Beranda / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 286. Tak Ingin Diganggu Lebih Dulu

Share

Bab 286. Tak Ingin Diganggu Lebih Dulu

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-05 16:53:30

Makan malam sudah siap, anak-anak sengaja menolak makan lebih awal, mereka ingin makan bersama dengan Papanya.

Exel dan Pauline menunggu Evan di ruang makan. Mereka nampak menanti-nanti, sementara Elizabeth masih membantu Bibi di dapur.

"Ma, Exel panggil Papa dulu ya, setelah itu makan malam bersama-sama," ujar Exel menatap sang Mama.

"Iya Sayang," jawab Elizabeth.

Anak laki-laki itu bergegas turun dari atas kursi dan berjalan ke depan. Exel melangkah pelan, dia mengintip dari balik pintu kayu ke arah ruangan kerja Papanya.

Anak itu melihat ruangan kerja Papanya yang berantakan, semua kertas seperti sampah yang berhamburan di lantai. Kedua pupil mata Exel melebar saat anak itu melihat Papanya marah-marah dan menyapu beberapa map berkas di atas meja, hanya dengan sekali sapuan tangannya.

"Papa..."

Suara Exel membuat Evan yang tengah marah-marah pun menoleh cepat. Laki-laki itu mengusap wajahnya kasar melihat ada putranya di sana.

"Papa kenapa?" Exel berjalan masuk ke dalam ruan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 287. Seorang Teman yang Selalu Ada Dalam Segala Keadaan

    Keesokan paginya, Elizabeth kembali menjalani hari seperti biasa. Suaminya pun kini bersiap untuk pergi, jauh lebih pagi dari sebelum-sebelumnya. Elizabeth yang kini berada di dapur, wanita itu memperhatikan Evan yang berjalan menuruni tangga lengkap dengan tuxedo hitam yang dia pakai. "Sayang, kau tidak sarapan dulu?" tanya Elizabeth mendekatinya. "Mau aku buatkan bekal? Tunggu sepuluh menit saja, atau aku siapkan sandwich, atau—" "Tidak Eli, aku harus berangkat cepat. Siang nanti aku akan ada pertemuan, jadi aku harus berangkat lebih pagi," ujar Evan menolaknya. "Tapi kau harus sarapan, Evan..." "Aku akan membelinya di luar," jawab Evan sembari berjalan ke arah teras. Elizabeth pun berjalan di belakangnya dan terus mengikuti suaminya. "Apa nanti kau juga akan pulang malam?" tanya Elizabeth lagi. "Entahlah, mungkin tidak. Yang jelas, jangan menungguku," jawab Evan sebelum dia masuk ke dalam mobil. "Kalau besok?"Elizabeth bertanya lagi, kali ini nada suaranya merendah tiba-t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 288. Bantuan dari Daniel

    "Om Daniel mau kan, antarkan kita dan Mama pulang? Exel dan Adik Pauline capek jalan kaki…" Exel mendongak menatap Daniel saat mereka hendak beranjak dari taman bermain. Mendengar permintaan anak laki-laki itu, Daniel pun langsung terkekeh. Ia mengusap pucuk kepala Exel dengan gemas."Tentu saja, tumben sekali Exel ... biasanya Exel akan marah saat Mama dekat sama Om," ujar Daniel pada anak itu. "Iya. Tapi kan sekarang karena Mama sedang membawa belanjaan, mengajak Exel dan Pauline, jadi kalau jalan kaki akan repot, Om," jelas anak itu. Daniel terkekeh mendengarnya. "Oh ... seperti itu?" Sementara Elizabeth hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja dengan tingkah Exel. Anak laki-laki itu mengajak adiknya masuk ke dalam mobil milik Daniel. Mereka pun bergegas pergi, Daniel mengantarkan Elizabeth pulang ke rumahnya. "Ma, nanti malam janji ya sama Exel dan Adik Pauline, kalau Mama mau telfon Papa," ujar Exel pada sang Mama. “Pokoknya Papa harus pulang! Papa kan tidak boleh lupa ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 289. Kejutan Ulang Tahun Pernikahan

