Share

Bab 7

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2021-10-07 16:02:47

POV Author

 

"Kan aku udah bilang nggak bisa! Kamu ngeyelan banget sih dibilangin. Kalau kaya gini kan kasihan kamunya repot, Rey," ucap Hany sambil mengernyitkan kening. Semua pekerjaan tidak ada yang beres satu pun. Membuat Hany merasa tidak enak. Disuruh mencari berkas penting, tapi dia tidak mengerti berkas seperti apa. Rasanya Hany sungguh ingin menyerah. 

 

 

"Rey, mendingan kasih kerjaan lain aja deh! Jadi tukang ngepel apa jadi tukang kopi. Apa namanya? OB kalau nggak salah. Aku bisa kalau itu. Kalau ini, otakku nggak nyampe, pusing. Aku nggak bisa, Rey," protesnya dengan bibir monyong lima cm. Terlihat putus asa dan hampir menyerah. 

 

 

"Pelan-pelan pasti bisa! Nggak ada yang langsung bisa, semua bertahap, Hany! Kan aku ajarin. Kamu belajar dari Linda. Mulai besok, ya. Kamu belajar deh apa-apa aja yang harus kamu pelajari dari Linda. Ini nggak sehoror yang kamu bayangkan," ucap Reyhan meyakinkan.

 

 

"Nggak horor gimana? Kalau aku aja nggak ada pengalaman. Batu deh, Reyhan dibilanginnya! Aku nggak bakal bisa! Ini itu susah! Ah elah, Rey. Aku jadi pembantu di rumah kamu aja deh," keluhnya. Wajahnya terlihat lesu dan tidak bersemangat. Reyhan hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala, melihat perempuan di depannya sibuk mengeluh sambil memainkan pulpen. Sesekali ada panggilan telpon dia pun bingung menjawab apa. Sementara itu, Reyhan terus bergulat dengan tumpukkan berkas. 

 

 

🌿

 

 

"Han! Udah, nggak usah BT gitu. Makan siang dulu, ayok," ajak Reyhan. Dengan perasaan bersalah dan langkah sedikit malas, dia pun mengikuti Reyhan. 

 

 

🌿🌿🌿🌿🌿🌿

 

 

"Bi! Dewi mana?" tanya Tama pada pembantunya. 

 

 

"Kan, Bu Dewi kerja, Pak," jawab Bi Endang pembantu Tama. Hah Sepertinya dia lupa kalau istrinya wanita karir bukan wanita rumahan.

 

 

Tama duduk termenung di depan teras setelah mengobati lukanya. Dia mulai merasa jenuh dengan Dewi. Semua keperluan dan kebutuhannya selalu di urus oleh pembantu. Dari makan hingga pakaian kantor, semua pembantu yang menyiapkan.

 

Berangkat pagi pulang malam. Saat Tama terbangun, Dewi sudah tidak ada di kamar. Saat Tama pulang, Dewi masih sibuk dengan rekan kantornya. Dia merasa seperti tidak dibutuhkan oleh Dewi. Tama pun mulai memikirkan Hany. Dulu, saat Tama jatuh dari motornya, Hany siap siaga mengobati dan mengkhawatirkan lukanya. 

 

Sekarang, Tama merasa Hany lebih baik dari Dewi. Dia mulai menyadari keberadaan Hany sangat dibutuhkan. Hanya karena Hany lebih mengutamakan Ibunya yang sedang sakit, justru dia jadikan alasan untuk menceraikan-nya.

 

 

"Aku merindukan kamu, Han. Sebelum terlambat, aku harus memperbaiki hubungan kita," lirihnya. 

 

 

Tama mengambil ponsel lalu menekan nomor Hany dan menghubunginya. Dia berniat akan menemui Hany, dan mengajaknya untuk rujuk. Tama tahu kalau Hany itu pemaaf dan berhati lembut, maka dia akan memanfaatkan kelemahan itu agar bisa kembali pada Hany. Namun, beberapa kali Tama mencoba menghubungi, nomor ponselnya tidak bisa terhubung. 

