Home / Pernikahan / Suamiku Konglomerat Bangkrut / BAB 6 - Pertemanan Sandiwara

Share

BAB 6 - Pertemanan Sandiwara

Author: Jasminesuckle
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tring . . .

Dering ponsel milikku berbunyi dengan nyaring, aku yang tengah pusing memikirkan masalahku tiba-tiba semakin pusing saat melihat nama yang tercantum di layer ponsel.

“Ahh . . . Elisa, pasti mereka mengajakku bertemu lagi. Padahal kan minggu kemarin kita sudah hang out bareng,” kesalku. Aku angkat panggilan itu dan suara Elisa yang lembut menyapa telingaku.

“Halo, Yu!” katanya.

“O-oh, halo Lis. Kenapa nih?” tanyaku dengan nada yang malas.

“Di Plaza XX ada event loh! Kita kan sering belanja di situ, punya member juga, katanya dapat barang gratis setiap pembeliannya. Ke sana, yuk!”

Sudah kuduga. Kali ini Plaza XX? Di sana kan mahal-mahal sekali untuk budget keuanganku yang sekarang. Gimana ini? Tapi jika aku tolak nanti Elisa berpikir aku benar-benar jatuh miskin karena keluarga Wicaksono yang bangkrut.

“Wah, sekarang banget, nih?” tanyaku berpura-pura seolah sedang sibuk.

“Iya dong! Sekarang kan weekend, terus juga persediaannya terbatas! Utami juga ikut,” ucapnya bersemangat.

Aku berpikir-pikir lagi, kami tidak mungkin hanya ke Plaza XX untuk membeli baju, pasti kami juga akan makan di restoran yang sayangnya tidak murah. Jika terus-terusan membuang uang begini, bagaimana nasib aku dan Jovan nanti?

“Yu?” tanya Elisa memastikan apakah panggilannya masih tersambung.

“E-eh, iya. Yaudah yuk! Jam 4 ya udah di tempat,” kataku.

“Oke, sip!”

Telepon pun dimatikan oleh Elisa. Aku menghela napas gusar sembari memegangi kepalaku yang berasa akan meledak. Aku tahu apa yang aku lakukan hanya membebaniku. Namun, bagaimana lagi? Aku tidak bisa mempermalukan diriku di depan teman-temanku.

Aku termakan oleh ludahku sendiri.

“Sebaiknya aku segera bersiap.”

Aku bangkit dan bersiap untuk pergi bersama Elisa dan Utami. Elisa adalah sahabatku sejak kuliah, dia sudah menikah mengikuti jejakku dengan orang yang lebih tua, dia dan suaminya beda 4 tahun. Sementara Utami juga sahabatku yang merupakan adik tingkatku, dia seumuran dengan Jovan dan tengah menjalani semester akhirnya.

Aku memakai barang-barang branded yang biasanya aku pakai, memakai aksesoris emas yang tentu harganya sangat mahal. Itu semua demi agar harga diriku tidak jatuh dan aku tidak terlihat menyedihkan karena menyesali keputusanku dulu.

Aku sudah rapih dan cantik, segera aku turun menuju garasi untuk menaiki mobilku dan berangkat karena waktu sudah menunjukkan pukul 03.30.

“Ayah, Ibu, aku memang menyesal tetapi aku tidak akan menunjukkan hidupku yang tidak bahagia. Biarlah aku tetap menjaga harga diriku ini agar setidaknya aku tidak menanggung malu nanti,” gumamku lalu segera menancap gas pada mobil Pajero yang kunaiki.

-

Di Plaza XX bertemulah aku dengan Elisa dan Utami yang sudah sampai lebih dulu. Kita segera menuju store pakaian yang dibicarakan Elisa di telepon tadi. Dengan berbincang sedikit-sedikit di perjalanan menuju storenya.

“Wah, itu kan tas VV edisi limited. Aku kemarin mau beli ga kebagian loh!” ucap Elisa

Dengan nada kecewa. Lekas aku terkekeh sedikit, ini adalah tas yang sempat dia beli ketika keluarga Wicaksono belum bangkrut.

“Iya, aku beli saat launching pertama kali. Di Indonesia sendiri cuman ada 10 pcs,” kataku. Jujur di kondisi ekonomiku yang sekarang rasanya aku ingin menangis ketika mengingat berapa harga tas yang aku pakai ini.

