Share

Bab 2

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2021-10-06 21:18:31

POV Tama

 

Sebelum menuntut Hany.

 

 

Bruk!

 

Seseorang menabraku. Perempuan cantik yang wajahnya tak asing lagi untukku. 

 

" Tama!" ucapnya. 

 

 

"De … Dewi!" ucapku senang tak menyangka. 

 

 

"Iya, aku Dewi," ucapnya. Dewi adalah temanku semasa kuliah dulu. Sudah beberapa tahun aku tidak bertemu dengannya. Mungkin semenjak aku lulus kuliah. Tidak menyangka kami bertemu di sini. Karena terburu-buru, aku pun meninggalkan sebuah kertas nama. 

 

 

"Jangan lupa hubungi aku. Aku lagi buru-buru ada miting," ucapku sembari berlalu setelah memberikan kertas namaku.

 

Dia sangat berbeda dari Hany. Dia terlihat cantik dan cerdas. Ah, mikir apa aku ini. Segeralah kutepis pikiran itu.

 

 

Keesokan harinya, Dewi mulai menghubungi dan mengajaku bertemu. Dan kami pun bertemu di sebuah restoran. Banyak yang dia pertanyakan kenapa aku bisa menjabat sebagai direktur di perusahaan sedangkan aku masih terbilang baru bekerja di sana. Cerita inilah yang tidak pernah diketahui oleh orang lain bahkan istriku sekalipun. Dengan detail akupun menceritakan semua padanya.

 

Yang sebenarnya, aku adalah seorang karyawan biasa yang memiliki keahlian manajemen. Untuk hal ini aku terikat perjanjian kerja dengan perusahaan dan diangkat oleh Direksi dan Dewan Komisaris perusahaan. Dengan kata lain, aku tidak perlu diangkat melalui organ RUPS. Direktur dengan mekanisme pengangkatan seperti ini juga tidak tercantum namanya dalam perubahan data perseroan pada Anggaran Dasar perusahaan. Jadi, aku ini direktur yang tidak lain adalah seorang karyawan.

 

Nilai tambah juga karena aku sangat dekat dengan Pak Jaya Utomo sebagai pemilik perusahaan di sana. Tanpa berpikir panjang, bahkan beliau juga yang merekomendasikan. Prestasi yang dihasilkan dan keahlian yang kumiliki, menjadi pertimbangan tersendiri. Pemegang saham dan direksi pun mengakui kalau aku mampu menjadi manajer profesional dalam menjalankan perusahaan. Dan aku dapat membuktikannya sehingga mereka pun tak menyesal telah mengangkatku.

 

 

 

Bersyukur tidak perlu bersusah payah menjelaskan padanya karena dia sudah mengerti. Tidak seperti Hany yang sedikit lola. Menceritakan apapun padanya hanya ditelan mentah-mentah. Karena yang dia tahu hanyalah seputaran urusan rumah tangga.

 

 

Setelah hari itu, kami pun menjadi akrab dan sering bertemu tanpa sepengetahuan Hany. Kedekatan dengan Dewi membuatku menjadi risih pada Hany. 

 

 

Perasaan risih itu semakin menjadi ketika Dewi rajin datang ke kantor untuk mengantar makan siang. Sehingga, membuat hubungan persahabatan ini pun berlangsung lama. Namun, tidak ada perasaan lebih untuk Dewi. Hanya saja, semenjak ada dia aku seperti tidak membutuhkan Hany. Jadi aku tidak mengerti perasaan apa yang kumiliki untuknya. Yang kutahu, aku merasa nyaman saat bersama ataupun saat sedang berkomunikasi dengannya. Secara langsung, atau hanya melalui sebuah ponsel.

