Share

#79. Keponakan

Penulis: buchaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-13 04:35:24

“Lihat, tuh.” Ana menunjuk sesuatu di luar butik dengan dagunya.

“Apa, Bun?” tanya Efa dari balik gadgetnya.

“Itu ... anak-anak punk.”

Efa melihat ke arah luar. Empat orang anak remaja tanggung berpakaian lusuh, agak nge-rock metal khas anak punk tengah mengamen di depan Cuko. Salah seorangnya tampak berambut panjang, postur tubuhnya yang lebih mungil dari ketiga teman cowoknya menegaskan kalau ia adalah seorang cewek remaja.

“Kenapa memangnya mereka?” tanya Efa antara peduli dan tidak.

“Kalau kamu ngga belajar yang bener, jadi begitu, tuh.”

“Bunda ngutuk Efa?” Muka Efa berubah masam. “Kapan aku belajar ngga bener, Bun?”

“Itu ... kemarin sampai Mama dipanggil guru ke sekolah,” ungkit Ana.

Efa menghembus napas cukup kentara. “Kalau itu mah cuma sama guru satu itu aja, males.”

“Emang segitu nyebelinnya?”

“Banget, Bun,” jawab Efa agak bersemangat. Gadgetnya mulai agak diturunkan.

“Tapi, kata Mama ganteng, lho,” celetuk Ana berusaha mengingat hari itu ketika Nisha mempertanyakan kenapa Ef
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #80. Seperti Tidak Punya Ayah

    Berbeda dengan kemarin yang teramat terik, hari ini tidak terlalu cerah, tidak pula terlalu mendung. Cuaca yang sempurna untuk menghabiskan sore di rooftop. Bibir mungil dibingkai kumis tipis itu tersenyum lebar melihat sang istri sudah berada di tepi rooftop. Terlebih lagi dipelukan wanita berambut lurus sepanjang pinggang itu berdiri gadis kecil —buah cinta mereka— yang kini berumur empat tahun.Senyum gadis kecil itu serupa dengan milik Hendra. “Papa,” panggilnya manja.Senyum Hendra kian lebar, bahkan deretan giginya terlihat jelas. Dikecupnya dalam kedua pipi gadis kecil itu bergantian, lalu beralih mengecup samar ubun-ubun istrinya.‘Sungguh hari yang sempurna,’ komentar benaknya bahagia. Ia beralih melihat ke arah lain. Sebuah motor asal Wisconsin menarik perhatiannya. Sangat asing di antara perumahan sederhana ini. Manik matanya berusaha mencari sang pemilik. Dan, berhenti pada sosok laki-laki bersender di depan pagar tepat seberang rumah ini. Keningnya mengernyit jelas kar

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #81. Pulang

    Langkah Akbar begitu lebar ketika memasuki rumah sang ibu kandung. Ia tampak tergesa-gesa sampai tidak menyapa asisten rumah tangga dan security yang berpas-pasan dengannya, juga memberikan hormat padanya.“Fia sudah pulang ke rumah.” Suara Putri melapor padanya melalui telepon terngiang kembali.Tanpa berpikir panjang, Akbar segera menyalakan mesin motor menuju rumah ibunya.Rumah luas ini berhasil menghabiskan waktunya hanya untuk menuju kamar Fia, yang berada di ujung lantai dua.Akbar tidak langsung masuk ke kamar. Ia berhenti dulu di depan pintu, berdehem sesaat, lantas mengetuk pintu dalam tiga ketukan. “Fia, kamu di dalam?”Tidak berapa lama kemudian, pintu kamar terbuka dari dalam. Sosok Fia membuka pintu lebar-lebar. “Ada apa, Om?”“Kamu ....” Dari mana saja? Ingin sekali Akbar menyelesaikan kalimat tanya itu, namun bibirnya terasa kelu. Takut kalau suasana akan sangat canggung. “Kamu ... baik-baik aja, kan?”Fia mendelikkan bahunya. "Aku baik-baik aja. Memangnya kenapa?" tan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #82. Kepo

    “Lena ngga masuk hari ini,” lapor Ana kepada empat orang staffnya di pagi hari menjelang buka toko. “Kebetulan hari ini kuliah kosong, jadi nanti biar gue yang gantiin jadi kasir.” Wibawa sebagai owner Ana kelihatan kalau lagi begini.Tidak semua orang yang tahu bagaimana mengoperasikan komputer kasir. Hanya tiga orang saja, Lena, Diana, dan Efa. Iya, Efa. Kadang dia juga bantu-bantu kalau staff ada yang izin mendadak. “Okay, briefing-nya sampai sini dulu. Sekarang bersih-bersih menjelang satu jam lagi kita buka,” kata Ana mengakhiri briefing pagi hari ini seraya melihat jam yang melingkari pergelangan tangannya. Baru jam sembilan pagi. Masih ada satu jam lagi menjelang opening toko.Ana membuka salah satu folding gate biru tosca yang menutupi ruko miliknya. Baru membuka seperempat, ia dikejutkan oleh sosok yang duduk di kursi outdoor.Kedua ujung alisnya menyatu, dilanjutkan oleh hempasan napas pelan. “Ngapain pagi gini dia sudah datang?” gumam Ana keheranan.“Dari aku datang tadi,