 

 

πŸ’¦πŸ’¦πŸ’¦

 

 

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 malam, Tama bangun dari tidur dan menuju ke meja makan. 

 

 

"Dewi mana, Bi?" tanya Tama.

 

 

"Belum pulang, Pak. Tadi Ibu bilang, saya suruh menyiapkan makan malam untuk, Pak Tama," jawab Bi Endang. 

 

 

"Nggak usah, Bi. Saya nggak lapar," tolak Tama sambil berlalu lagi ke kamarnya. Hatinya diliputi perasaan kesal. Menunggu Dewi agar cepat kembali. 

 

 

πŸ’₯πŸ’₯πŸ’₯

 

 

 

Krek!

 

 

Pintu dibuka, yang ditunggu pun tiba.

 

 

"Dari mana aja kamu?" tanya Tama saat Dewi baru saja masuk ke kamar. 

 

 

"Habis kerja dong, Mas. Itu muka kamu kenapa bonyok begitu?" Dewi menghampiri Tama, dan mencoba menyentuh lukanya. Namun, Tama menghempaskan tangan Dewi. 

 

 

"Kamu kenapa sih, Mas?! kasar banget!"

 

 

"Seharusnya kamu itu tau tanggung jawab sebagai istri, Dewi! Jangan semua keperluan aku, pembantu yang urus! Kamu itu istri aku!" berang Tama pada Dewi. Sikap asli Dewi  sekarang mulai nampak. Dia yang dulu manis dan lembut saat mendekati, Tama. Sekarang berubah menjadi keras dan selalu melawan apapun yang Tama ucapkan.

 

 

"Aku tahu, aku ini istri kamu, Mas! Tapi aku ini udah biasa kerja. Jadi kamu nggak usah atur-atur aku! Lagian 'kan ada pembantu! Dewi tak kalah membentak Tama.

 

 

"Aku ngatur kamu itu wajar, Wi! Kamu istri aku! Sadar itu! Tahu kaya gini aku nyesel nikahin kamu! Ternyata Hany jauh lebih baik daripada kamu!" hardik Tama. 

 

 

"Kamu jangan coba-coba bandingin mantan istri kamu yang kampungan itu sama aku ya, Mas! Dia juga nggak lebih baik dari aku!" balas Dewi. 

 

 

"Tapi setidaknya dia masih tahu tanggung jawab sebagai istri!" 

 

 

"Halah! Nggak usah berisik kamu, Mas! Kamu sendiri kan yang menginginkan istri karir! Jadi terima aja! Ingat jangan sekalipun kamu bandingkan aku dengan perempuan kampung itu! Bukan level aku dibandingkan dengan dia!" hardik Dewi tak kalah kesal. Tama tak menyangka harga dirinya harus di injak-injak oleh Dewi. 

 

 

Prang!

 

 

Dia memukul kaca rias hingga pecah. Jemari tangannya pun berdarah karena terkena goresan kaca yang retak.  Dewi tak mempedulikan Tama. Dia yang baru pulang, segera mengambil tas dan kunci mobil lalu keluar. "Harrrgggghhhh! Bereng------ek!" pekik Tama. 

 

 

 

Duduk di pinggir ranjang dan menjambak rambutnya sendiri, Tama mengutuk kebodohannya menceraikan Hany. "Hah! Bodoh! Bukannya Hany tadi pagi ada di kantor? Ngapain dia? Kenapa aku nggak ngeh? Han … aku akan kembali," lirihnya. Kali ini wajahnya sedikit senang. Dia pun mulai membaringkan tubuh dan mencoba untuk memejamkan mata. Selama dengan Hany, tidak pernah sekalipun Hany membentaknya.

 

 

🌿🌿🌿🌿

 

 

"Makasih ya, Rey. Ini bajunya banyak banget. Cakep-cakep lagi. Aduh, makin nggak enak ini, kamu juga repot-repot beliin baju untuk Ibu dan anak-anak," ucapnya saat mereka sudah sampai di depan kontrakan kecil Hany. 