 

 

Aku selalu meminta pada Hany agar dia bisa berpenampilan menarik. Entah kenapa aku mau dia seperti Dewi atau seperti istri kawanku yang lain. Ditambah, Hany mulai sibuk pada Ibunya sehingga melupakan tanggung jawab untuk mengurusku, seketika perasaan muak padanya pun semakin bertambah. Tapi rasa ini timbul setelah kehadiran Dewi. Padahal sebelum ini aku tidak pernah mengeluh pada Hany. Tidak pernah menuntut ini dan itu. Aku bahkan lihat sendiri ketika dia sibuk dengan anak-anak. Saat mau mandi pun Hany harus terburu-buru karena suara tangis Reva dan Ravi yang bertengkar. Terkadang aku yang sibuk dengan laptop membiarkan mereka menangis dan memilih melanjutkan kerjaku di pinggir kolam renang.

 

 

"Tama! Bengong aja!" Suara Dewi membuyarkan lamunan tentang Hany. Iya, aku terus memikirkan dia yang selalu sibuk mengurus Ibunya. Kesal dan gemas yang kurasa. 

 

 

"Makan dulu, Nih! Aku bawain makanan," ucap Dewi seraya menyerahkan rantang makanan.

 

 

"Kebetulan banget aku belum sarapan tari pagi, Wi," ucapku pada Dewi dan meraih makanan yang ia bawa.

 

 

"Loh kok bisa? Istrimu kemana? Apa dia nggak mau masakin kamu? Biar aku aja yang masakin kamu tiap hari," ucapnya membuatku terharu.

 

 

"Dia sibuk dengan Ibunya yang penyakitan, tapi nggak tahu diri. Sehingga dengan entengnya dia melupakan tanggung jawab pada suaminya." Mendengar ucapanku, Dewi menghampiri dan menyentuh pundakku seakan memberi kekuatan. 

 

 

"Yang sabar ya. Aku kalau jadi istri kamu pasti akan selalu mendahulukan kamu," ucap Dewi membuatku tak menyangka.

 

 

"Kalau kamu yang jadi istriku, mungkin hidupku akan jauh lebih bahagia."

 

 

"Aku mau kok, jadi istri kamu." Tiba-tiba saja Dewi langsung memelukku. Aku kaget, tapi kubalas juga pelukan itu. 

 

 

"Tapi aku sudah menikah, Wi."

 

 

"Bahkan aku mau menjadi istri keduamu. Aku sangat mencintai kamu, Tama," ucap Dewi. Mungkin karena itu aku dengan mudah meluapkan amarah pada Hany. 

 

 

Dan tibalah  puncak kemarahanku padanya.

 

Saat aku pulang kantor, kulihat Hany sudah tertidur. Raut wajahnya terlihat lusuh dan sangat lelah. Tidak seperti biasanya.

 

Paginya, dia membuat masalah yang menjadi jalan untuk aku menceraikan-nya. Tanpa pikir panjang langsung saja aku menalak pagi itu juga dan mengusirnya dari rumah. Masa bodo dengan kedua anakku yang terus menangis di gendongan Mamanya. Entah, saat itu aku memang sangat marah dan menginginkan Hany serta mertua tak tahu diri tukang ikut campur itu pergi dari rumah. Aku tidak menyesal sama sekali karena merasa memiliki Dewi. Kalau saja dia lebih memilih aku, mungkin tidak akan kuceraikan dan akan tetap menjadikannya istri. Sayang sekali dia tidak bisa memilih. Sehingga harus aku yang memilihkannya.

 

 

Fash to back on

 

 

 

Aku mulai bercerita pada Dewi kalau telah bercerai dengan Hany. Dia pun siap siaga menemaniku. Dia terus mendekat dan rajin berkunjung ke rumah untuk mengantar sarapan. Siangnya dia datang ke kantor untuk mengantar makan siang. Dengan Dewi aku merasa begitu diperhatikan. Akhirnya, akupun memutuskan untuk melamarnya dan menjadikannya istri. 