“Benar juga, aku pernah ingin membelinya saat launching pertama kali. Tapi aku diminta member VIP oleh brand nya. Apakah yang bisa membeli itu hanya pelanggan VIP saja?” tanya Utami padaku.

“Oh, tentu saja. Itu peraturan baru yang diajukan oleh para member VIP, karena kebanyakan dari mereka menginginkan barang eksklusif yang hanya bisa dibeli oleh kalangan atas. Jadi . . . ya begitulah,” jelasku.

“Wah, bangkrutnya keluarga Wicaksono sungguh tidak mempengaruhi gaya hidupmu, ya?” tanya Elisa terkagum. Sementara aku hanya tersenyum tipis saja. Sungguh aku tidak bisa membayangkan bila mereka tahu keadaanku yang sebenarnya.

Kami sudah sampai di store tersebut, memang betul ada event dan beberapa pengunjung mengerubungi tempat itu. Elisa dan Utami nampak sumringah karena harga-harga di sana didiskon setidaknya 10% dari harga biasanya. Tentu saja itu menguntungkan karena harga barangnya yang mahal, diskon 10% terasa begitu besar. Sekali lagi, menurut kondisiku yang sekarang.

“Kapan lagi dapat brand XX dengan harga segini!” seru Elisa yang disetujui oleh Utami.

Aku membuntuti mereka sembari meneguk saliva. Bahkan untuk harga yang sudah diskon saja aku terasa berat untuk membelinya.

“Biarlah, nanti aku tinggal cari alasan saja untuk tidak membelinya,” batinku.

Elisa dan Utami mengambil satu baju yang didapatkan mereka dengan susah payah karena sempat berebut dengan salah satu pengunjung di sana. Barang gratisnya pun telah mereka ambil, kini keduanya akan berlalu menuju kasir. Namun, mereka menengok padaku.

“Eh? Kamu nggak mau beli?” tanya Elisa.

“Iya, Kak. Kok kamu tumben nggak excited gitu,” timpal Utami.

Ahh, sial! Aku harus cari alasan agar aku tidak dicurigai oleh mereka.

“A-ah, ini . . . aku sudah punya cukup banyak barang brand XX, lalu aku juga malas untuk berebut seperti kalian tadi. Lebih baik aku beli di websitenya saja,” jawabku. Padahal aslinya aku hanya tidak punya uang yang cukup untuk membelinya.

“Ohh, gitu. Tapi di website nggak ada diskon sekaligus barang gratisnya loh!” kata Elisa.

“Ah, siapa peduli? Kak elisa, kak Ayu ini kan kaya. Dia bahkan nggak perlu diskon dan barang gratisan gini, ya nggak kak?” tanya Utami.

“Hahahha, bisa aja kamu,” balasku dengan kaku.

Beruntung keduanya tidak mempermasalahkannya, walaupun wajah mereka menampakkan ekspresi aneh padaku. Selesai membeli pakaian yang Elisa dan Utami beli, aku dan kedua sahabatku pergi menuju restoran steak yang biasa kita datangi.

“Hmm . . . kalian mau makan steak lagi?” tanyaku. Tidak usah ditanya mengapa aku menanyakan hal itu, tentu saja karena aku harus menghemat uang. Steak di restoran SS sangat mahal karena dipilih berdasarkan tipe dagingnya. Aku tidak bisa memesan daging local, bisa ditertawakan aku nanti oleh Elisa dan Utami.

“Aku apa aja sih,” kata Utami menimpali.

“Biasanya kita makan steak kan? Apa mau ganti restoran? Gimana kalo Sushi ZZ?” tanya Elisa.

“Hah?!” Aku spontan memekik kaget. Elisa dan Utami pun menatapku dengan terkejut. Elisa ini, dia pasti berpikir aku yang akan mentraktir makan mereka semua, maka dari itu dia mengajukan restoran mahal karena biasanya aku tidak khawatir akan hal itu. Tentu saja jika itu dahulu, sekarang aku bahkan tidak akan sanggup untuk membayar bagianku.

“Loh, kenapa Ayu?” tanya Elisa dengan pelan-pelan.