 

 

"Sama-sama, Han. Ayok turun! Aku mau antar kamu masuk. Soalnya nggak enak sama Ibu, hari pertama kerja pulangnya malah larut banget," ujar Reyhan. 

 

 

Keduanya pun turun bersamaan. Seperti biasa, setelah mengucap salam, masuk lalu mencium punggung tangan Ibu Hany. Kebiasaan itu memang sudah menjadi kebiasaan Reyhan. Menghargai orang yang lebih tua. 

 

 

"Haloo … Reva dan Ravi," sapanya sambil memberikan mainan yang telah ia beli. Kedua anak itu sangat senang dan antusias menyambutnya. Mendekat, memeluk, lalu mereka duduk dipangkuan Reyhan, layaknya bermanja pada Ayahnya. Si kecil, memang merasa kalau Reyhan itu Ayahnya. "Papa," ucap Reva mengelus pipi Reyhan lalu menciumnya. Begitupun, Ravi mengikuti apa yang Reva lakukan. Reyhan terharu hingga akhirnya memeluk erat kedua anak itu. 

 

 

"Sayang … Reva dan Ravi," ucapnya lalu mengecupi wajah kedua bocah kecil itu.

 

Tidak ada keluhan sedikit pun yang keluar dari mulut Reyhan meski anak-anak terus mengajaknya bercanda.

 

 

"Udah ya bercandanya sama, Om Reyhan. Udah Mama buatin susu, sekarang waktunya anak-anak Mama tidur," ucap Hany sambil membawa dua botol susu. Melihat susu, mereka langsung mengambilnya dan membaringkan tubuh di kasur. Seperti telah mengerti, kalau malam diberi susu mereka tiduran dan memejamkan mata.  

 

 

Ya Tuhan … pinter banget kalian, Nak," lirih Reyhan.

 

 

"Aku pulang dulu ya, Han. Jangan lupa besok kamu mulai kursus dan fokuslah dengan kursusmu. Aku ingin melihat kesungguhanmu dalam belajar. Karena tidak ada yang tidak mungkin jika ada motivasi dalam dirimu kalau kamu yakin, kamu pasti bisa. Linda akan menjadi gurumu. Aku ingin melihatmu sukses. Boleh berpendidikan, rendah. Tapi kalau memiliki ketrampilan? Tidak ada yang bisa menghambat karirmu." 

 

 

"Pendidikan adalah modal penting untuk mengejar apapun yang diinginkan dalam hidup. Tetapi bukan berarti orang tanpa pendidikan tinggi tidak bisa meraih kesuksesan. Pada kenyataannya, ada begitu banyak orang yang jadi 'besar' walaupun mereka tidak mengantongi gelar sarjana. Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menanamkan pikiran, kamu pasti akan sukses. Jadikan pengalamanmu sebagai cambuk dan jnagan pernah takut mencoba hal baru. Semangat, Hany." 

 

Perkataan Rayhan yang membuat Ibu Hany terharu, menjadi vitamin penyemangat untuk Hany. Hany menjadi memliki keyakinan dalam dirinya. 

 

 

Sebelum Reyhan beranjak, dia pun mengeluarkan sebuah ponsel. Masih baru meski tanpa kardus.  

 

 

"Gunakan ini untuk berkomunikasi," ucapnya. "Kamu tinggal kasih kartu aja, Han. Sengaja nggak aku kasih kardus takut dijual, hahahah." Reyhan teratwa menghoda Hany. Membuat wajahnya bersemu malu. Sekali lagi dia mengucapkan terima kasih pada teman yang baru dikenalnya ini. Semua keperluan Hany untuk belajar sudah disediakan oleh, Reyhan. Dia hanya perlu menurut pada guru yang telah ditunjuk olehnya. 

 

 

Bersambung ….

 

🌿🌿🌿🌿🌿

 

 

 

Akankah Linda merasa kerepotan mengajari Hany? 

 

 

Next?