    Sejak siang, Elizabeth sibuk memasak dan membuat kue yang anak-anaknya minta. Seperti yang sudah Elizabeth rencanakan sejak semalam. Kalau suaminya sibuk, maka ia akan melaksanakan pesta kecil-kecilan dengan anaknya, Elizabeth bingung harus melakukan apalagi saat Exel dan Pauline rewel. "Semuanya sudah siap!" seru Elizabeth tersenyum manis menatap semua sajian di atas meja makan. Wanita itu menepuk kedua telapak tangannya dan menghela napasnya lega, dia melirik satu kursi yang harusnya ditempati Evan malam ini. Tapi apa boleh buat..."Aku juga sebenarnya tidak ingin mengadakan pesta seperti ini tampanmu, Evan," ucap lirih Elizabeth dengan wajah sendu. Tak ingin sedih berlama-lama, Elizabeth pun bergegas naik ke lantai dua, wanita itu melihat kedua buah hatinya yang tengah bermain di dalam kamarnya. "Sayang, jangan lompat-lompat di sana ya, nanti bisa jatuh dari atas sofa, Pauline..." Elizabeth memperhatikan putrinya. "Iya Mama..." Anak itu langsung turun dari berlarian lagi. Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 290. Sebuah Hadiah, dan Pertemuan yang Mengejutkan

    Acara makan malam yang Elizabeth impikan sejak beberapa bulan lalu, merayakan ulang tahun pernikahannya dengan anak dan suaminya. Elizabeth merasa sangat bersyukur, setidaknya meskipun hal itu sangat sederhana, namun waktu yang Evan berikan untuknya sangatlah bermakna. "Sayang, masakanku tidak terlalu banyak, aku ... aku benar-benar tidak menduga kau akan pulang secepat ini," ujar Elizabeth pada Evan di sampingnya. "Tidak papa, ini saja sudah cukup untuk kita berempat," jawab Evan mengusap pucuk kepala Elizabeth. Senyuman yang terlukis indah di kedua sudut bibirnya, seolah bisa mengungkapkan betapa bangganya Evan pada Elizabeth. Laki-laki itu tiba-tiba mendekatkan wajahnya dan mengecup pipi Elizabeth dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, untuk makan malam hari ini, Sayang," ucap Evan berbisik. Elizabeth mengangguk pelan dengan kedua pipinya yang merona. "Iya ... terima kasih juga sudah menyempatkan waktumu untukku." Tidak ada jawaban dari Evan, laki-laki itu melirik dua bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 291. Jangan Anggap Elizabeth Lemah Seperti Dulu!

    Acara jalan-jalan menjadi sangat kacau saat Elizabeth melihat Tania. Dan gilanya, wanita itu berpura-pura tidak mengenalinya!Elizabeth sangat kesal dengan wanita itu. Bahkan dirinya sampai ditegur oleh rekan Evan, di sisi lain, memang Elizabeth yakin kalau wanita tadi, benar-benar Tania. "Beraninya dia berpura-pura tidak mengenaliku!" seru Elizabeth saat ia masuk ke dalam kamar dan melemparkan tasnya. “Dia pikir dia siapa?!”"Dasar wanita jahat, pembohong!" seru Elizabeth dengan wajah kesalnya, dia duduk di tepian ranjang. Evan memperhatikannya, laki-laki itu berjalan mendekati Elizabeth."Sayang..." Istrinya hanya diam dan meliriknya dengan wajah kesal. Tentu saja Elizabeth kesal, pasalnya Evan tidak mau membantunya mengatakan siapa Tania sebenarnya saat tadi berada di mall. "Kau sudah tahu semua ini, kan? Kau sudah mengetahui tentang Tania, sekalipun dia menjadi istri rekanmu?" tanya Elizabeth pada sang suami. Evan pun mengangguk. "Ya, Sayang. Kapan hari aku mengetahuinya, aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 292. Datang Untuk Merendahkan!