“Pake ditanya kenapa?! Sushi ZZ kan restoran yang dilayani langsung oleh chef nya dan semua bahannya fresh. Itu adalah restoran VIP yang bahkan satu orangnya bisa habis puluhan juta hanya untuk sushi saja,” batinku menjerit.

Rasanya aku ingin kabur dengan segera dari sini. Namun, sejak awal aku menyetujui ajakan Elisa pun aku sudah salah. Aku yang memaksakan keadaan demi mempertahankan harga diriku.

“A-ah, nggak kok. Kita makan steak aja deh,” putusku pada akhirnya. Steak memang mahal tetapi tidak semahal sushi ZZ itu.

“O-okey,” balas Elisa dengan kaku.

Lekas itu kami pergi menuju restoran steak SS, tak lama kami pun sampai di restoran. Pelayan menanyakan untuk kebutuhan berapa orang agar menyesuaikan dengan mejanya. Kami duduk di indoor dengan bangku 3 menghadap ke luar jendela. Suasana restoran tak cukup ramai karena biasanya hanya para orang kaya yang ke sini.

“Silakan menunya, ingin pesan apa?” tanya pelayan tersebut menunggu dengan catatan di tangannya.

“Hmm, saya pesan Kobe Wagyu ya . . . Utami, kamu mau apa?” tanya Elisa.

Aku jujur terkejut, tetapi aku berusaha untuk menetralkan ekspresi wajahnya. Elisa ini benar-benar ya, aku tidak mengerti apakah aku baru menyadari sifatnya yang seperti ini ketika aku jatuh miskin? Dia benar-benar memanfaatkan kebaikanku, dia kira aku akan membayar semua bill nya, maka dari itu dia memesan Kobe Wagyu yang mana merupakan menu termahal di sini.

“Hmm . . . aku mau tenderloin A5 saja,” kata Utami. Utami sendiri menurutku masih dalam batas wajar, dia hanya pesan tenderloin meskipun itu juga termasuk mahal.

“Kamu, Yu?” tanya Elisa.

“Aku mau daging local,” kataku nyaris ingin menampar diriku sendiri.

Mana ada orang yang pergi ke restoran steak mahal hanya untuk memakan daging local? Benar, bunuh saja aku, bawa aku pergi dari sini. Aku benar-benar malu.

“Hahaha, bercanda mulu kamu. Cepat pelayannya nungguin,” ujar Elisa.

“Benar kok, aku bosan pesan Wagyu terus menerus. Aku ingin tahu juga rasa daging local yang dimasak di restoran mewah rasanya akan bagaimana. Bisa kan mas?” tanyaku pada pelayan itu.

Untuk sekarang itu adalah alasan paling logis agar tidak ketahuan miskin. “Oh, bisa bu!” jawab pelayan itu sembari tersenyum. Aku sendiri yakin dalam hatinya pelayan itu tengah mentertawakanku.

“Baiklah, jika itu maumu. Untuk minumannya samakan saja cola ya.”

“Baik, saya ulang ya pesanannya. Satu Kobe Wagyu, satu Tenderloin A5, satu daging local, dan untuk minuman cola,” ucap pelayan itu.

Aku mengangguk, ketika pelayan itu hendak pergi aku segera menyetopnya. “Mas, tolong bill nya masing-masing dipisah ya,” kataku.

“Oh, baik Bu!”

Elisa dan Utami menengok kepadaku dan aku melihat wajah Elisa yang pucat pasi di sana. Aku tahu apa yang akan terjadi setelahnya.

“Mas!” panggil Elisa dengan cepat sebelum pelayan itu menjauh.

“Iya, ada yang bisa saya bantu?” tanyanya.

“J-jadi gini, tiba-tiba saya ingin mengganti pesanan saya. Bisa kan yang Kobe Wagyu diubah jadi Tenderloin saja?” ucap Elisa terbata-bata.

Aku tertawa dalam hati, dia jelas-jelas memanfaatkanku dengan baik selama ini. Aku yang selalu mentraktir makan kedua sahabatku itu, karenanya mereka setiap makan selalu memesan makanan yang mewah. Bayangkan jika kami jadi pergi ke sushi ZZ, mungkin Elisa akan pingsan melihat billnya.