 

 

 

 

 

 

 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sssst
Nyesel kan loe tam! Sadar tam ga bs asal rujuk jg ingat loe udah talak 3 Hani Inget jg loe msh pny bini
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
pisau yang tumpul akan tajam Bila di asah.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 8

    [Sudah kusiapkan tempat khusus buat kamu belajar sama Linda. Ingat, jangan banyak mengeluh, jangan crewet dan ikutin Linda! Semoga berhasil!][Nanti pukul 07.00 akan ada mobil khusus yang jemput kamu. Kamu ikut saja sama dia. Sekarang bangun dan bersiap.] Hany tersenyum melihat pesan dari Reyhan. Serasa minum susu coklat di pagi hari, sangat terasa segar dan menghangatkan perut."Hihihihi, Reyhan baik banget sih! Semoga sehat dan lancar selalu," lirihnya sambil bergagas ke kamar mandi."Han! Mandinya pelan-pelan dong. Airnya nyipret keluar ini. Semangat banget kamu ini," ucap Ibunya dari luar."Hany buru-buru, Bu. Mau sekolah lagi. Tadi abis subuh tidur lagi, eh jadi ketiduran," jawabnya sambil terus mengguyurkan air.

    Last Updated : 2021-10-07
  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 9

    "Asalamualaikum." Hany mengucap salam. Dengan semangat 45, Bu Evi menjawab salam anaknya dan segera keluar. Namun, alangkah kagetnya ketika Hany datang bersama laki-laki yang sangat ia benci."Bu," sapa Tama. Bu Evi melirik sinis pada anaknya. Matanya menyimpan tanya untuk apa dia membawa laki-laki ini ke rumah. Hany mengetahui arti tatapan mata Ibunya. Namun, dia berusaha tak mengerti dengan sikap acuh ibunya. Tidak ada keramah tamahan dari Bu Evi. Yang ada hanya rasa benci di dalam hatinya."Ya ampun! Astagfirullah, ngapain, Hany sama Tama?" batin Bu Evi dalam hati."Masuk, Mas," ucap Hany. Dengan cepat, Tama pun masuk ke dalam kontrakan kecil yang ditinggali kedua anaknya."Sayang! Papa datang, Nak," ucap Tama. Kedua anaknya langsung menghambur memeluknya. T

    Last Updated : 2021-10-07
  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 10

    "Kita mau kemana? Kok tumben?" tanya Hany penasaran. 'Iyakah ada pekerjaan? Karena Reyhan tidak membawa pakaian sama sekali. Mobil ini berjalan lurus dan jalannya, aku seperti mengetahuinya.' Dia terus membatin dalam hati."Kita mau ke rumah Linda! Pelatihan tambahan. Kali ini, gurunya bertambah satu," ucap Reyhan menahan tawa."Jadi kamu bohong sama aku dan Ibu?" Hany menuntut penjelasan."Oh, jangan bilang aku bohong. Aku bilang, ada pekerjaan. Jadi, ya ini pekerjaan aku. Melatih kamu! Pelatihan tambahan, supaya cepat bisa. Membutuhkan kamu, bukan?" Reyhan melirik Hany yang terlihat kaget mendengar pengakuannya."Rey?! Hahhahaha!" Dia tertawa melihat kelakuan Reyhan. "Berasa muda aku begini," lanjutnya."Memang

    Last Updated : 2021-10-07
  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 11

    POV ReyhanSetelah pulang dari kantor, aku sengaja mampir ke rumah Linda. Menjemput Hany, sekaligus meminta tolong. Mama dan Papa terlalu berlebihan kalau menurutku. Sebenarnya, mereka hanya ingin rumah menjadi rame. Karena, di rumah sebesar itu hanya ditinggali kami bertiga.Tepat pukul 16.30 aku sampai juga di rumah Linda. Dengan wajah sedikit lesu, kulangkahkan kaki ke dalam."Rey, tumben kesini?" tanya Linda."Mau jemput, Hany. Jangan pura-pura pikun deh," ucapku. "Hany mana?" Mataku celingukan mencari keberadaannya."Udah pulang setengah jam yang lalu. Dijemput sama Tama. Makanya aku nanya kok tumben," ucapnya.Aku duduk di sofa sebentar. Meraih

    Last Updated : 2021-10-07
  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 12