 

Sebulan berlalu setelah Hany keluar dari rumah, aku memutuskan untuk menikahi Dewi. Dan sekarang kami pun telah resmi menjadi sepasang suami istri. Dewi menjadi istri seperti yang kuinginkan. Dalam sekejap, aku tidak ingat lagi dengan Hany.

 

Seperti kebetulan, hari ini aku melihatnya tengah bekerja sebagai pelayan di restoran tempat aku dan Dewi biasa makan. "Jadi Hany tidak pulang kampung?" pikirku. 

 

"Mas Tama? Apa kabar?" sapanya. "Allhamdullillah anak kita sehat dan sangat aktif," ucapnya penuh senyum kebahagiaan. 

 

 

"Dia mantan istri kamu?" tanya Dewi. 

 

"Iya," jawabku.

 

"Kenalin! Aku istri, Mas Tama," ucap Dewi menyodorkan tangan. Hany seperti tak percaya karena terlihat dari wajahnya dia nampak terkejut.

 

"Kamu udah nikah lagi, Mas? Secepat itu mendapat pengganti aku? Atau memang kalian sudah berselingkuh bahkan sebelum bercerai dariku, Mas?" tanya Hany membuatku geram.

 

"Heh, perempuan kampung! Jaga ucapan kamu, ya! Sebelum menikah sama kamu, aku ini udah kenal lama sama Mas Tama! Makanya kalau punya suami itu diurus jangan malah sibuk ngurusin Ibumu!" hardik Dewi. 

 

"Diam kamu!" Tak kusangka Hany berani menampar Dewi. 

 

"Kamu duri dalam rumah tanggaku dan, Mas Tama! Kamulah penggoda yang membuat suamiku menceraikanku! Aku yakin kamu pun tak akan mampu menjadi istri yang diinginkan olehnya!" 

 

"Ayok, Wi. Kita pergi dari sini. Dan kamu, Hany! Jangan pernah berani menyakiti istriku!" ucapku lalu meninggalkan Hany yang masih diam di tempatnya. Memang dasar perempuan kampung itu selalu berulah dan membuat malu. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
lelaki Brengsek.
goodnovel comment avatar
Putri
ketika gadis wanita itu dipuji Dan dipuja namun setelah berkeluarga istri itu Di hina kampungan sungguh lelaki Brengsek sebagai suami yang otaknya hanya mesum.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 3

    "Udah nggak ada harapan lagi buat aku balik sama, Mas Tama." Aku terus mengusap air mata yang terus berjatuhan membasahi pipi. Sakit, benci dan marah bercampur jadi satu. Secepat itu dia melupakan aku yang pernah menemaninya dari titik terendah. Apa iya, dia memang tak ada cinta lagi untukku? Aku memiliki buah hati kenangan bersamanya. Sebegitu mudah melupakan jika sudah dapat seorang pengganti. Sedangkan aku? Aku disini menyembunyikan rasa sakit yang teramat. Hanya mampu memandangi foto pernikahan dan mengingat setiap perlakuan manisnya. Ah, sakit kalau mengingatnya.Harus bagaimana aku sekarang? Melupakan tidak semudah membalikan telapak tangan. Tapi aku juga harus bangkit. Anak-anak butuh aku, dan Ibu …. Sekarang aku harus terbiasa bekerja keras menghidupi keluargaku. Ayah sudah tiada, di desa pun tak ada keluarga. Terpaksa aku harus bertahan di kota Jakarta. Jika di desa aku kerja apa? Aku tak bisa bercocok tanam. Ibu

    Last Updated : 2021-10-06
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 4