“Jadi, Elisa bagaimana kamu akan membayar pesananmu?” tanyaku dalam hati sembari meringis miris.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jejeaja
Relate banget ya sama kehidupan nyata. Skrg apa apa gengsi digedein
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 7 - Miskin

    Sembari menunggu pesanan kami sampai, kami mengobrol seperti biasanya. “Utami, bagaimana dengan pacarmu yang minggu kemarin? Apakah dia cocok sama kamu?” tanyaku penasaran. Minggu kemarin Utami membangga-banggakan pacar barunya di depan aku dan Elisa. Aku dan Elisa tau betul bagaimana kisah percintaan Utami yang tak pernah berakhir baik. Maka dari itu kita selalu menanyakan bagaimana jalannya hubungan Utami. “A-ah? Yang minggu kemarin? Si Willy? Setelah kupikir-pikir lagi sepertinya kita tidak cocok, dia tidak suka dengan aku yang mementingkan banyak hal. Terutama aku yang selalu sibuk karena aktif dalam kegiatan kuliahku,” jawabnya. “Wah, seperti dugaan. Nggak bertahan lebih dari seminggu?” tanya Elisa. “Yah, begitulah.” Utami hanya tersenyum kaku. Aku tak mengerti mengapa orang yang dia temui tidak pernah cocok dengannya. Se

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 8 - Sisi lain

    -POV Author-Ketiga orang tadi yaitu, Elisa, Utami, dan Ayu sudah pulang ke rumah masing-masing. Mari mulai dari Elisa, di rumahnya sudah ada suaminya Galuh yang tengah menunggu kepulangan istrinya. “Loh, Mas? Kapan pulang?” tanya Elisa terkejut karena mendapati suaminya yang pulang dinas. “Bukannya Mas sudah kabarin kamu? Kenapa kamu malah keluar pas Mas mau pulang?” tanya Galuh pada istrinya. Dia melihat beberapa paper bag dari barang-barang branded yang berada di tangan istrinya. Galuh membuang napasnya lelah, lagi dan lagi Elisa menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tak berguna. “Ini sudah yang keberapa kali? Mas kan bilang, simpan uangnya dengan baik, jika perlu untuk sesuatu maka gunakanlah untuk yang bermanfaat. Itu kan uang untuk persiapan kita punya anak, sayang,” ucap Galuh dengan penuh kelembutan pada istrinya itu. “Kamu kenapa sih, Mas? Lihat Istri senang nggak suka, kah? Aku ini malu karena aku kelihatan yang paling nggak ma

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 9 -[18+]Utami Dark Side

    Jam 22.00Suara bel kamar apartemen Utami berbunyi nyaring. Perempuan itu dengan malas berdiri dan mempersilakan kekasihnya masuk. “Halo, baby girl!” sapa Sam dengan merentangkan tangannya lebar. Utami dengan wajah berpura-pura bahagia memeluk Sam dengan lembut. Demi barang branded dan uang yang telah dia habiskan siang tadi, Utami harus bekerja lagi melayani Sam, pemuda yang sangat obsessed padanya. “Kamu selalu tepat waktu ya,” kata Utami. Dia menggiring Sam untuk masuk dan mempersilakannya duduk. Sam melingkarkan tangannya di perut Utami, membuat perempuan itu terduduk di pangkuannya. Sam mengendus harumnya tubuh Utami yang khas, bau ini selalu memabukkannya. Entah mengapa tidak ada perempuan yang memiliki wangi secandu Utami. “Ahh . . . aku tidak akan bisa berhenti menghirupnya,” bisiknya di telinga Utami. Dalam hati Utami berdecak, Sam mencarinya ketika lelaki itu menginginkan tubuhnya. Utami tidak benar-benar tahu apakah Sam benar-benar mencintainya atau hanya sekedar menyu

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 10 - Ayo punya anak!

    Sinar Mentari pagi masuk ke sela-sela kamar kami, tembus dari jendela dan menusuk mataku hingga aku pun akhirnya terbangun. Ku lihat Jovan seperti biasa masih terlelap dari tidurnya, seakan silaunya matahari tidak mengganggunya.“Sayang, mandi dulu gih. Aku mau masak dulu,” kataku membangunkan Jovan yang masih terbaring di kasur. “Eung . . . aku masih ngantuk,” balas Jovan. Seperti biasa, setiap pagi Jovan selalu menolak untuk bangun awal dan bermalas-malasan di kasur. Tidak masalah sebenarnya jika perekonomian kami masih seperti dulu, di mana aku dan Jovan tidak perlu memikirkan uang dan segala macamnya. Namun, sekarang berbeda.Seharusnya Jovan membuang kebiasaan buruknya dan berusaha menjadi kepala keluarga yang baik. “Ah, sudahlah. Mari lupakan soal uang dulu, akan banyak masalah berdatangan jika aku mengungkitnya terus,” gumamku. Aku mendekat ke arah suamiku, aku mengelus rambutnya itu dengan sayang berharap Jovan bangun dan segera

