Beranda / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 85. Evan Pasti Membela Elizabeth

Share

Bab 85. Evan Pasti Membela Elizabeth

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan harinya, Elizabeth mendatangi tempat kerjanya dan ingin bertemu dengan atasannya, setelah ia beberapa hari lamanya tidak aktif bekerja.

Elizabeth sudah berada di dalam sebuah ruangan, ia duduk di sebuah sofa tunggal dan menanti-nanti kedatangan Sonya.

Sampai akhirnya pintu kayu berwarna cokelat pun terbuka, di sana muncul seorang wanita cantik dengan balutan blazer merah maron, yang langsung melebarkan matanya saat melihat kedatangan Elizabeth.

"Oh Elizabeth," sapa Sonya dengan senyuman yang manis.

"Selamat siang, Nona Sonya," sapa Elizabeth sedikit menundukkan kepalanya.

"Selamat siang juga Elizabeth... Akhir-akhir ini kau jarang sekali terlihat, ya... Padahal aku sangat menunggumu kembali bekerja," ujar Sonya menatap Elizabeth dengan wajah sedih.

Elizabeth membalasnya dengan senyuman tipis, ia menjadi tidak enak hati dengan kebaikan Sonya yang selalu mengerti situasi yang Elizabeth rasakan.

"Silakan duduk kembali," ujar wanita cantik itu pada Elizabeth.

Mereka pun du
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Melody moga cepet tobat ya, haha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 86. Pesan Gambar yang Menyakiti Hari Elizabeth

    Beberapa Minggu Kemudian...Sejak pagi tadi, Elizabeth merasakan tubuhnya tidak nyaman, berkali-kali ia berjalan ke kamar mandi karena perutnya yang terus bergejolak. Elizabeth kini berdiri di dalam kamar mandi dengan tubuh lemasnya. Gadis itu meletakkan telapak tangannya di kening. "Apa yang terjadi, kenapa beberapa hari ini aku tubuhku semakin tidak nyaman?" gumam Elizabeth bingung. Perlahan ia kembali keluar dari dalam kamar. Elizabeth meraih botol obatnya yang berada di dalam laci. "Obatnya masih sama seperti yang Daniel resepkan dulu-dulu, tapi kenapa sekarang membuatku mual dan pusing?" gumam Elizabeth menyeka keringat dingin di wajahnya. Elizabeth menyimpan lagi obatnya dan berjalan ke arah ranjang. Tubuh yang lemas membuat Elizabeth memilih beristirahat sejenak. Pikiran dan hatinya terus diliputi rasa takut. "Mungkin ini karena efek dari obat dari dokter yang selama ini aku minum," gumam Elizabeth memejamkan kedua matanya. Saat Elizabeth memejamkan kedua matanya, tiba-t

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 87. Evan, Penyesalanmu Telah Tiba

    Tengah malam Elizabeth pergi ke sebuah hotel. Dan hanya beberapa menit saja perjalanan dari rumah menuju ke tempat itu. Sesampainya di sana, Elizabeth tidak sabar untuk memastikan apakah suaminya benar-benar ada di sana. Rasa penasaran di dalam hatinya tidak padam begitu saja. "Di lantai lima, kamar sembilan enam," gumam Elizabeth menatap layar ponselnya yang telah retak. Ia membaca pesan yang seseorang kirimkan itu padanya. Elizabeth berjalan cepat sembari menahan rasa pusing yang mencekam di kepalanya. Hatinya bahkan masih setia tak percaya seolah-olah Evan tidak mungkin berada di tempat ini. Sampai akhirnya Elizabeth tiba di depan pintu nomor sembilan puluh enam. Jemari tangan Elizabeth terasa kebas dan gemetar saat ia mengulurkan tangannya menyentuh gagang pintu. Dengan sekuat hati, Elizabeth membuka pintu tersebut. Pelan, tanpa suara ia mendorongnya perlahan-lahan. "Ti-tidak mungkin..." Kata itu yang begitu lembut keluar dari bibir Elizabeth. Air mata Elizabeth menetes de

