POV Reyhan
Setelah pulang dari kantor, aku sengaja mampir ke rumah Linda. Menjemput Hany, sekaligus meminta tolong. Mama dan Papa terlalu berlebihan kalau menurutku. Sebenarnya, mereka hanya ingin rumah menjadi rame. Karena, di rumah sebesar itu hanya ditinggali kami bertiga.
Tepat pukul 16.30 aku sampai juga di rumah Linda. Dengan wajah sedikit lesu, kulangkahkan kaki ke dalam.
"Rey, tumben kesini?" tanya Linda.
"Mau jemput, Hany. Jangan pura-pura pikun deh," ucapku. "Hany mana?" Mataku celingukan mencari keberadaannya.
"Udah pulang setengah jam yang lalu. Dijemput sama Tama. Makanya aku nanya kok tumben," ucapnya.
Aku duduk di sofa sebentar. Meraih
POV Hany"Rey, jangan natap aku kayak gitu." Terpaksa kukatakan juga karena merasa risih dengan Reyhan yang curi-curi pandang."Aku hanya memperhatikan wajah tampanku di cermin. Tolong kamu jangan terlalu berlebihan," jawabnya sembari membenarkan rambut yang sedikit berponi. Tampan si memang, pria yang berada di sampingku saat ini. Kalau diibaratkan artis, wajahnya sangat mirip dengan Karna dalam film Mahabarata. Mendengar jawabannya, aku melirik ke arahnya."Tolong, Hany … kamu fokus ke depan. Jangan fokus ke aku. Menyetir itu butuh konsentrasi." Senyumnya mengembang setelah mengucapkan hal sama sepertiku.Tak kujawab lagi ucapannya. Karena pasti akan berbuntut panjang kali lebar."Han, turun, kita udah sampai," ucap Reyhan. Terli
Sebelumnya ….Saat tiba dirumah kontrakan, kerumunan tetangga membuatku kaget."Loh! Ada apa ini rame-rame?" Perasaanku tidak enak. Segera aku berlari keluar dari mobil Reyhan. Begitupun dengan Reyhan. Mungkinkah Ibu membuat gara-gara? Atau anak-anak nakal?"Permisi! Permisi," ucapku melewati beberapa tetangga yang bergerumunan. Anak-anak tengah bersama Mbak Asih. Ibu sedang terlentang memegangi dadanya."Ada apa ini, Mbak?" Aku bertanya pada Mbak Asih. Jelas saja aku sangat panik."Tadi, Ibu jatuh di kamar mandi, Mbak. Barusan saja. Tak lama
"Reyhan awas!" Kakiku tersandung kain lap. Tak sengaja, aku menubruk tubuh Reyhan. Reyhan terjatuh dan aku ....Bibirku tak sengaja menyentuh pipinya. Aduh, rasanya malu … sekali."Han, kalau jalan itu hati-hati. Dulu pertama liat kamu, kamu nabrak aku," ucapnya sambil berusaha bangun."Maaf, Rey. Sakit ya?""Nggak, Han. Enak kok nggak sakit." Dia mengusap bagian yang berada di bawah pinggulnya."Udah, kamu sekarang tidur. Itu kamar kamu," ucapnya sambil menunjuk kamar untukku."Kamar kamu di mana
Tiba sudah hari pernikahan Hany dan Reyhan. Keduanya saling diam tanpa banyak kata. Sesekali Hany melirik pada Reyhan. Namun, Reyhan tetap acuh. "Ada apa sama, Reyhan? Kenapa berubah jadi dingin begitu?" pikirnya dalam hati. Terkadang Rey akan tersenyum, itupun jika menyambut tamu yang memberi selamat.Pernikahan mereka berlangsung sederhana, karena keduanya tidak ingin ada pesta meriah. Tapi, tetap saja banyak tamu yang datang. Begitupun dengan Tama, dia hadir bersama Dewi. Menatap kesal Hany yang tengah berdiri di samping bosnya."Inget ya, Mas! Aku nggak akan pernah mau cerai sama kamu! Sekalipun nantinya, pernikahan ini hanya setingan!" bisik Dewi di telinga Tama."Kalau begitu, aku akan t