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 11 - Ketahuan Utami

    “Eh, itu liat deh. Dia guru honorer baru di sini, padahal denger-denger keluarga suaminya itu konglomerat yang bangkrut itu loh! Apa jangan-jangan dia juga ikutan jatuh miskin, ya? Makanya kerja di sini deh,” seru sosok ibu-ibu yang memakai seragam guru juga. “Sutt, nanti orangnya denger gimana?” kata sosok di sebelahnya. Sialan, dipikir aku tidak mendengarnya apa? Benar, aku sudah jatuh miskin, kenapa? Ingin rasanya aku berteriak di depan wajah mereka. Jika tidak terpaksa akan keadaan, mana mungkin aku mau menekuni pekerjaan dengan gaji receh ini? Memilih untuk pura-pura tuli, aku segera melangkah menuju kelas yang akan aku ajar. Aku mengajar anak SMA dengan mata pelajaran Biologi. Kira-kira baru beberapa minggu aku di sini, aku sudah merasa jengah akan tingkah anak muridku yang kelewat bandel. “Anak-anak, segera kumpulkan pekerjaan rumah kalian di meja ibu agar kita bisa langsung mulai pembahasannya,” kataku Ketika sudah memasuki kelas.

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 12 - Apartemen Marcel

    “Halo, Marcel. Aku ada di depan apartemen kamu, kamu ada di dalam?” tanyaku lewat telepon. Lekas pulang dari sekolah, aku urungkan niat untuk pulang ke rumah. Marcel memberikan alamat apartemennya kemarin dan letaknya tak jauh dari halte bus tempat aku turun tadi. “Oh, kamu sudah di depan? Wait sayang, 5 menit lagi aku sampai,” katanya. Telepon pun dia matikan sepihak. Aku menghela napas pada tingkah Marcel yang semakin terang-terangan mengatakan ketertarikannya padaku. Aku tidak tahu apakah Marcel benar-benar menyukaiku atau dia memang lelaki yang senang mempermainkan perempuan? Aku menunggu di lobby karena akan canggung rasanya bila aku berdiri di depan pintu apartemen Marcel. Selang 5 menit kemudian Marcel menemukanku dengan senyum sumringahnya. Mungkin dia merasa tak menyangka jika aku benar-benar datang. “Maaf kamu jadi menunggu,” katanya sembari mengulurkan tangan untuk meraih tanganku. Namun, aku tak menghiraukannya.

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 13 - Aku Mau Anak Kembar [18+]

    “Aku nggak ngerti maksud kamu. Apapun itu mari kita akhiri di sini,” kataku sudah merasa pening mendengar begitu banyak hal mengejutkan dari Marcel. “Tidak! Ini tidak adil bagiku, Ayu!” protes Marcel, dia mengikutiku yang hendak pergi, sekali lagi tanganku dijegal olehnya. Mimiknya memelas, mungkin dia berharap sekali saja aku berpihak padanya. Kini berbalik aku menatapnya dengan rasa kasihan, “Maaf, Marcel itu di luar kuasa aku. Pada siapa kamu meminta keadilan pada hal yang sudah kejadian? Jika memang Jovan merebutku darimu, kenapa kamu menyerah begitu saja? Itu artinya, aku tidak sepenting itu bagimu kan?” Marcel terdiam, kepalanya menunduk dalam, bibirnya kelu untuk membalas perkataanku. Tangannya kian pasrah menggengam lenganku. Ada rasa kecewa dalam hatiku karena Marcel secara tak langsung mengakui apa yang aku katakan memang benar adanya. “Hubunganku dengan Jovan kini membaik berkatmu, terima kasih karena tidak mengatakan yang sebenarny

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 16 - Pekerjaan Perdana Jovan