    "Kamu nangis, Han? Katanya mau tidur?" Ibu mengelus kepalaku. Sebenarnya sedikit kesa pada Ibu. Tapi aku begitu menyayanginya. Masa gara-gara dicerai sama Mas Tama aku harus menyalahkan Ibu. Seperti yang Dewi bilang."Eh, engg … enggak kok, Bu." Aku berusaha mengusap air mata. Namun, suara berdengung dan hidung yang menjadi tersumbat tak mampu menyembunyikan kebohongan."Jangan bohong sama Ibu. Kamu nangisin, Tama? Untuk apa Hany? Untuk apa menangisi suami yang hanya bisa menuntut! Jangan bodoh! Memang belagu si Tama! Dulu nikah sama kamu cuma modal dengkul dan uang dua juta. Sekarang udah sukses malah lupa daratan! Udah biarin aja nggak usah ditangisin! Nanti juga bakal nyesel sendiri kok!" ucap Ibu terdengar gemas.Aku bangun dari posisi tidur dan menghadap pada Ibu. Begitupun dengan Ibu langsung bangun

    Last Updated : 2021-10-06
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 5

    Deg!Jantungku berdebar, pikiranku larut pada bayangan Mas Tama. Saat Reyhan menyanyikan lagu Vagetoz yang berjudul Saat kau pergi. Aku merasa lagu itu sangat tepat untuk mewakili perasaanku saat ini.Reyhan menyanyikannya penuh penghayatan. Seakan dialah yang mengalami itu. Ternyata sebuah lagu pun mampu mewakili perasaan yang dirasa seseorang."Han, Hany! Kenapa bengong?" tanya Reyhan."Lagunya sangat mewakili perasaanku, Rey," jawabku."Iyakah? Memang kamu ditinggal pergi?"tanyanya sambil menyalakan sebatang rokok."Iya. Pas lagi sayang-sayangnya. Persis sekali dengan lagu yang kamu bawain tadi." Jawabanku semakin membuatnya kepo."Jadi? Jadi? Jadi ….?" Dia ma

    Last Updated : 2021-10-06
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 6

    Pukul lima pagi setelah shalat subuh, aku bersiap. Hanya tidur dua jam. Kalau orang lain, mungkin akan lemas. Tapi kalau aku sudah terbiasa. Entah di kantor Reyhan nanti, aku akan mengantuk atau tidak? Sepertinya si mengantuk.Sungguh, dihari pertama akan bekerja dengan Reyhan, perasaanku sangat senang dan begitu nervous."Bu, masa iya aku kerjanya cuma nemenin, Reyhan aja sih," keluhku pada Ibu."Siapa tahu kamu diajarin sesuatu. Kan kita nggak tahu," ucap Ibu."Tapi kok rasanya deg-degan gini ya, Bu?""Biasa itu, Han. Namanya juga hari pertama masuk kantor," ucap Ibu sambil membuat sereal yang dibelikan oleh Reyhan semalam.****

    Last Updated : 2021-10-07
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 7

    POV Author"Kan aku udah bilang nggak bisa! Kamu ngeyelan banget sih dibilangin. Kalau kaya gini kan kasihan kamunya repot, Rey," ucap Hany sambil mengernyitkan kening. Semua pekerjaan tidak ada yang beres satu pun. Membuat Hany merasa tidak enak. Disuruh mencari berkas penting, tapi dia tidak mengerti berkas seperti apa. Rasanya Hany sungguh ingin menyerah."Rey, mendingan kasih kerjaan lain aja deh! Jadi tukang ngepel apa jadi tukang kopi. Apa namanya? OB kalau nggak salah. Aku bisa kalau itu. Kalau ini, otakku nggak nyampe, pusing. Aku nggak bisa, Rey," protesnya dengan bibir monyong lima cm. Terlihat putus asa dan hampir menyerah."Pelan-pelan pasti bisa! Nggak ada yang langsung bisa, semua bertahap, Hany! Kan aku ajarin. Kamu belajar dari Linda. Mulai besok, ya. Kamu belajar deh apa-apa aja yang harus kamu pelajari dari Linda. Ini nggak sehoro

    Last Updated : 2021-10-07
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 8