    Mengetahui bahwa tamu yang datang ke butiknya adalah Tania, rasa kesal dan benci di hati Elizabeth semakin menjadi-jadi. Namun, hal itu tidak menghentikan Elizabeth untuk mendekatinya. Ia berjalan dengan elegan mendekati Tania. "Selamat pagi, Nyonya Tania," sapa Elizabeth tersenyum tipis dan ramah, seperti biasa.Tania menoleh, wanita itu melepaskan kacamata yang dia pakai."Selamat pagi, Nyonya Elizabeth Lawrence." Tania tersenyum manis. "Jadi ... butik ini milik Nyonya?" tanya wanita itu. "Bukannya sejak awal Anda tahu," jawab Elizabeth menekan kuat amarah yang meradang untuk tidak meluap-luap. "Asisten saya bilang, Anda ingin saya temani memilih-milih barang di butik saya? Mari, saya akan temani..." Elizabeth dengan anggun melangkah mendahului Tania dan menunjukkan beberapa model-model koleksi busana yang dibuat dan dipasarkan khusus di butiknya.Ia pun dengan sopan meminta Tania untuk memilih dengan senang hati. Tania pun melangkah memilih beberapa gaun musim semi yang sangat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 293. Kelicikan yang Disengaja

    Beberapa hari kemudian, Elizabeth kembali sibuk di butiknya. Karena Pauline sudah naik satu tingkat di sekolah, jadi gurunya pun meminta Elizabeth untuk tidak lagi menemani Pauline, agar Pauline bisa mandiri. Hal itu Elizabeth gunakan sebagai kesempatan untuk ke butik mengurus banyak pekerjaannya. Kini, Elizabeth pun sudah berada di butik dan bertemu dengan beberapa rekannya yang sibuk dengan pekerjaan di bagian masing-masing. "Semua bahan tekstil akan datang hari ini, aku meminta pada anak-anak untuk menunggu, Nyonya," ujar Sevia, dia adalah kepala bagian penjahit busana di sana, yang bagiannya berada di belakang. "Iya Sev, semua desain yang sudah diputuskan ada di Adelaide, ya," ujar Elizabeth meletakkan sebuah gulungan kecil kain kapas di atas meja. "Baik, Nyonya Elize..." Elizabeth tersenyum menatap beberapa pekerjanya yang sibuk, ada yang menjahit, menyetrika, dan banyak lagi lainnya. "Nyonya Elize, ditunggu Nona Adelaide dan Nona Annete di depan, katanya ada yang penting

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 294. Tania yang Memulai Api

    Satu minggu telah berlalu..."Butik kita mengalami penurunan yang cukup banyak beberapa hari ini, Elize. Apa yang harus kita lakukan?" Adelaide menunjukkan beberapa berkas tentang keuangan butik Minggu ini yang mengalami penurunan drastis. Melihat data-data yang tercatat secara rinci, bahkan penjualannya pun juga sangat jauh menurun dari hari-hari biasanya. "Tidak bisanya menurun sampai sehabat ini," ucap Elizabeth, wanita itu terduduk sembari memegangi keningnya. "Ini lebih gila dari yang aku perkirakan." "Apa mungkin ini karena adanya dengan butik baru yang ada di depan butik kita menjadi pengaruh besar?" Sevia berucap, wanita berkulit sawo matang itu memperhatikan empat wanita di sampingnya, termasuk Elizabeth. "Tentu saja hal itu terjadi. Barang-barang yang mereka pasarkan hanya berbeda warna saja dengan kita, dan semua modelnya juga sama persis." Adelaide berdecak memukul pelan meja kayu di depannya. "Kurang kreatif sekali pemilik butik itu!" sinis Adelaide dengan kesalnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08

Bab terbaru

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 453. (EXEL STORY) Kebohongan di Balik Semua Pujianmu