    “Sayang! Aku ketrima! Aku ketrima!” teriak Jovan dari kamarnya. Lelaki itu berlari ke arahku dan seketika mengangkatku tinggi-tinggi. Aku yang sedang memasak tentu saja kaget mendapat perlakuan tersebut tiba-tiba. “Ada apa sih Jovan? Turunin aku dulu!” kesalku. Jovan menurunkanku, masih dengan wajahnya yang berseri-seri dia mengulanginya lagi, “Aku diterima Ayu! Aku diterima kerja!” Sontak aku langsung ikut berteriak, “Akh! Selamat sayang!” Kami berpelukan riang gembira merayakan diterimanya Jovan di Perusahaan pertamanya. Aku sangat bahagia, bukan karena Jovan benar-benar serius pada keinginannya tetapi bahagia karena scenario yang sudah aku rangkai semalaman benar-benar kejadian. Jawabanku untuk Marcel sudah pasti menolak untuk menjadi kekasih gelapnya. “Kamu jangan lupa loh, sama perjanjian kita,” katanya mengingatkanku. “Hahaha, iya deh iya! Tapi Jovan, aku bangga banget sama kamu. Suamiku ini keren juga ya?!”

Latest chapter

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 42

    “Bu Ayu sudah cukup tenang sekarang. Mohon untuk tidak menekannya berlebihan,” kata Dokter yang sudah keluar ruangan. Setelah menunggu setidaknya 1 jam, akhirnya Ayu sudah kembali tenang. Marcel menunggu di luar dengan harap cemas luar biasa. Takut-takut Ayu memusuhinya dengan sangat. Lelaki itu bangkit untuk memasuki ruangan. Bunyi pintu terbuka diiringi suasana sunyi di sana. Marcel menatap Ayu yang kini sedang menundukkan kepalanya sambil duduk. “Ayu?” panggil Marcel. Tidak ada jawaban sampai Marcel tiba di sebelah ranjang Wanita itu. Dia duduk di kursi, lelaki itu tidak melakukan apapun lagi. Dia hanya menunggu Ayu sadar akan kehadirannya. “Maaf ….” Cicitan suara terdengar dari mulut Wanita itu. Marcel diam saja, menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya oleh kekasihnya itu. Ayu mendongakkan kepalanya, pada saat itu Marcel melihat mata wanitanya sembab, pipinya dipenuhi buliran air mata. Tampilannya, kacau. “Marcel, maaf! Aku janji nggak akan ngulangin hal itu lagi. Aku

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 41

    “Ada apa ini ribut-ribut?” tanya Ayu saat sudah sepenuhnya muncul. Semua orang berbisik membicarakan betapa silaunya penampilan Ayu saat ini. Tidak disangka sosok desainer misterius itu memiliki wajah dan tubuh secantik ini. Ayu bertanya pada petugas yang mengatur tiket untuk masuk. “Begini Bu, Nyonya ini ingin menjadi tamu untuk menghadiri acara launching ini dan mengikuti kegiatannya seperti 20 peserta nanti. Namun, kami sudah kehabisan kursi, jadi kami tidak bisa menambah kuota orang yang hadir,” jelas petugas itu. Wajahnya cemas sekaligus ketakutan, Ayu paham betul bagaimana menghadapi arogannya Jessica. Rasakan itu! Bagaimana ketika kamu tidak bisa mendapatkan apa yang kamu mau?! Batin Ayu menyalang. Ayu menatap pada wajah Jessica yang nampak menahan kegeramannya. Wanita itu mengepalkan tangannya seakan siap menghantam sesuatu yang keras untuk meredam emosinya. Sementara Miranda bersembunyi di belakang Jessica tidak mampu mengatakan apapun saking terkejut akan sosok Ayu yang t

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 40 - Launching

    “Apa Ayu sudah nggak membutuhkanku lagi, makanya dia dengan enteng bilang akan mengajukan surat perceraian?” tanya Jovan mencurahkan kegelisahan hatinya pada sosok Wanita yang merupakan sahabat istrinya itu. Beberapa hari berlalu semenjak Jovan pergi meninggalkan hotel yang Ayu tinggali. Setiap harinya Jovan menanti kabar dari istrinya itu. Setiap harinya tiada henti Jovan mengirimkan pesan untuk Ayu, berharap Wanita itu luluh. Namun, tidak kunjung ada jawaban. Hingga tiba-tiba stasiun TV memberitakan ada desainer baru Indonesia yang akan launching butik pertamanya di Jakarta. Untuk memulai debutnya seorang desainer itu merahasiakan dirinya dan hanya memberi tahukan nama brandnya. “Sebuah brand fashion terbaru dengan gaya italia yang romantis dan mahal mengusung tema feminisme yang tergambar dalam setiap rancangan desainnya. Seorang desainer pendatang baru ini berhasil memikat para pecinta fashion klasik lewat beberapa karyanya yang dia posting di sosial media baru-baru ini.”Dalam

