalam film Mahabarata. Mendengar jawabannya, aku melirik ke arahnya."Tolong, Hany … kamu fokus ke depan. Jangan fokus ke aku. Menyetir itu butuh konsentrasi." Senyumnya mengembang setelah mengucapkan hal sama sepertiku.Tak kujawab lagi ucapannya. Karena pasti akan berbuntut panjang kali lebar."Han, turun, kita udah sampai," ucap Reyhan. Terli

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 13

    Sebelumnya ….Saat tiba dirumah kontrakan, kerumunan tetangga membuatku kaget."Loh! Ada apa ini rame-rame?" Perasaanku tidak enak. Segera aku berlari keluar dari mobil Reyhan. Begitupun dengan Reyhan. Mungkinkah Ibu membuat gara-gara? Atau anak-anak nakal?"Permisi! Permisi," ucapku melewati beberapa tetangga yang bergerumunan. Anak-anak tengah bersama Mbak Asih. Ibu sedang terlentang memegangi dadanya."Ada apa ini, Mbak?" Aku bertanya pada Mbak Asih. Jelas saja aku sangat panik."Tadi, Ibu jatuh di kamar mandi, Mbak. Barusan saja. Tak lama

    Huling Na-update : 2024-10-29

Pinakabagong kabanata

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Akhir yang Indah

    Extra part 1POV HanySetelah acara makan malam usai dan semua orang sudah pulang, aku dan Mas Reyhan langsung masuk ke kamar. Takut-takut aku pun memberi tahu pada Mas Reyhan tentang siklus menstruasiku yang tidak lancar. Mendengar pengakuanku, Mas Reyhan terlihat panik dan memintaku untuk segera memeriksakannya ke dokter."Sekarang kamu istirahat, Sayang. Besok pagi aku temani ke dokter. Jangan panik," ucap Mas Reyhan seraya membenamkan wajahku ke dadanya."Iya, Mas." Karena merasa sangat lelah, kami pun langsung beranjak ke tempat tidur. Mas Reyhan mematikan lampu kemudian menarik tubuhku sehingga kami pun terbaring bersamaan."Sudah tidur! Pejamkan matanya!" perintah Mas Reyhan. Aku mengangguk dan langsung memeluk tubuhnya. Ku-letakan kepala di atas dadanya hingga kemudian aku pun memejamkan m

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Ending yang luar biasa

    (Semua mendapat kebahagiaannyaSejak pernikahan dua pasang pengantin yakini, Shela dan Tama, serta Riska dan Rangga, seminggu setelahnya, resmi juga pasangan Hana dan Ridho sebagai sepasang suami istri yang sah. Kini tidak terasa pernikahan mereka sudah hampir berjalan satu bulan. Pernikahan Ridho dan Hana cukup sederhana dan hanya mengundang karabat terdekat. Ini semua pun atas permintaan Hana, dan setelah menikah, Ridho tinggal di rumah orang tua Hana. Sebab, Ridho sendiri sudah tidak memiliki orang tua dan hanya tinggal bersama Paman dan bibinya yang tak lain kakak dari Ayah Tama.Kini setelah menikah, Ridho kembali disibukkan dengan menjalankan bisnis tour and travel-nya yang semakin rame semenjak menikah dengan Hana. Sebab, tour and travel milik Ridho, dibantu promo khusus oleh keluarga besar Reyhan. Bahkan agar melihat bisnis Ridho semakin maju, mereka tidak segan-segan menyumbang sebuah ide yang membuat bisnisnya sem

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 52

    Sebelumnya….Derrrtttt …!Ponsel Shela berdering. Shela pun mengangkatnya."Apa?!" ucap Shela tersentak saat mengangkat panggilan itu. Matanya mendelik tajam, giginya menyatu sehingga mengeluarkan bunyi gemeretak. Sebelah bibirnya pun menyungging sinis seakan penuh kepuasan. Sedangkan semua orang menatap aneh sambil menunggu penjelasannya….🌟🌟🌟🌟"Ada apa, Shel? Siapa yang telepon?" tanya Tomo."Mas Tama, Om," jawab Shela. "Manusia laknat yang membuat Mama meninggal, ditangkap pol

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 51

    Lamaran 3Semua keluarga besar Reyhan akan kembali disibukkan dengan persiapan acara lamaran Rangga esok pagi. Setelah Shela dan Tama, menyusul Rangga dan Riska. Semua orang juga masih berada di rumah Jaya Utomo, termasuk Septa yang masih setia di sisi Hana. Sedangkan Riska, sudah pulang membantu Ibunya bersiap untuk menyambut kedatangan mereka.Dari sore hari setelah kepulangan keluarga Tama sampai hampir masuk waktu maghrib, semua orang masih asyik bergurau. Hingga pada akhirnya terdengar suara azan maghrib yang membuat mereka segera bergegas untuk melaksanakan shalat Maghrib berjamaah.⭐⭐⭐Selesai melaksanakan shalat Maghrib, mereka menunggu waktu shalat isya. Setelah itu, baru semua orang menikmati makan malam bersama. Hanya ada satu perempuan yang ti