    Satu minggu kemudian...Kondisi Hauri tampak sudah membaik hari demi hari, gadis itu bahkan kini tidak lagi mengeluhkan tentang sakitnya. Setiap hari, Hauri selalu sibuk dengan tugas-tugasnya. Apalagi gadis itu selalu menempatkan diri kalau dirinya kini menjadi istri untuk Exel. Dan Hauri selalu berusaha melayani suaminya dengan baik. Seperti pagi ini ia sibuk membuatkan sarapan untuk Exel karena pembantu mereka sedang sakit. "Selamat pagi, Sayang," sapa Exel, laki-laki tampan itu baru saja turun dari lantai dua. Hauri menoleh dan tersenyum manis. "Pagi juga, Sayang," sapanya dengan ramah seperti biasa. "Kau sedang memasak apa?" tanya Exel mendekat dan berdiri di belakangnya. "Aku hanya memasak menu kentang dan daging sapi, lalu aku akan membuatkan telur mata sapi untukmu," ujar Hauri tersenyum merekah. Laki-laki itu menatapnya lekat dan memeluk Hauri dari belakang meninggalkan satu kecupan di pipinya. "Terima kasih, Sayang. Aku akan menunggu masakanmu selesai," jawab laki-la

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 452. (EXEL STORY) Pauline Marah Pada Mereka Semua

    Exel menatap lekat pada Arthur yang masih berada di sana menjemput Pauline.Tapi seperti biasa, adik kesayangan Exel itu selalu saja ada-ada saja tingkahnya. Usia hampir dua puluh tahun, tapi dia masih seperti anak kecil yang labil. "Kau pulang saja sendiri, aku masih mau di sini! Untuk apa kau menjemputku kalau kau akan pergi lagi?!" sinis Pauline menatap Arthur. Exel terdiam melirik adiknya yang duduk bersama istrinya. "Lalu maumu bagaimana, Pauline?" "Dia tidak boleh pergi." Pauline menjawab dengan mudahnya. "Arthur harus tetap menjadi pengawalku." Arthur memasang wajah datarnya menatap Pauline. "Saya akan memulai bisnis keluarga saya di luar kota, Nona." "Padahal kau dulu janji tidak akan meninggalkan aku, bahkan kau akan menjadi satu-satunya temanku. Tapi ... ternyata ucapanmu itu hanya omong kosong." Exel dan Hauri saling tatap dengan ekspresi bingung. Mereka tidak mengerti jalan pikir Pauline seperti apa. "Lebih baik sekarang kau pulang, minta pada Papa untuk mempekerj

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 451. (EXEL STORY) Kenapa dengan Arthur dan Pauline?

    Sampai malam tiba, Pauline tetap berada di kediaman Exel. Gadis cantik itu tampak bersama Hauri di kamar lantai dua. Mereka asik menonton drama romantis kesukaan mereka, dan Exel yang paling senang jahil, tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan duduk di atas ranjang di samping Hauri. "Sayang, kau sudah makan?" tanya Exel berbisik sembari mengecup pipi Hauri dengan gemas. "Sudah," jawab gadis cantik itu. "Kau sendiri, sudah makan malam?" "Hm," gumaman menjadi jawaban dari Exel. Dari arah samping Hauri, tiba-tiba Pauline menengok Kakak dan Kakak iparnya tersenyum. "Kakak, tadi Papa tidak bilang ingin menjemputku, kan?" tanya Pauline dengan kedua mata indahnya yang mengerjap. "Tidak, Pauline. Tapi jangan lama-lama di sini," ujar Exel menyindir sang adik, hal ini membuatnya terkekeh. Pauline lantas terdiam. Ia menoleh pada sang Kakak kembali dengan tatapan sedih. "Aku harus pulang sekarang, ya, Kak?" cicitnya. "Tidak, Pauline..." Saat itu juga Hauri langsung merang

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 450. (EXEL STORY) Adik dan Kakak Tidak Ada Akurnya