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 39 - Obsesi Psikopat

    “Bu Ayu sudah cukup tenang sekarang. Mohon untuk tidak menekannya berlebihan,” kata Dokter yang sudah keluar ruangan. Setelah menunggu setidaknya 1 jam, akhirnya Ayu sudah kembali tenang. Marcel menunggu di luar dengan harap cemas luar biasa. Takut-takut Ayu memusuhinya dengan sangat. Lelaki itu bangkit untuk memasuki ruangan. Bunyi pintu terbuka diiringi suasana sunyi di sana. Marcel menatap Ayu yang kini sedang menundukkan kepalanya sambil duduk. “Ayu?” panggil Marcel. Tidak ada jawaban sampai Marcel tiba di sebelah ranjang Wanita itu. Dia duduk di kursi, lelaki itu tidak melakukan apapun lagi. Dia hanya menunggu Ayu sadar akan kehadirannya. “Maaf ….” Cicitan suara terdengar dari mulut Wanita itu. Marcel diam saja, menunggu apa yang akan dikatakan selanjutnya oleh kekasihnya itu. Ayu mendongakkan kepalanya, pada saat itu Marcel melihat mata wanitanya sembab, pipinya dipenuhi buliran air mata. Tampilannya, kacau. “Marcel, maaf! Aku janji nggak akan ngulangin hal itu lagi. Aku j

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 38 - Jangan Sentuh Aku!

    “Bagaimana? Apa istri saya baik-baik saja?” tanya Marcel dengan cemas. Lepas Ayu pingsan, buru-buru Marcel membereskan kekacauan yang dia buat dan segera mengantar Ayu ke rumah sakit. Jantungnya berdebar kencang saat menyebut Ayu sebagai istrinya. Masa dia bilang, Ayu kekasih gelapnya? Tidak mungkin! Ayu berbaring di ranjang rumah sakit dan menutup matanya. Tak ada tanda-tanda dia akan bangun cepat. Dokter kini memanggil Marcel untuk menjelaskan secara rinci bagaimana kondisi pasiennya itu. “Apa penyebab pingsannya karena berhubungan intim?” tanya Dokter itu langsung pada intinya. “Saya rasa begitu.” Marcel menjawab ragu-ragu, apakah Ayu pingsan karena ulah Marcel yang berlebihan? “Bagaimana cara mereka bermain sampai istrinya pingsan begini?” batin Dokter tersebut. Ketika Ayu datang, dia mencurigai jika pingsannya karena kelelahan saat berhubungan intim. Dia juga mencium bau aneh yang tercium dari tubuh pasiennya itu. Badan yang lengket dan banyak kiss mark sangat jelas menanda

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 37 - [21+] Pingsan

    “Tidak! M-marcel, apa yang mau kamu lakukan?” Ayu gemetaran tat kala Marcel melepaskan sabuk celananya dan menghentak-hentakkannya. Wajahnya tersenyum miring dengan menakutkan. Masih berpakaian lengkap, Marcel mengikatkan sabuk kulitnya ke tangan Ayu. Perempuan itu meronta-ronta, berusaha sebisa mungkin lepas dari cengkraman psikopat gila ini. “Marcel, t-tolong maafkan aku. Kita lakukan seperti biasanya saja, ya?” Ayu mencoba merayu kekasihnya itu. Namun, perkataannya tidak digubris sama sekali, dengan seringai menyeramkannya, Marcel kini telah sukses mengikat tangan Ayu dan diarahkannya ke atas kepala Wanita itu. “Sial, ini ketat!” batin Ayu. Tangannya mungkin akan terluka ketika dilepas nanti. “Jangan banyak bergerak sayang, nanti tangan kamu lecet.” Marcel bertumpu pada tangannya sambil menatap Ayu yang meminta belas kasihannya. Marcel kini bahagia, merasa menang karena Ayu nampak tak berdaya di bawahnya. Puas melihat betapa cantik kekasihnya itu, Marcel beralih melepaskan kem