    POV Hany"Rey, jangan natap aku kayak gitu." Terpaksa kukatakan juga karena merasa risih dengan Reyhan yang curi-curi pandang."Aku hanya memperhatikan wajah tampanku di cermin. Tolong kamu jangan terlalu berlebihan," jawabnya sembari membenarkan rambut yang sedikit berponi. Tampan si memang, pria yang berada di sampingku saat ini. Kalau diibaratkan artis, wajahnya sangat mirip dengan Karna dalam film Mahabarata. Mendengar jawabannya, aku melirik ke arahnya."Tolong, Hany … kamu fokus ke depan. Jangan fokus ke aku. Menyetir itu butuh konsentrasi." Senyumnya mengembang setelah mengucapkan hal sama sepertiku.Tak kujawab lagi ucapannya. Karena pasti akan berbuntut panjang kali lebar."Han, turun, kita udah sampai," ucap Reyhan. Terli

    Last Updated : 2021-10-07
  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 13

    Sebelumnya ….Saat tiba dirumah kontrakan, kerumunan tetangga membuatku kaget."Loh! Ada apa ini rame-rame?" Perasaanku tidak enak. Segera aku berlari keluar dari mobil Reyhan. Begitupun dengan Reyhan. Mungkinkah Ibu membuat gara-gara? Atau anak-anak nakal?"Permisi! Permisi," ucapku melewati beberapa tetangga yang bergerumunan. Anak-anak tengah bersama Mbak Asih. Ibu sedang terlentang memegangi dadanya."Ada apa ini, Mbak?" Aku bertanya pada Mbak Asih. Jelas saja aku sangat panik."Tadi, Ibu jatuh di kamar mandi, Mbak. Barusan saja. Tak lama

    Last Updated : 2021-10-07
  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 14

    "Reyhan awas!" Kakiku tersandung kain lap. Tak sengaja, aku menubruk tubuh Reyhan. Reyhan terjatuh dan aku ....Bibirku tak sengaja menyentuh pipinya. Aduh, rasanya malu … sekali."Han, kalau jalan itu hati-hati. Dulu pertama liat kamu, kamu nabrak aku," ucapnya sambil berusaha bangun."Maaf, Rey. Sakit ya?""Nggak, Han. Enak kok nggak sakit." Dia mengusap bagian yang berada di bawah pinggulnya."Udah, kamu sekarang tidur. Itu kamar kamu," ucapnya sambil menunjuk kamar untukku."Kamar kamu di mana

    Last Updated : 2021-10-07
  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 15

    Tiba sudah hari pernikahan Hany dan Reyhan. Keduanya saling diam tanpa banyak kata. Sesekali Hany melirik pada Reyhan. Namun, Reyhan tetap acuh. "Ada apa sama, Reyhan? Kenapa berubah jadi dingin begitu?" pikirnya dalam hati. Terkadang Rey akan tersenyum, itupun jika menyambut tamu yang memberi selamat.Pernikahan mereka berlangsung sederhana, karena keduanya tidak ingin ada pesta meriah. Tapi, tetap saja banyak tamu yang datang. Begitupun dengan Tama, dia hadir bersama Dewi. Menatap kesal Hany yang tengah berdiri di samping bosnya."Inget ya, Mas! Aku nggak akan pernah mau cerai sama kamu! Sekalipun nantinya, pernikahan ini hanya setingan!" bisik Dewi di telinga Tama."Kalau begitu, aku akan t

    Last Updated : 2021-10-07

Latest chapter

  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Akhir yang Indah

    Extra part 1POV HanySetelah acara makan malam usai dan semua orang sudah pulang, aku dan Mas Reyhan langsung masuk ke kamar. Takut-takut aku pun memberi tahu pada Mas Reyhan tentang siklus menstruasiku yang tidak lancar. Mendengar pengakuanku, Mas Reyhan terlihat panik dan memintaku untuk segera memeriksakannya ke dokter."Sekarang kamu istirahat, Sayang. Besok pagi aku temani ke dokter. Jangan panik," ucap Mas Reyhan seraya membenamkan wajahku ke dadanya."Iya, Mas." Karena merasa sangat lelah, kami pun langsung beranjak ke tempat tidur. Mas Reyhan mematikan lampu kemudian menarik tubuhku sehingga kami pun terbaring bersamaan."Sudah tidur! Pejamkan matanya!" perintah Mas Reyhan. Aku mengangguk dan langsung memeluk tubuhnya. Ku-letakan kepala di atas dadanya hingga kemudian aku pun memejamkan m

