Share

Wibawa Seorang Asisten

“Kakek?” batin Sinta. “Sudah sejauh ini? Kakek Buana?”

Setelah terdiam sesaat, akhirnya Gea mengangguk.

“Sore aku akan menjemputmu.”

“Baiklah,” sahut Gea, kemudian keluar.

Sinta merapatkan gerahamnya.

“Ada apa?” tanya Ferry sambil berputar, kembali ke kursinya.

Lyman menundukkan badannya sedikit. Hatinya sedikit terbakar, bahkan Ferry tidak menyuruhnya duduk, meski sebagai orang yang lebih tua.

“Saya tahu, terpilihnya Bapak menjadi pemimpin, otomatis saya turun jabatan. Tapi mengapa ke kepala departemen pengembangan? Bukankah ada kursi direktur yang kosong?”

“Itu akan diisi oleh Pak Bagus,” sahut Ferry cepat, “Ada keluhan?”

Lyman terdiam. Ia teringat ucapan pewaris Buana yang mengatakan jika tidak setuju silakan keluar.

“Tidak pantas saya mengeluh,” ucap Lyman dengan wajah tertunduk. “Aku cuma perlu bersabar. Tunggu sampai Sinta masuk ke rumah Buana. Aku akan membalas tindakanmu hari ini.”

“Tapi bagaimana dengan aku? Mengapa aku jadi ke divisi Green Light?” Sinta yang sejak awal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status