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 36 - [18+]Hukuman

    “Marcel! Kenapa kamu cuekin aku?” Ayu geram. Ucapannya hanya dianggap angin lalu oleh Marcel. Sejak dari bandara sampai kini sudah berjalan hampir sampai di apartemen Marcel, lelaki itu tidak sepatah katapun mengeluarkan kata. Pandangannya hanya jatuh pada ipad untuk mengurusi bisnisnya. Ini benar-benar memunculkan banyak tanda tanya. Ayu malu pada Adimas yang satu mobil dengannya. Namun, rasa malunya tertutup perasaan jengkel pada kekasihnya itu. Ayu dengan berani merebut ipad Marcel dengan cepat.Lelaki itu terkejut dan akhirnya menatap mata Ayu. Namun, bukan tatapan itu yang diinginkan Ayu. Marcel menatapnya dengan alis berkerut dan amarah yang tertahan di sana. “Kembalikan.” Dia akhirnya mengeluarkan suara, tetapi perkataannya sangat dingin menusuk relung hati Ayu. Sebenarnya ada apa dengan kekasihnya itu? Kenapa tiba-tiba seperti orang yang murka padanya? Memangnya apa salah Ayu? “Kamu kenapa sih Marcel? Kok pulang-pulang kayak orang marah sama aku? Emang aku ngelakuin apa sam

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 35 - Diabaikan

    “Ke mana mereka pergi?” Jovan mengerutkan keningnya ketika jalan yang mereka tuju terasa membingungkan. Memutar-mutar seperti tidak ada tujuan. Namun, tak lama setelahnya mobil sedan hitam itu berhenti di depan hotel mewah. “Hotel? Ngapain mereka di hotel?” tanya Jovan dalam benaknya. Dia memperhatikan mobil itu dari sebrang hotel. Ayu keluar dari mobil itu, tetapi lelaki yang membukakan pintu Ayu tidak ikut keluar. Ayu turun dan mobil itu pergi begitu saja. “Apa aku salah mengira? Ayu tinggal di hotel itu dan bukan ke rumah orang tuanya? Lalu mobil dan laki-laki itu, jadi mereka tidak memiliki hubungan apapun?” Banyak pertanyaan berseliweran dalam pikiran Jovan. Dia sibuk menerka-nerka mengapa Ayu bersama lelaki itu, kenapa dia tinggal di hotel yang Jovan tahu bukanlah hotel biasa. Apakah Ayu menerima uang sebanyak itu dari sekolahnya? Istrinya itu masuk ke dalam hotel. Sementara Jovan masih bimbang, apa dia harus menyusul Ayu sekarang atau untuk sesaat biarkan Ayu sendirian? “S

  • Suamiku Konglomerat Bangkrut   BAB 34 - Mata-mata

    Kejadian ini terjadi sebelum Jovan menghampiri Ayu untuk membujuknya pulang. “Bu, sepertinya ada yang mengikuti kita.” Adimas menilik pada spion yang memantulkan sebuah mobil yang mengikuti Ayu dan Adimas lekas dari sekolah sore hari ini. Perempuan itu melihat mobil di belakang mereka, tidak disangka itu adalah mobil Jovan. Untuk apa lelaki itu mengikutinya? Pikir Ayu. Sekarang Adimas dan Ayu hendak kembali ke apartemen Marcel yang sekarang menjadi tempat tinggal Ayu. Namun, Jovan kini mengikuti mereka, akan menjadi pertanyaan besar jika lelaki itu memergoki Ayu ada di apartemen Marcel. “Bagaimana Bu? Apa kita tetap ke apartemen?” tanya Adimas pada Ayu yang terdiam. Ayu menatap geram pada mobil Jovan yang melaju semakin kencang. Mungkin kini lelaki itu juga berpikir Ayu menaiki mobil siapa? Kecurigaan, amarah, dan rasa penasaran mungkin tengah memenuhi benak lelaki itu. Lama berpikir dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan, Adimas buka suara, “Bagaimana kalo sementara Anda tin

DMCA.com Protection Status