  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Ending yang luar biasa

    (Semua mendapat kebahagiaannyaSejak pernikahan dua pasang pengantin yakini, Shela dan Tama, serta Riska dan Rangga, seminggu setelahnya, resmi juga pasangan Hana dan Ridho sebagai sepasang suami istri yang sah. Kini tidak terasa pernikahan mereka sudah hampir berjalan satu bulan. Pernikahan Ridho dan Hana cukup sederhana dan hanya mengundang karabat terdekat. Ini semua pun atas permintaan Hana, dan setelah menikah, Ridho tinggal di rumah orang tua Hana. Sebab, Ridho sendiri sudah tidak memiliki orang tua dan hanya tinggal bersama Paman dan bibinya yang tak lain kakak dari Ayah Tama.Kini setelah menikah, Ridho kembali disibukkan dengan menjalankan bisnis tour and travel-nya yang semakin rame semenjak menikah dengan Hana. Sebab, tour and travel milik Ridho, dibantu promo khusus oleh keluarga besar Reyhan. Bahkan agar melihat bisnis Ridho semakin maju, mereka tidak segan-segan menyumbang sebuah ide yang membuat bisnisnya sem

  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 52

    Sebelumnya….Derrrtttt …!Ponsel Shela berdering. Shela pun mengangkatnya."Apa?!" ucap Shela tersentak saat mengangkat panggilan itu. Matanya mendelik tajam, giginya menyatu sehingga mengeluarkan bunyi gemeretak. Sebelah bibirnya pun menyungging sinis seakan penuh kepuasan. Sedangkan semua orang menatap aneh sambil menunggu penjelasannya….🌟🌟🌟🌟"Ada apa, Shel? Siapa yang telepon?" tanya Tomo."Mas Tama, Om," jawab Shela. "Manusia laknat yang membuat Mama meninggal, ditangkap pol

  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 51

    Lamaran 3Semua keluarga besar Reyhan akan kembali disibukkan dengan persiapan acara lamaran Rangga esok pagi. Setelah Shela dan Tama, menyusul Rangga dan Riska. Semua orang juga masih berada di rumah Jaya Utomo, termasuk Septa yang masih setia di sisi Hana. Sedangkan Riska, sudah pulang membantu Ibunya bersiap untuk menyambut kedatangan mereka.Dari sore hari setelah kepulangan keluarga Tama sampai hampir masuk waktu maghrib, semua orang masih asyik bergurau. Hingga pada akhirnya terdengar suara azan maghrib yang membuat mereka segera bergegas untuk melaksanakan shalat Maghrib berjamaah.⭐⭐⭐Selesai melaksanakan shalat Maghrib, mereka menunggu waktu shalat isya. Setelah itu, baru semua orang menikmati makan malam bersama. Hanya ada satu perempuan yang ti

  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 50

    Berbagai macam hidangan kue-kue sudah tertata rapi di meja ruang tamu untuk menyambut kehadiran Tama dan keluarga besarnya. Shela tidak bisa duduk dengan tenang. Hatinya sangat gelisah, tidak menyangka kalau dia akan menikah dengan Tama. Betul-betul tidak pernah terpikir oleh Shela sebelumnya. Mengapa dia bisa mencintai duda tampan ber-anak dua itu, dan yang paling parah, duda itu mantan suami istri sepupunya. Terkadang, ia ingin sekali tertawa bila mengingatnya. Sama seperti Shela, Tama pun merasakan hal yang sama. Meski sudah dua kali menikah, dia tetap merasa deg-degan.⭐Para perjaka dan gadis di ruang tamu semuanya bersikap aneh. Mereka yang biasanya saling berbicara dan menyapa kini lebih banyak diamnya. Rangga yang sibuk memperhatikan Riska, membuat gadis itu tertunduk malu."Aduh, Kak Rangga n