    [Sudah kusiapkan tempat khusus buat kamu belajar sama Linda. Ingat, jangan banyak mengeluh, jangan crewet dan ikutin Linda! Semoga berhasil!][Nanti pukul 07.00 akan ada mobil khusus yang jemput kamu. Kamu ikut saja sama dia. Sekarang bangun dan bersiap.] Hany tersenyum melihat pesan dari Reyhan. Serasa minum susu coklat di pagi hari, sangat terasa segar dan menghangatkan perut."Hihihihi, Reyhan baik banget sih! Semoga sehat dan lancar selalu," lirihnya sambil bergagas ke kamar mandi."Han! Mandinya pelan-pelan dong. Airnya nyipret keluar ini. Semangat banget kamu ini," ucap Ibunya dari luar."Hany buru-buru, Bu. Mau sekolah lagi. Tadi abis subuh tidur lagi, eh jadi ketiduran," jawabnya sambil terus mengguyurkan air.

    Last Updated : 2021-10-07
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 9

    "Asalamualaikum." Hany mengucap salam. Dengan semangat 45, Bu Evi menjawab salam anaknya dan segera keluar. Namun, alangkah kagetnya ketika Hany datang bersama laki-laki yang sangat ia benci."Bu," sapa Tama. Bu Evi melirik sinis pada anaknya. Matanya menyimpan tanya untuk apa dia membawa laki-laki ini ke rumah. Hany mengetahui arti tatapan mata Ibunya. Namun, dia berusaha tak mengerti dengan sikap acuh ibunya. Tidak ada keramah tamahan dari Bu Evi. Yang ada hanya rasa benci di dalam hatinya."Ya ampun! Astagfirullah, ngapain, Hany sama Tama?" batin Bu Evi dalam hati."Masuk, Mas," ucap Hany. Dengan cepat, Tama pun masuk ke dalam kontrakan kecil yang ditinggali kedua anaknya."Sayang! Papa datang, Nak," ucap Tama. Kedua anaknya langsung menghambur memeluknya. T

    Last Updated : 2021-10-07
  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 10

    "Kita mau kemana? Kok tumben?" tanya Hany penasaran. 'Iyakah ada pekerjaan? Karena Reyhan tidak membawa pakaian sama sekali. Mobil ini berjalan lurus dan jalannya, aku seperti mengetahuinya.' Dia terus membatin dalam hati."Kita mau ke rumah Linda! Pelatihan tambahan. Kali ini, gurunya bertambah satu," ucap Reyhan menahan tawa."Jadi kamu bohong sama aku dan Ibu?" Hany menuntut penjelasan."Oh, jangan bilang aku bohong. Aku bilang, ada pekerjaan. Jadi, ya ini pekerjaan aku. Melatih kamu! Pelatihan tambahan, supaya cepat bisa. Membutuhkan kamu, bukan?" Reyhan melirik Hany yang terlihat kaget mendengar pengakuannya."Rey?! Hahhahaha!" Dia tertawa melihat kelakuan Reyhan. "Berasa muda aku begini," lanjutnya."Memang

    Last Updated : 2021-10-07

Latest chapter

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Akhir yang Indah

    Extra part 1POV HanySetelah acara makan malam usai dan semua orang sudah pulang, aku dan Mas Reyhan langsung masuk ke kamar. Takut-takut aku pun memberi tahu pada Mas Reyhan tentang siklus menstruasiku yang tidak lancar. Mendengar pengakuanku, Mas Reyhan terlihat panik dan memintaku untuk segera memeriksakannya ke dokter."Sekarang kamu istirahat, Sayang. Besok pagi aku temani ke dokter. Jangan panik," ucap Mas Reyhan seraya membenamkan wajahku ke dadanya."Iya, Mas." Karena merasa sangat lelah, kami pun langsung beranjak ke tempat tidur. Mas Reyhan mematikan lampu kemudian menarik tubuhku sehingga kami pun terbaring bersamaan."Sudah tidur! Pejamkan matanya!" perintah Mas Reyhan. Aku mengangguk dan langsung memeluk tubuhnya. Ku-letakan kepala di atas dadanya hingga kemudian aku pun memejamkan m