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 50

    Berbagai macam hidangan kue-kue sudah tertata rapi di meja ruang tamu untuk menyambut kehadiran Tama dan keluarga besarnya. Shela tidak bisa duduk dengan tenang. Hatinya sangat gelisah, tidak menyangka kalau dia akan menikah dengan Tama. Betul-betul tidak pernah terpikir oleh Shela sebelumnya. Mengapa dia bisa mencintai duda tampan ber-anak dua itu, dan yang paling parah, duda itu mantan suami istri sepupunya. Terkadang, ia ingin sekali tertawa bila mengingatnya. Sama seperti Shela, Tama pun merasakan hal yang sama. Meski sudah dua kali menikah, dia tetap merasa deg-degan.⭐Para perjaka dan gadis di ruang tamu semuanya bersikap aneh. Mereka yang biasanya saling berbicara dan menyapa kini lebih banyak diamnya. Rangga yang sibuk memperhatikan Riska, membuat gadis itu tertunduk malu."Aduh, Kak Rangga n

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 49

    "REYHANNN!!! HANY!!!!" Shela berteriak kencang membangunkan sepupu dan iparnya.Tok … Tok ….!Shela terus menggedor pintu kamar REYHAN (Rey dan Hany)"Isssh, masih pagi Shela kok teriak-teriak," grutu Hany. Dirinya dan Reyhan baru saja melaksanakan shalat subuh."Buka pintunya, Han," perintah Reyhan. Hany tak menimpali. "Buka pintunya, Sayang …." Reyhan mengulang kata-katanya."Siap, Sayang," balas Hany seraya beranjak."Dasar!" lirih Reyhan tersenyum."Kenapa, Shel? Masih pagi kok teriak-teriak?""Ini, Tama dan keluarganya

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 48

    "Kok hati gue kerasa tenang ya, habis shalat," ucap Riska. Hana dan Septa mengangguk bersamaan."Aku juga ngerasain hal yang sama. Kok aku ngerasa kayak lebih adem dan lebih baik dari sebelumnya ya? Biasanya itu, yang aku rasa hawanya panas. Kalau ini beneran adem banget," balas Septa.Mereka bertiga asyik berbincang di dalam taksi yang membawanya kembali ke Jakarta. Sementara Hana lebih banyak diam dan mendengarkan curhatan kedua sahabatnya. Hana memikirkan masa depan seperti apa yang akan menyapanya mengingat dirinya bukanlah perempuan sempurna. "Aku jijik dengan tubuhku," ucapnya dalam hati. "Kira-kira masih ada laki-laki yang mau sama aku, nggak ya?" batinnya."Han, kok kamu diam saja?" tanya Septa."Em, aku nggak apa-apa kok. Aku punya ide deh, giman

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 47

    Satria dan Karina memutuskan untuk pulang ke rumah mereka hari ini juga. Mereka tidak ingin merepotkan besannya lebih lama lagi. Setidaknya mereka sudah bertemu dengan anaknya dan tahu mereka baik-baik saja, Satria dan Karina merasa lega. Keduanya merasa bersyukur, mencari Hana, justru bisa menemukan Hany. Sebelum pulang, mereka memberikan alamat rumah pada Hany dan memintanya untuk singgah di rumahnya jika memiliki waktu luang."Mama dan Papa pulang dulu, Han," pamit Karina seraya memeluk dan menciumi pipi anaknya. "Kamu jangan lupa main ke rumah Mama," lanjutnya. Hany mengangguk dan balas memeluk erat tubuh Mamanya. "Insya Allah, Hany bakal main-main ke rumah Mama."Satria masih sibuk mengecupi kedua cucunya. Rasanya berat sekali meninggalkan mereka dan masih ingin berlama-lama. "Sebenarnya, Kakek masih ingin bermain deng

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 46

    SebelumnyaSejenak Hana pun terdiam …."Gimana ini? Tak mungkin aku menghancurkan, Adikku. Maafkan Kakak, Dek. Mungkin karena Kakak tertarik padanya, pemikat yang ada di diri Kakak mampu menarik perhatiannya. Tapi Kakak tidak akan merusak kebahagiaan kalian. Tidak akan," tegas Hana dalam hatinya.🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿Setelah mengetahui kalau Reyhan adalah suami Hany, Hana tak lagi mau menatap Reyhan dengan mata nakalnya. Dia lebih memilih untuk menghindar. Sebab, semakin Hana menatap mata Reyhan dan Reyhan balas menatapnya, maka Reyhan akan semakin terpengaruh oleh pesona wajah Hana yang terlihat cantik di matanya. Oleh sebab itu Hana menghindarinya. Susuk pemikat yang Hana pasang di sekitaran dahi dan alis, menambah karisma dan membuat wajahnya terlihat lebih menarik. Terutama

DMCA.com Protection Status