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 88. Elizabeth, Jangan Tinggalkan Aku

    Evan terburu-buru pergi ke rumah sakit dengan wajah dan pikirannya yang kalut dan kacau. Ia tidak percaya dengan kabar yang dia dengar sendiri. Saat tiba di rumah sakit, ia menemukan beberapa polisi yang tadi menghubunginya nampak menunggunya di depan sebuah ruangan, yang sangat ramai oleh lalu lalang dokter dan perawat yang berlari terburu-buru. "Tuan Evander?" sapa seorang polisi tersebut begitu Evan mendekat. "Ya, di mana istriku sekarang? Di mana Elizabeth?" seru Evan panik melihat ruangan yang riuh."Nyonya Elizabeth masih berada di dalam, Tuan." Evan mengusap wajahnya yang memerah tergambar kekalutan yang luar biasa. Dalam hatinya, Evan terus berdoa tanpa henti semoga tidak terjadi hal yang buruk pada istrinya. Namun, saat Evan berdiri menanti-nanti, seorang suster keluar dari dalam ruangan itu membawa sebuah kain yang terbakar. "Tunggu...!" Evan menghentikan langkah suster itu. Ia menatap sisa kain mantel yang terbakar, mantel hangat yang baru satu minggu lalu Evan beli

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 89. Kehilanganmu Untuk Selama-lamanya

    Setelah pemakaman selesai, Evan masih berada di sana. Dia masih setia duduk di samping tanah peristirahatan terakhir istrinya. Langit yang mendung gelap dan hujan yang lebat seolah bersatu menangis atas kepergian Elizabeth. "Evan, ayo pulang nak, hujan semakin deras." Melody menyentuh dan menarik pundak Evan dengan pelan. "Kalian pulanglah dulu," jawab Evan tertunduk. "Aku masih ingin menemani Elizabeth untuk terakhir kali." Arshen menoleh pada istrinya, mereka berjalan pergi dan menunggu Evan dari kejauhan. Air hujan yang lebat, serta suara guntur di langit seperti cambuk putih membelah langit yang gelap diiringi suara keras mengerikan. Evan tahu, Elizabeth sangat takut dengan suara petir. Ia menundukkan kepalanya, tak bisa dibedakan mana air hujan dan mana air matanya yang mengalir. Hanya suara tangisannya yang terdengar. Tangis penuh dengan seribu penyesalan. 'Selama ini aku telah memperlakukanmu dengan buruk. Tapi kenapa? Kenapa harus secepat ini kau meninggalkanku, Elizab

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 90. Tak Mungkin ini Sebuah Kebetulan

    Keesokan harinya, Evan masih berdiam diri di rumah bersama Exel setelah kesedihan yang dia rasakan tidak kunjung bisa mereda. Dan sekarang Exel sampai demam karena semalaman merengek menangis mencari Elizabeth."Papa," rengek Exel merengkuh leher Evan. "Jangan pergi ke mana-mana.""Papa ada di sini, Papa tidak akan pergi ke mana-mana. Tidurlah, Sayang..." Evan menepuk-nepuk lembut punggung kecil Exel. Anak itu kembali memejamkan kedua matanya. Dan Evan, dia mematung menatap pantulan dirinya di lemari kaca. Teringat biasanya sekalipun anaknya demam, Evan tidak akan memiliki waktu atau sempat menggendongnya sebentar saja. Karena Elizabeth pasti akan meluangkan semua waktunya seharian penuh untuk menemani dan menjaga Exel. Tapi kini semua itu, tidak ada lagi. "Permisi Tuan..." Pintu ruangan keluarga terketuk, nampak Jericho yang berdiri di sana. "Ada apa?" tanya Evan dengan wajah datarnya. "Di depan ada Nona Clarisa ingin bertemu dengan Tuan dan Tuan Kecil," jawab Jericho menjelas

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 91. Ternyata Kau Di Balik Semua ini!