    Exel mendatangi kediaman kedua orang tuanya. Setelah sang adik datang sambil menangis, membuat Exel tidak tega. Kedatangannya disambut seperti biasa oleh Mama dan Papanya, mungkin mereka tahu kalau Exel datang akan memprotes mereka."Adikmu di sana?" tanya Evan saat Exel baru saja duduk. Exel menatap Papanya dan berdecak pelan. "Papa apa-apaan, menjodohkan Pauline dengan seenaknya seperti ini? Pauline masih kuliah, Pa." "Exel—""Pa, Ma, Pauline itu masih seperti anak kecil. Papa tahu sendiri kan, segala sesuatunya selalu membutuhkan orang lain! Dan satu-satunya orang yang sabar dan selalu membantunya adalah Arthur!" tegas Exel pada sang Papa. "Papamu memang tidak pernah bisa mengerti anak-anaknya," sahut Elizabeth dengan wajah kesal pada sang suami. Mendengar hal itu, Evan langsung menoleh menatap sang istri. Laki-laki itu menutup laptop yang ia pangku dan mengembuskan napasnya panjang menatap Elizabeth dan Exel bergantian. "Dengarkan aku, Sayang ... dengarkan Papa, Exel ... Pap

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 449. (EXEL STORY) Sosoknya yang Sangat Hauri Kagumi

    "Enghh ...."Suara lenguhan pelan itu terdengar dari bibir Hauri. Gadis itu membuka kedua matanya perlahan-lahan. Hauri mengembuskan napasnya panjang saat merasakan sekujur tubuhnya terasa lelah dan remuk. Bahkan untuk bergerak sesenti pun, Hauri merasa nyeri pada inti tubuhnya. Hauri menatap ruang samping ranjangnya yang kosong, sepertinya Exel sudah bangun. "Jam berapa ini?" gumamnya lirih. Perlahan Hauri membalikkan badannya dan menatap ke arah dinding, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, namun ia sangat malas untuk beranjak. Hauri bahkan tidak ingat, kapan ia memakai dirinya memakai piyamanya lagi. Gadis cantik itu pun masih terdiam menatap langit-langit kamarnya. Kedua pipi Hauri merona tiba-tiba saat ia mengingat kejadian semalam. Hauri menyerahkan apa yang telah ia jaga kehormatan yang selama ini ia jaga pada laki-laki yang sangat ia cintai. Dan ia mengingat jelas bagaimana semalam mereka melakukannya dengan sangat bergairah dan...."Ya ampun, apa yang aku pikirkan!"

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 448. (EXEL STORY) Malam Pertama dan Aku yang Pertama

    Cuaca sangat dingin malam ini, Hauri tampak sibuk merangkai kalung mutiara miliknya yang putus sore tadi. Kini, gadis itu tampak sangat fokus merangkainya satu persatu. Hingga Exel yang baru saja masuk ke dalam kamar, tampak memperhatikannya dengan kedua mata mengerjap. "Sayang, kau sedang apa? Ini sudah jam sebelas, Hau," tanya Exel, ia berjalan ke arah ranjang dan mendekati istrinya. Hauri menunjukkan beberapa butir mutiara yang ia simpan di dalam sebuah mangkuk kecil. "Kalungnya tadi putus karena bajuku, lalu semua mutiaranya berceceran di lantai, tapi aku sudah memungut semuanya. Semoga tidak ada yang tertinggal atau jatuh di bawah ranjang," ujarnya dengan wajah sedih. "Sayang ... sudah, sudah, taruh saja. Besok aku belikan lagi," ujar Exel mengambil mangkuk mutiara di hadapan Hauri. Namun, gadis itu menatapnya dengan tatapan lekat. "Jangan Sayang, aku belum selesai. Tidak papa, aku akan menyelesaikannya. Sayang kalau tidak dirangkai lagi," seru gadis itu. Exel mengalah. L

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 447. (EXEL STORY) Kabar Membahagiakan