Suara ponsel Hany terus berdering. Membuat istirahatnya terganggu."Siapa sih, Han?" tanya Reyhan."Tau nih! Ganggu aja malam-malam! Ngeselin banget." Wajahnya ditekuk. Dengan malas ia meraih ponselnya.Secepat kilat Reyhan langsung melompat ke ranjang."Kamu ngapain lompat-lompat?" Hany mendengus heran."Pingin tau aja dari siapa." Reyhan mengintip layar ponsel Hany. Dia menatap Hany dengan pandangan yang sulit diartikan, membuat Hany sedikit takut karena rahang kokoh Reyhan mengeras tidak mengendur sedikitpun."Tama," celetuknya sinis. "Mau ngapain lagi si laki-laki ini!" Wajah Reyhan terlihat tida
[Mas, maaf, tolong kamu jangan kirim pesan ke aku lagi. Suamiku nggak suka][Aku nggak mau balik sama kamu lagi. Aku cinta sama Reyhan][Mulai sekarang, kamu tolong fokus pada istrimu][Lupakan semua masalalu dan buka lembar baru][Aku muak sama sikap kasar kamu! Jangan lupa itu! Bahasamu yang kasar! Memakiku dengan segala nama binatang.][Membuatku muak. Memang aku cinta sama kamu. Namun saat aku bersama dirimu saja aku ada rasa ingin bercerai, meski kutahan karena efek bucint! Kenapa juga setelah kamu ngelepasin aku, aku harus balik lagi sama kamu? Ogah ya Mas!][Mending aku sama Reyhan. Jauh lebih baik! Menghargai aku. Keluarganya juga baik! Tidak seperti Ibumu yang hanya bisa
"Han!" teriak Reyhan."Hem ….!" Hany menyahuti."Handuknya ketinggalan, nggak? Kalau ketinggalan Abang siap antar," godanya.Tak lama Hany pun keluar. Rambut panjangnya terurai basah. Memakai kaos oblong dan celana Levis pendek."Waooowwww! Sekkkksssiiii," ucap Reyhan."Si Reyhan bener-bener ya! Sumpah aku nggak nyangka kamu jadi sedikit gesrek begini," sungutnya sedikit kesal."Nggak masalah, dong! Kita kan udah resmi menikah! Hah!" Reyhan meniupkan napasnya di depan wajah Hany. Wangi mints dari mulut laki-laki itu begitu menyegarkan. Namun, jiwa jail Hany juga meronta."Ih, jorok! Ganteng-ganteng bau j
"Siapa ya? Tumben menjelang Maghrib kok ada tamu," lirih Bu Rani."Mana mencet belnya nggak cukup sekali lagi! Nggak sabaran banget!" grutu Bu Rani sembari mempercepat langkah kakinya."Loh, Pak Tama? Ada apa?" tanya Bu Rani setelah membuka pintu untuk tamunya."Saya mau ketemu anak-anak, Bu," ucapnya seraya mencari-cari sesuatu."Pak Tama cari apa?" tanya Bu Rani heran."Sebenarnya mau ketemu anak-anak apa nyari emaknya anak-anak? Dia pikir saya bodoh," ucap Bu Rani dalam hati."Saya lagi cari Reva dan Ravi, kok nggak keliatan?" jawab Tama
Extra part 1POV HanySetelah acara makan malam usai dan semua orang sudah pulang, aku dan Mas Reyhan langsung masuk ke kamar. Takut-takut aku pun memberi tahu pada Mas Reyhan tentang siklus menstruasiku yang tidak lancar. Mendengar pengakuanku, Mas Reyhan terlihat panik dan memintaku untuk segera memeriksakannya ke dokter."Sekarang kamu istirahat, Sayang. Besok pagi aku temani ke dokter. Jangan panik," ucap Mas Reyhan seraya membenamkan wajahku ke dadanya."Iya, Mas." Karena merasa sangat lelah, kami pun langsung beranjak ke tempat tidur. Mas Reyhan mematikan lampu kemudian menarik tubuhku sehingga kami pun terbaring bersamaan."Sudah tidur! Pejamkan matanya!" perintah Mas Reyhan. Aku mengangguk dan langsung memeluk tubuhnya. Ku-letakan kepala di atas dadanya hingga kemudian aku pun memejamkan m