    Para ajudan Evan bergegas mengecek CCTV di setiap sudut rumah. Dan mereka juga bekerja secara cerdik untuk mencari tahu hingga detailnya.Setelah mereka berhasil mendapatkan semua bukti yang benar-benar akurat, kini mereka menunjukkannya pada Evan. "Nyonya pergi dengan taksi putih ini Tuan, dan Asgar melaporkan pada saya kalau taksi ini adalah taksi yang berhenti di depan hotel yang Tuan tempati malam itu," jelas Jericho menunjuk layar laptop di hadapannya. Evan mengetatkan rahangnya, ia langsung beranjak dari duduknya saat itu juga. "Bagaimana bisa malam itu aku berada di kamar hotel, dan Elizabeth... dari mana dia tahu?" gumam Evan mulai berpikir. Seketika Evan teringat tentang ponsel milik istrinya. Di sana Evan langsung meraih benda pipih berwarna hitam milik Elizabeth yang berada di meja kerjanya. Melihat layarnya yang sudah retak di berbagai sisi, Evan tak yakin ponsel itu masih bisa menyala. Tangannya tak sabaran saat menekan tombol. Ada jeda beberapa saat sampai ponsel

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 92. Selama ini Istrimu Sakit Keras, Evan!

    Hari telah berganti, pagi ini Evan meminta para pelayan di rumahnya untuk membersihkan dan merapikan barang-barang milik Elizabeth. Bahkan Evan pun kini masuk ke dalam sebuah ruangan kesukaan Elizabeth yang sebelumnya tidak pernah dia masuki sebelumnya. "Bersihkan ruangan ini, tapi jangan sampai ada satu barang pun yang kalian buang!" seru Evan menatap para pelayannya. "Baik Tuan." Para pelayan membersihkan ruangan itu, sedangkan Evan juga masih berada di sana. Ia mendekati sebuah meja kayu dan mengambil sebuah pigura foto, di mana di dalamnya terdapat gambar Elizabeth yang tersenyum manis sembari memeluk Exel. "Elizabeth..." Evan mengusap gambar itu dengan jemarinya. Dia menatapnya dengan dalam, menyadari kerinduan di hatinya kini mulai menyiksa dari detik demi detik. 'Sekarang aku hanya bisa memandang senyummu dari semua foto yang aku punya. Bagaimana caranya aku harus mengungkapkan kerinduanku padamu, Elizabeth...' Kedua mata Evan terpejam pelan, laki-laki itu meletakkan k

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 93. Menangkap Pelakunya Satu Persatu

    Hari ini Evan mengajak Exel ke tempat peristirahatan terakhir Elizabeth, setelah putranya sembuh dari demam. Setiap hari Evan selalu menyempatkan datang ke sana, membawakan bunga dan juga cukup lama dia berbincang dengan batu nisan bertuliskan nama istrinya tersebut. Kini, Exel mengusap-usap batu nisan berwarna putih itu dengan telapak tangan kecilnya. "Mama... Mama di sini, Pa?" tanya anak itu mendongak menatap Evan lagi. "Iya Sayang, Mama pasti senang kita datang hari ini." Evan tersenyum memeluk Exel. "Heem, Mama sedang tidur kata Oma, Pa," seru anak itu memeluk tubuh sang Papa. Evan selalu terenyuh dalam situasi ini. Ia meletakkan seikat bunga mawar putih di atas tanah pemakaman Elizabeth. "Aku akan selalu menyempatkan waktu untuk menemuimu setiap hari, Elizabeth. Kau jangan takut, aku akan selalu mendoakanmu..." Kedua mata Evan kembali pedih dan berkaca-kaca. Ia memeluk Exel dengan erat dan menatap nisan itu terus menerus. "Aku sangat hancur, aku merasa duniaku telah run