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Ending yang luar biasa

    (Semua mendapat kebahagiaannyaSejak pernikahan dua pasang pengantin yakini, Shela dan Tama, serta Riska dan Rangga, seminggu setelahnya, resmi juga pasangan Hana dan Ridho sebagai sepasang suami istri yang sah. Kini tidak terasa pernikahan mereka sudah hampir berjalan satu bulan. Pernikahan Ridho dan Hana cukup sederhana dan hanya mengundang karabat terdekat. Ini semua pun atas permintaan Hana, dan setelah menikah, Ridho tinggal di rumah orang tua Hana. Sebab, Ridho sendiri sudah tidak memiliki orang tua dan hanya tinggal bersama Paman dan bibinya yang tak lain kakak dari Ayah Tama.Kini setelah menikah, Ridho kembali disibukkan dengan menjalankan bisnis tour and travel-nya yang semakin rame semenjak menikah dengan Hana. Sebab, tour and travel milik Ridho, dibantu promo khusus oleh keluarga besar Reyhan. Bahkan agar melihat bisnis Ridho semakin maju, mereka tidak segan-segan menyumbang sebuah ide yang membuat bisnisnya sem

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 52

    Sebelumnya….Derrrtttt …!Ponsel Shela berdering. Shela pun mengangkatnya."Apa?!" ucap Shela tersentak saat mengangkat panggilan itu. Matanya mendelik tajam, giginya menyatu sehingga mengeluarkan bunyi gemeretak. Sebelah bibirnya pun menyungging sinis seakan penuh kepuasan. Sedangkan semua orang menatap aneh sambil menunggu penjelasannya….🌟🌟🌟🌟"Ada apa, Shel? Siapa yang telepon?" tanya Tomo."Mas Tama, Om," jawab Shela. "Manusia laknat yang membuat Mama meninggal, ditangkap pol

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 51

    Lamaran 3Semua keluarga besar Reyhan akan kembali disibukkan dengan persiapan acara lamaran Rangga esok pagi. Setelah Shela dan Tama, menyusul Rangga dan Riska. Semua orang juga masih berada di rumah Jaya Utomo, termasuk Septa yang masih setia di sisi Hana. Sedangkan Riska, sudah pulang membantu Ibunya bersiap untuk menyambut kedatangan mereka.Dari sore hari setelah kepulangan keluarga Tama sampai hampir masuk waktu maghrib, semua orang masih asyik bergurau. Hingga pada akhirnya terdengar suara azan maghrib yang membuat mereka segera bergegas untuk melaksanakan shalat Maghrib berjamaah.⭐⭐⭐Selesai melaksanakan shalat Maghrib, mereka menunggu waktu shalat isya. Setelah itu, baru semua orang menikmati makan malam bersama. Hanya ada satu perempuan yang ti

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 50

    Berbagai macam hidangan kue-kue sudah tertata rapi di meja ruang tamu untuk menyambut kehadiran Tama dan keluarga besarnya. Shela tidak bisa duduk dengan tenang. Hatinya sangat gelisah, tidak menyangka kalau dia akan menikah dengan Tama. Betul-betul tidak pernah terpikir oleh Shela sebelumnya. Mengapa dia bisa mencintai duda tampan ber-anak dua itu, dan yang paling parah, duda itu mantan suami istri sepupunya. Terkadang, ia ingin sekali tertawa bila mengingatnya. Sama seperti Shela, Tama pun merasakan hal yang sama. Meski sudah dua kali menikah, dia tetap merasa deg-degan.⭐Para perjaka dan gadis di ruang tamu semuanya bersikap aneh. Mereka yang biasanya saling berbicara dan menyapa kini lebih banyak diamnya. Rangga yang sibuk memperhatikan Riska, membuat gadis itu tertunduk malu."Aduh, Kak Rangga n