    Keesokan harinya, Exel menemani Hauri untuk kembali berobat. Bahkan setelah kemarin Hauri merasa lemas dan kelelahan hingga membuat Exel merasa sangat cemas. Sudah lima jam lamanya Hauri menjalani pengobatan dan Exel menunggu dengan sabar, ia juga terus menerus tanpa henti berdoa yang terbaik untuk istrinya. Hingga tiba-tiba sebuah pintu kaca terbuka di depan sana, Dokter William menatapnya sambil tersenyum, seolah ada sesuatu yang melegakan akan dia sampaikan. "Tuan Exel, mari," ajaknya tiba-tibaExel segera ikut bersama dengan Dokter William masuk ke dalam sebuah ruangan. Laki-laki berjubah putih itu segera duduk di hadapan Exel dengan wajah lega. "Dokter, bagaimana perkembangan kondisi istri saya?" tanya Exel. Dokter William tersenyum. "Kondisi Hauri jauh sangat-sangat membalik, meningkatkan beberapa persen lebih baik. Saya juga tidak terbayangkan, bisa secepat ini. Mungkin karena Hauri rajin mengonsumsi obat dan mengatur pola pikirnya. Tetapi ... saya merasa sangat-sangat ba

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 446. (EXEL STORY) Aku yang Sangat Meyakinkanmu

    Diberi libur satu minggu, Exel ingin hari-hari itu diisi oleh menyenangkan hati Hauri. Mulai dari mengajaknya makan bersama, hingga pergi ke jalan-jalan. Seperti saat ini, Exel mengajak Hauri pergi ke sebuah rumah makan Jepang yang mewah yang ada di tengah kota. Hauri tampak sangat antusias begitu Exel mengajaknya memilih tempat duduk yang pas. "Aku baru tahu di sini ada restoran Jepang," ujar gadis itu tersenyum manis. "Hmm ... kau mau memesan makanan apa, Sayang?" tanya Exel menoleh dan menatapnya. "Apa saja, semua makanan Jepang aku suka," jawab gadis itu. "Tapi kalau ada, aku mau ramen. Emmm kuenya—""Dango!" jawab mereka bersamaan. Saat itu juga Exel terkekeh, laki-laki itu langsung mengusap pucuk kepala Hauri dengan gemasnya. Kedua pipi Hauri langsung bersemu. Gadis itu menepuk-nepuk lembut kedua telapak tangannya sambil tak sabaran menunggu pesanan makanannya datang. Hingga tak lama kemudian, makanan yang Hauri tunggu-tunggu pun telah tiba. Semangkuk ramen dan juga kue

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 445. (EXEL STORY) Kehangatan ini, Ingin Kurasakan Seumur Hidupku

    Karena pembantu belum datang ke kediaman baru Exel, tampak laki-laki sibuk di dapur sejak tadi. Bahkan Exel juga tidak membangunkan istrinya yang tidur sejak siang, karena Exel tahu kalau istrinya pasti sangat kelelahan. Aroma masakan yang sedikit gosong, dan suara kekacauan di dapur pun membuat Hauri terbangun. Gadis itu segera keluar dari dalam kamar. "Ya ampun, aroma apa ini? Kenapa gosong begini?" gumamnya lirih. Perlahan Hauri menuruni anak tangga, ia menengok dari selasar lantai dua ke bawah sana. Hauri melihat Exel yang berada di dapur sendirian dengan semua barang-barang yang terlihat sangat berantakan. "Ya ampun, Exel..." Hauri menutup mulutnya kaget. Buru-buru gadis itu berjalan turun ke lantai satu dan melangkahkan kakinya mendekati Exel. Dari piring, mangkuk, hingga wadah lainnya menumpuk di dapur. Bahkan ada beberapa makanan yang tampak dibuang karena gosong dan tidak layak makan. "Y-ya ampun, Sayang..." Hauri menutup mulutnya menyaksikan kekacauan ini. Tetapi, g

DMCA.com Protection Status