  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 49

    "REYHANNN!!! HANY!!!!" Shela berteriak kencang membangunkan sepupu dan iparnya.Tok … Tok ….!Shela terus menggedor pintu kamar REYHAN (Rey dan Hany)"Isssh, masih pagi Shela kok teriak-teriak," grutu Hany. Dirinya dan Reyhan baru saja melaksanakan shalat subuh."Buka pintunya, Han," perintah Reyhan. Hany tak menimpali. "Buka pintunya, Sayang …." Reyhan mengulang kata-katanya."Siap, Sayang," balas Hany seraya beranjak."Dasar!" lirih Reyhan tersenyum."Kenapa, Shel? Masih pagi kok teriak-teriak?""Ini, Tama dan keluarganya

  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 48

    "Kok hati gue kerasa tenang ya, habis shalat," ucap Riska. Hana dan Septa mengangguk bersamaan."Aku juga ngerasain hal yang sama. Kok aku ngerasa kayak lebih adem dan lebih baik dari sebelumnya ya? Biasanya itu, yang aku rasa hawanya panas. Kalau ini beneran adem banget," balas Septa.Mereka bertiga asyik berbincang di dalam taksi yang membawanya kembali ke Jakarta. Sementara Hana lebih banyak diam dan mendengarkan curhatan kedua sahabatnya. Hana memikirkan masa depan seperti apa yang akan menyapanya mengingat dirinya bukanlah perempuan sempurna. "Aku jijik dengan tubuhku," ucapnya dalam hati. "Kira-kira masih ada laki-laki yang mau sama aku, nggak ya?" batinnya."Han, kok kamu diam saja?" tanya Septa."Em, aku nggak apa-apa kok. Aku punya ide deh, giman

  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 47

    Satria dan Karina memutuskan untuk pulang ke rumah mereka hari ini juga. Mereka tidak ingin merepotkan besannya lebih lama lagi. Setidaknya mereka sudah bertemu dengan anaknya dan tahu mereka baik-baik saja, Satria dan Karina merasa lega. Keduanya merasa bersyukur, mencari Hana, justru bisa menemukan Hany. Sebelum pulang, mereka memberikan alamat rumah pada Hany dan memintanya untuk singgah di rumahnya jika memiliki waktu luang."Mama dan Papa pulang dulu, Han," pamit Karina seraya memeluk dan menciumi pipi anaknya. "Kamu jangan lupa main ke rumah Mama," lanjutnya. Hany mengangguk dan balas memeluk erat tubuh Mamanya. "Insya Allah, Hany bakal main-main ke rumah Mama."Satria masih sibuk mengecupi kedua cucunya. Rasanya berat sekali meninggalkan mereka dan masih ingin berlama-lama. "Sebenarnya, Kakek masih ingin bermain deng

  • Suamiku Menyesal MenceraikankuΒ Β Β Bab 46

    SebelumnyaSejenak Hana pun terdiam …."Gimana ini? Tak mungkin aku menghancurkan, Adikku. Maafkan Kakak, Dek. Mungkin karena Kakak tertarik padanya, pemikat yang ada di diri Kakak mampu menarik perhatiannya. Tapi Kakak tidak akan merusak kebahagiaan kalian. Tidak akan," tegas Hana dalam hatinya.🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿Setelah mengetahui kalau Reyhan adalah suami Hany, Hana tak lagi mau menatap Reyhan dengan mata nakalnya. Dia lebih memilih untuk menghindar. Sebab, semakin Hana menatap mata Reyhan dan Reyhan balas menatapnya, maka Reyhan akan semakin terpengaruh oleh pesona wajah Hana yang terlihat cantik di matanya. Oleh sebab itu Hana menghindarinya. Susuk pemikat yang Hana pasang di sekitaran dahi dan alis, menambah karisma dan membuat wajahnya terlihat lebih menarik. Terutama

DMCA.com Protection Status