(Semua mendapat kebahagiaannyaSejak pernikahan dua pasang pengantin yakini, Shela dan Tama, serta Riska dan Rangga, seminggu setelahnya, resmi juga pasangan Hana dan Ridho sebagai sepasang suami istri yang sah. Kini tidak terasa pernikahan mereka sudah hampir berjalan satu bulan. Pernikahan Ridho dan Hana cukup sederhana dan hanya mengundang karabat terdekat. Ini semua pun atas permintaan Hana, dan setelah menikah, Ridho tinggal di rumah orang tua Hana. Sebab, Ridho sendiri sudah tidak memiliki orang tua dan hanya tinggal bersama Paman dan bibinya yang tak lain kakak dari Ayah Tama.Kini setelah menikah, Ridho kembali disibukkan dengan menjalankan bisnis tour and travel-nya yang semakin rame semenjak menikah dengan Hana. Sebab, tour and travel milik Ridho, dibantu promo khusus oleh keluarga besar Reyhan. Bahkan agar melihat bisnis Ridho semakin maju, mereka tidak segan-segan menyumbang sebuah ide yang membuat bisnisnya sem
Sebelumnya….Derrrtttt …!Ponsel Shela berdering. Shela pun mengangkatnya."Apa?!" ucap Shela tersentak saat mengangkat panggilan itu. Matanya mendelik tajam, giginya menyatu sehingga mengeluarkan bunyi gemeretak. Sebelah bibirnya pun menyungging sinis seakan penuh kepuasan. Sedangkan semua orang menatap aneh sambil menunggu penjelasannya….🌟🌟🌟🌟"Ada apa, Shel? Siapa yang telepon?" tanya Tomo."Mas Tama, Om," jawab Shela. "Manusia laknat yang membuat Mama meninggal, ditangkap pol
Lamaran 3Semua keluarga besar Reyhan akan kembali disibukkan dengan persiapan acara lamaran Rangga esok pagi. Setelah Shela dan Tama, menyusul Rangga dan Riska. Semua orang juga masih berada di rumah Jaya Utomo, termasuk Septa yang masih setia di sisi Hana. Sedangkan Riska, sudah pulang membantu Ibunya bersiap untuk menyambut kedatangan mereka.Dari sore hari setelah kepulangan keluarga Tama sampai hampir masuk waktu maghrib, semua orang masih asyik bergurau. Hingga pada akhirnya terdengar suara azan maghrib yang membuat mereka segera bergegas untuk melaksanakan shalat Maghrib berjamaah.⭐⭐⭐Selesai melaksanakan shalat Maghrib, mereka menunggu waktu shalat isya. Setelah itu, baru semua orang menikmati makan malam bersama. Hanya ada satu perempuan yang ti
Berbagai macam hidangan kue-kue sudah tertata rapi di meja ruang tamu untuk menyambut kehadiran Tama dan keluarga besarnya. Shela tidak bisa duduk dengan tenang. Hatinya sangat gelisah, tidak menyangka kalau dia akan menikah dengan Tama. Betul-betul tidak pernah terpikir oleh Shela sebelumnya. Mengapa dia bisa mencintai duda tampan ber-anak dua itu, dan yang paling parah, duda itu mantan suami istri sepupunya. Terkadang, ia ingin sekali tertawa bila mengingatnya. Sama seperti Shela, Tama pun merasakan hal yang sama. Meski sudah dua kali menikah, dia tetap merasa deg-degan.⭐Para perjaka dan gadis di ruang tamu semuanya bersikap aneh. Mereka yang biasanya saling berbicara dan menyapa kini lebih banyak diamnya. Rangga yang sibuk memperhatikan Riska, membuat gadis itu tertunduk malu."Aduh, Kak Rangga n