Bab terbaru

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 336. Momen Bahagia yang Akan Terus Kuingat

    Setelah putranya pulang, Evan pun juga kembali fokus pada pekerjaannya yang sempat ia tinggalkan beberapa waktu yang lalu. Laki-laki itu sibuk dengan tumpukan berkas di ruangan kerjanya. Di sana, juga ada Jericho yang terlihat tengah mengotak-atik keyboard laptop miliknya. "Jer, bagaimana kabar Jeff dan Tania? Apa mereka benar-benar diamankan?" tanya Evan menatap ajudannya. Evan penasaran, pasalnya setelah kembali dari Munich dua hari yang lalu, Jericho tidak berbicara apapun. Laki-laki berbalut sweater cokelat gelap itu mengangguk. "Tuan jangan khawatir, seperti rencana kita sejak awal. Jeff sudah berhasil diringkus polisi dengan kasus penculikan, dan Tania..." Jeff menjeda ucapannya, laki-laki itu menutup laptopnya. "Kai yang mengawasi gerak-gerik Tania, Tuan. Kai bilang pada saya, kalau saat Tuan dan Nyonya pergi bersama Exel waktu itu, Tania masih menangis di sana hingga dua jam lamanya. Setelah itu, esok paginya, wanita itu pergi membawa koper dan entah ke mana dia pergi, t

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 335. Kembali ke Pelukan Mama dan Papa

    Selama perjalanan pulang, Elizabeth tidak melepaskan pelukannya dari Exel. Wanita itu menangis dalam diam antara senang bertemu dengan putranya lagi, di sisi lain Elizabeth juga ikut merasakan betapa patahnya hati Tania saat ini. Exel diam menyandarkan kepalanya dalam pelukan sang Mama. "Exel kangen dengan Mama, Sayang?" tanya Elizabeth mengusap rambut hitam anak itu. "Iya Ma. Exel kangen Mama," jawabnya. Elizabeth tersenyum manis, ia mengecup pucuk kepala Exel. Ekor mata Exel melirik Papanya yang kini menatapnya dan tersenyum mengusap punggung kecil Exel. "Tidak mau dipeluk Papa?" tawar Evan. "Nanti saja, Exel kangennya banyak sama Mama," jawab anak itu cemberut. Hal itu membuat Evan terkekeh, ia melepaskan mentel tebalnya dan menyelimutkan pada Exel dan Elizabeth. "Mama Clarisa merawat Exel dengan baik, kan, Sayang?" tanya Elizabeth lagi. "Heem. Exel yang nakal, Exel yang selalu minta pulang. Karena Exel pikir Mama Clarisa. Sama seperti dulu, tapi ternyata tidak ... apapun

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 334. Kasih Sayang Mama Kandung, dan Penyesalannya

    Tania kaget di sana ada Evan dan Elizabeth, terlebih lagi saat ini Exel sudah berada dalam pelukan Elizabeth. Wanita itu menatap ke arah Jeff dengan tatapan murka tanpa ampunan. Sedangkan Evan berusaha melindungi anak dan istrinya, dan Jericho tiba-tiba pergi dari sana. Kini tinggal satu ajudan Evan berdiri di depannya. "Jadi benar-benar kau yang menculik Exel?" Suara Evan membuat Tania menatapnya dengan tatapan marah. "Ya. Aku yang membawanya, karena aku sangat merindukan anakku, Evander!" seru Tania. Wanita itu kembali menoleh pada Jeff. "Dan kau ... apa yang kau lakukan?! Kenapa kau mengembalikan anakku pada mereka, Jeff!" teriak Tania. "Bukannya ini dulu rencanamu? Kau yang mengajakku untuk menculik Exel, lalu meminta tebusan pada Evander, begitu bukan?" Jeff terkekeh saat ia berhasil mengendalikan situasi. Tania menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, tidak … tidak seperti itu!" Wanita itu dengan murka merebut koper yang berada di tangan Jeff dan melemparkan ke arah Evan.