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 49

    "REYHANNN!!! HANY!!!!" Shela berteriak kencang membangunkan sepupu dan iparnya.Tok … Tok ….!Shela terus menggedor pintu kamar REYHAN (Rey dan Hany)"Isssh, masih pagi Shela kok teriak-teriak," grutu Hany. Dirinya dan Reyhan baru saja melaksanakan shalat subuh."Buka pintunya, Han," perintah Reyhan. Hany tak menimpali. "Buka pintunya, Sayang …." Reyhan mengulang kata-katanya."Siap, Sayang," balas Hany seraya beranjak."Dasar!" lirih Reyhan tersenyum."Kenapa, Shel? Masih pagi kok teriak-teriak?""Ini, Tama dan keluarganya

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 48

    "Kok hati gue kerasa tenang ya, habis shalat," ucap Riska. Hana dan Septa mengangguk bersamaan."Aku juga ngerasain hal yang sama. Kok aku ngerasa kayak lebih adem dan lebih baik dari sebelumnya ya? Biasanya itu, yang aku rasa hawanya panas. Kalau ini beneran adem banget," balas Septa.Mereka bertiga asyik berbincang di dalam taksi yang membawanya kembali ke Jakarta. Sementara Hana lebih banyak diam dan mendengarkan curhatan kedua sahabatnya. Hana memikirkan masa depan seperti apa yang akan menyapanya mengingat dirinya bukanlah perempuan sempurna. "Aku jijik dengan tubuhku," ucapnya dalam hati. "Kira-kira masih ada laki-laki yang mau sama aku, nggak ya?" batinnya."Han, kok kamu diam saja?" tanya Septa."Em, aku nggak apa-apa kok. Aku punya ide deh, giman

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 47

    Satria dan Karina memutuskan untuk pulang ke rumah mereka hari ini juga. Mereka tidak ingin merepotkan besannya lebih lama lagi. Setidaknya mereka sudah bertemu dengan anaknya dan tahu mereka baik-baik saja, Satria dan Karina merasa lega. Keduanya merasa bersyukur, mencari Hana, justru bisa menemukan Hany. Sebelum pulang, mereka memberikan alamat rumah pada Hany dan memintanya untuk singgah di rumahnya jika memiliki waktu luang."Mama dan Papa pulang dulu, Han," pamit Karina seraya memeluk dan menciumi pipi anaknya. "Kamu jangan lupa main ke rumah Mama," lanjutnya. Hany mengangguk dan balas memeluk erat tubuh Mamanya. "Insya Allah, Hany bakal main-main ke rumah Mama."Satria masih sibuk mengecupi kedua cucunya. Rasanya berat sekali meninggalkan mereka dan masih ingin berlama-lama. "Sebenarnya, Kakek masih ingin bermain deng

  • Suamiku Menyesal Menceraikanku   Bab 46

    SebelumnyaSejenak Hana pun terdiam …."Gimana ini? Tak mungkin aku menghancurkan, Adikku. Maafkan Kakak, Dek. Mungkin karena Kakak tertarik padanya, pemikat yang ada di diri Kakak mampu menarik perhatiannya. Tapi Kakak tidak akan merusak kebahagiaan kalian. Tidak akan," tegas Hana dalam hatinya.🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿Setelah mengetahui kalau Reyhan adalah suami Hany, Hana tak lagi mau menatap Reyhan dengan mata nakalnya. Dia lebih memilih untuk menghindar. Sebab, semakin Hana menatap mata Reyhan dan Reyhan balas menatapnya, maka Reyhan akan semakin terpengaruh oleh pesona wajah Hana yang terlihat cantik di matanya. Oleh sebab itu Hana menghindarinya. Susuk pemikat yang Hana pasang di sekitaran dahi dan alis, menambah karisma dan membuat wajahnya terlihat lebih menarik. Terutama

DMCA.com Protection Status