"REYHANNN!!! HANY!!!!" Shela berteriak kencang membangunkan sepupu dan iparnya.Tok … Tok ….!Shela terus menggedor pintu kamar REYHAN (Rey dan Hany)"Isssh, masih pagi Shela kok teriak-teriak," grutu Hany. Dirinya dan Reyhan baru saja melaksanakan shalat subuh."Buka pintunya, Han," perintah Reyhan. Hany tak menimpali. "Buka pintunya, Sayang …." Reyhan mengulang kata-katanya."Siap, Sayang," balas Hany seraya beranjak."Dasar!" lirih Reyhan tersenyum."Kenapa, Shel? Masih pagi kok teriak-teriak?""Ini, Tama dan keluarganya
"Kok hati gue kerasa tenang ya, habis shalat," ucap Riska. Hana dan Septa mengangguk bersamaan."Aku juga ngerasain hal yang sama. Kok aku ngerasa kayak lebih adem dan lebih baik dari sebelumnya ya? Biasanya itu, yang aku rasa hawanya panas. Kalau ini beneran adem banget," balas Septa.Mereka bertiga asyik berbincang di dalam taksi yang membawanya kembali ke Jakarta. Sementara Hana lebih banyak diam dan mendengarkan curhatan kedua sahabatnya. Hana memikirkan masa depan seperti apa yang akan menyapanya mengingat dirinya bukanlah perempuan sempurna. "Aku jijik dengan tubuhku," ucapnya dalam hati. "Kira-kira masih ada laki-laki yang mau sama aku, nggak ya?" batinnya."Han, kok kamu diam saja?" tanya Septa."Em, aku nggak apa-apa kok. Aku punya ide deh, giman
Satria dan Karina memutuskan untuk pulang ke rumah mereka hari ini juga. Mereka tidak ingin merepotkan besannya lebih lama lagi. Setidaknya mereka sudah bertemu dengan anaknya dan tahu mereka baik-baik saja, Satria dan Karina merasa lega. Keduanya merasa bersyukur, mencari Hana, justru bisa menemukan Hany. Sebelum pulang, mereka memberikan alamat rumah pada Hany dan memintanya untuk singgah di rumahnya jika memiliki waktu luang."Mama dan Papa pulang dulu, Han," pamit Karina seraya memeluk dan menciumi pipi anaknya. "Kamu jangan lupa main ke rumah Mama," lanjutnya. Hany mengangguk dan balas memeluk erat tubuh Mamanya. "Insya Allah, Hany bakal main-main ke rumah Mama."Satria masih sibuk mengecupi kedua cucunya. Rasanya berat sekali meninggalkan mereka dan masih ingin berlama-lama. "Sebenarnya, Kakek masih ingin bermain deng
SebelumnyaSejenak Hana pun terdiam …."Gimana ini? Tak mungkin aku menghancurkan, Adikku. Maafkan Kakak, Dek. Mungkin karena Kakak tertarik padanya, pemikat yang ada di diri Kakak mampu menarik perhatiannya. Tapi Kakak tidak akan merusak kebahagiaan kalian. Tidak akan," tegas Hana dalam hatinya.🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿Setelah mengetahui kalau Reyhan adalah suami Hany, Hana tak lagi mau menatap Reyhan dengan mata nakalnya. Dia lebih memilih untuk menghindar. Sebab, semakin Hana menatap mata Reyhan dan Reyhan balas menatapnya, maka Reyhan akan semakin terpengaruh oleh pesona wajah Hana yang terlihat cantik di matanya. Oleh sebab itu Hana menghindarinya. Susuk pemikat yang Hana pasang di sekitaran dahi dan alis, menambah karisma dan membuat wajahnya terlihat lebih menarik. Terutama