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 333. Kembalinya Exel ke Pelukan Elizabeth dan Evan

    Tania kembali ke tempat di mana ia meninggal Exel dan Jeff. Dengan membawa satu cup minuman cokelat hangat yang Exel minta, wanita nampak kebingungan tidak menemukan anaknya. "Exel ... Jeff? Ke mana mereka?" Tania menoleh ke kanan dan ke kiri. Tania menatap sekitar, tempat itu sangat ramai, namun dia tidak melihat keberadaan Jeff ataupun Exel sama sekali. "Ya Tuhan, ke mana anakku?!" Tania mengusap wajahnya frustrasi. Wanita itu menjatuhkan cup cokelat hangat yang ia beli dan berlari ke sana kemari mencari Exel. "Exel...! Kau di mana, Nak?!" pekik Tania mencari-cari. Semua orang menatap betapa bingungnya Tania saat ini. Hatinya begitu gelisah dan takut, khawatir bila terjadi sesuatu dengan anaknya.Sampai tiba-tiba langkah Tania terhenti dengan sendirinya. Wanita itu terdiam berpikir tentang Jeff dan permintaan laki-laki itu sebelumnya. Yaitu dengan kukuh menjadikan Exel sebagai alat untuk mendapatkan uang dari Evander seperti rencana mereka sejak awal. 'Tidak mungkin Jeff memb

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 332. Selamat Tinggal, Mama Clarisa

    Elizabeth dan Evan sudah sampai di Munich sejak beberapa jam yang lalu. Penculik Exel sudah mengirimkan pesan dengan jumlah uang yang dia minta pada Evan pagi tadi, sebelum jejaknya menghilang begitu saja tanpa bisa dilacak kembali. Evan dan Elizabeth pun memutuskan mencari tempat tinggal untuk sementara waktu, karena cuaca yang dingin, dan orang yang menculik Exel itu juga tidak jelas ingin bertemu kapan. "Apa dia tidak mengabari lagi?" tanya Evan mendekati Jericho yang duduk di sebuah sofa. "Belum Tuan. Tapi sepertinya orang itu tidak berbohong, jejak yang kami lacak dari nomornya, dia benar-benar berada di Munich," ujar Jericho menatap Evan. "Mungkin kita perlu bersabar hingga orang itu menghubungi kita lagi," sahut Elizabeth, dia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Evan menatap istrinya dan tersenyum tipis. "Kita akan bertemu dengan Exel, percayalah..." Anggukan kecil diberikan oleh Elizabeth. Wanita itu menatap ke arah luar dari dinding kaca tempat ia berada saat in

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 331. Tak Ingin Exel Dikembalikan

    Tidak biasanya Tania bangun dari tidurnya tidak mendapati Exel di sampingnya. Wanita itu langsung bergegas turun ke lantai satu. Pemandangan asing Tania lihat di sana, ia memperhatikan Exel yang tengah duduk bersama dengan Jeff di ruang keluarga. "Exel," sapa Tania berjalan ke arah mereka berdua. Exel pun menoleh, anak itu diam memeluk bantalan sofa dan ia menyandarkan punggungnya pada Jeff. "Aku mau di sini dengan Om Jeff!" seru Exel memasang wajah cemberut. Tania dengan ekspresi curiga, dia menatap Jeff lekat-lekat. "Kau tidak bicara macam-macam dengan anakku kan, Jeff?" tanya wanita itu. "Kau tanyakan sendiri pada anakmu ini, apa saja yang aku bicarakan dengannya. Exel hampir mati kebosanan karena kau masih belum bangun di jam segini!" jawab Jeff tanpa menatap Tania, laki-laki itu masih sibuk menatap televisi. Tanpa membalas lagi, Tania berjalan mendekati Exel. Wanita itu mengulurkan tangannya dan mengusap pucuk kepala Exel dengan lembut. "Ayo mandi dulu, Sayang. Setelah i

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 330. Kami Akan Menjemputmu, Exel

    Pagi di hari natal tahun ini, tidak seperti tahun natal kemarin-kemarin. Semua terasa hampa bagi Evan dan Elizabeth. Apalagi Elizabeth yang sekarang berdiam diri merenung sedih memikirkan putranya yang hilang. Bahkan semua orang di rumah itu, tidak ada yang menunjukkan ekspresi bahagianya. "Ini sudah minggu kedua, ke mana kau, Nak?" Arshen berdiri di depan jendela menatap ke arah luar. "Exel, Cucuku..." Evan yang duduk di sofa, dia merangkul istrinya yang memeluk boneka koala milik Exel. Elizabeth benar-benar stress memikirkan putranya dan ia selalu menghabiskan hari-harinya dengan menangis dan melamun. Namun, wanita itu juga masih mengurus Pauline dengan baik. "Apa tidak ada kabar dari luar kota?" tanya Melodi pada Evan. "Tidak ada, Ma. Setelah natal, aku akan mencoba melakukan penelusuran lagi di Munich," ujar Evan dengan wajah lelah. "Mendengar dari salah satu mantan karyawan di butik Tania, wanita itu bilang Tania sering berhubungan dengan seseorang yang tinggal di Munich."

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 329. Telepon dari Exel

    Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Exel sudah bangun dari tidurnya yang lelap. Hari ini adalah tepat datangnya perayaan hari natal.Anak laki-laki itu perlahan melepaskan tangan Tania yang memeluknya. Ia menoleh ke belakang pada Tania yang memeluknya. Exel terdiam menatap wanita itu dengan lekat. Setiap hari, Tania sabar menjaga Exel sekalipun Exel kadang marah-marah, menuruti apapun yang Exel mau, dan dia selalu memeluk Exel setiap Exel tertidur. "Eumm ... Mama," lirih Exel sedih mengucapkan kata itu, nadanya pun sedikit ragu. Ia ingin menyentuh wajah Tania dengan jemarinya, namun Exel menarik kembali tangannya. 'Mamaku hanya Mama Elizabeth,' batin Exel menguatkan dirinya. Anak itu bergegas menyibakkan selimutnya dan turun dari atas ranjang. Exel berjalan membuka pintu balkon kamar itu dan berjalan keluar melihat seisi kota yang sangat meriah pagi ini. "Wahhh ... ramainya," lirih Exel berbinar-binar. "Bagus sekali..." Exel berdiri memperhatikan sekitar, banyak sekali anak-anak

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 328. Kasih Sayang Seorang Ibu Pada Anaknya

    Malam ini, Exel tidur ditemani Tania. Anak laki-laki itu sudah menolaknya, namun Tania tetap kukuh berkata ingin menjaganya. Bahkan Tania tidak memberikan ruang bagi Exel untuk bermain sendirian, hingga anak itu tidak punya kesempatan bebas. Tania kini menyelimuti Exel dengan hangat, berbaring di sampingnya dan bercerita tentang hal-hal yang menyenangkan. "Dulu, saat Exel masih bayi, Papa membelikan kalung untuk kita berdua. Exel tahu, kan?" tanya Tania pada Exel. "Tahu," jawab Exel singkat dan malas. "Tapi saat itu Mama harus pergi karena Mama ingin melanjutkan belajar, dan—""Tidak usah bercerita. Aku sudah tahu semuanya." Exel membalikkan badannya menatap Tania. "Terima kasih sudah pergi, karena dengan Tante Jahat pergi, aku bisa mengenal Mama Elizabeth yang mau merawatku sejak aku masih bayi, mau menemaniku bermain, dan mau menjadi Mama yang baik untukku!" Exel menarik napasnya panjang dan cepat sebelum anak itu kembali memunggungi Tania dan menutup sekujur tubuhnya dengan se

DMCA.com Protection Status