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #83. Ayah Pengganti

    Nisha berdiri menyender di tepi dinding sambil melihat Ana asyik mengepak paket untuk dikirim nanti malam. “Na, bukannya di sebelah staff kasir lagi off?” tanya Nisha.Ana menoleh sekilas. “Sejak kapan dia ada di sana?” gumamnya yang hanya dapat didengar staff butik yang berada dekat dengannya. Ana baru menyadari keberadaan kakaknya itu di sana. “Aman. Kan ada Efa.”“Terus, anak di bawah umur kamu pekerjakan?! Dasar!”Bukannya merasa bersalah, Ana malah terkekeh. Dia menoleh lagi teringat sesuatu. “O, ya! Kenapa ngga ditemenin tuh dua lelaki. Yang satu kayaknya nungguin Kakak dari tadi, lho.”Nisha mendelikkan bahu. Dia menghampiri Ana untuk duduk di sampingnya. Capek juga ngobrol cuma bisa mandangin punggung doang, ngga bisa lihat raut wajahnya.Staff Nisha agak menjauh setelah memberi ruang untuk atasannya itu duduk.“Males, ih. Ngapain juga?”“Lah, kok bisa-bisanya malas? Tadi Kakak sampe malu-malu gitu kayak abege tanggung baru kenal sama cowok,” ledek Ana.Nisha pun memukul pela

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-17
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #84. Delapan Bulan Kemudian

    Delapan bulan kemudian...Akbar mendongakkan kepalanya untuk melihat dengan jelas tulisan La Na Restaurant. Bugenvil ungu dan pink menjadi atap lorong yang berujung pada pintu masuk. Dari tatanan gerbangnya yang begini sudah dapat diduga kalau tema desain restoran ini adalah taman tropis.Hanya beralaskan sendal, Akbar masuk ke restoran. Ia disambut oleh seorang waitress perempuan.“Selamat pagi. Ada yang bisa Saya bantu?” tanya waitress dengan tulisan Ema di nametag yang tersemat di dada kanannya.“Saya mau ketemu dengan Andreas.”“Kalau boleh tahu, hubungan Bapak dengan Chef Andreas?” tanya Ema hati-hati, tetap diikuti dengan senyuman.“Saya temannya dari Jakarta. Teman SMA-nya. Dia pasti tahu, bilang saja Akbar yang mencarinya,” jawab Akbar sangat percaya diri.“Baiklah. Kalau begitu, silakan duduk di sini....”“Saya duduk di bar saja,” pinta Akbar karena lebih enak mengobrol di sana daripada meja restoran. Lebih leluasa.“Oh, okay.” Ema mengantarkan Akbar ke meja bar. “Saya pangg

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #85. Keren Juga

    “Ma, Efa pergi dulu. Assala ....”“Tunggu, Fa!” teriakan melengking Nisha sontak menghentikan langkah Efa meninggalkan rumah itu. Gadis remaja beranjak empat belas tahun itu sudah rapi dibalut seragam pramuka. Tidak lupa juga hijab coklat menutupi rambut panjangnya yang digelung.Sekedar informasi, Efa mengenakan hijab tidak hanya di sekolah saja. Tapi juga dalam kesehariannya.Diperintah Nisha? Tidak. Disuruh Firdaus? Impossible. Memangnya laki-laki satu itu pernah peduli dengan perkembangan anak-anaknya?! Efa mengenakan hijab atas kemauan dan inisiatifnya sendiri. Kejadian itu saat Efa masih kelas lima sekolah dasar. Sedari kecil selalu mengikuti apa yang dilakukan oleh Nisha, terutama dalam mengacaukan alat make-up ibunya.“Ma, Efa juga pengenlah pakai jilbab kayak Mama,” cetus gadis kecil itu suatu pagi tatkala dilihatnya sang ibunda tengah bersiap pergi kerja.Nisha menengok pantulan sang anak di cermin. “Kamu yakin, Fa? Karena hijab itu bukan sekedar aksesoris, lho, ya. Bisa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #86. Jodoh Yang Tak Diinginkan

    “Assalamu’alaikum.” Terdengar seruan dari sisi luar rumah.Nisha bersama anak, adik, dan kedua orangtuanya tengah berkumpul di ruang tengah sambil menonton televisi. Dua orang tua ini terpaksa mengalah pada dua anak dan cucu perempuan mereka yang memilih chanel televisi korea. “Ya?” Suara Mariya menyahut. “Siapa bertamu malam-malam begini?” tanyanya sambil meraih jilbab di pangkuan lantas menyarungkannya ke kepala.“Lihat aja dulu,” suruh Mahmud.Tanpa disuruh pun Mariya sudah pasti yang bukain pintu. Toh kedua anaknya yang melajang itu masih makan malam dengan mata tertuju ke televisi. Menganga menonton akting ... So Jong Ki? Song Jong Ki? Ah, itulah, pikirnya yang kesulitan menghapal nama asing itu.“Oh!” serunya kemudian seraya menepuk tangan satu kali. “Masuk, masuk!” suruhnya dengan deretan gigi yang terhampar jelas. Dia berdiri di samping sofa ungu berpadu kayu jati yang dicat putih itu.Ternyata yang datang tidak cukup duduk di sofa itu, sampai Mahmud mengambil kursi tambahan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-03
  • Suamiku Doyan Selingkuh   #87. Sang Penyelamat

    “Nisha! Sini!” panggil lelaki yang rambutnya hampir memutih semua itu. Jemari Nisha kian kuat menggenggam pegangan tas tangannya. ‘Apalagi ini, Mak?’ Sejak menyadari hanya ada sosok lelaki itu di sana, Nisha tahu kalau sudah masuk ke jebakan Mariya. Dia yakin betul kalau dia feeling-nya tak akan salah.Nisha ingin sekali berbalik lantas mengambil langkah pergi, tapi entah kenapa wajah Mariya yang penuh amarah terlintas begitu saja diingatannya. Nisha tidak mau memulai pertengkaran lagi dengan Mak. Lelah sudah hatinya.Sambil menggigil menahan emosi, Nisha pun mengambil langkah ke arah meja tempat pria itu berada.Di balik kumis tipisnya, yang juga hampir memutih, pria itu tersenyum. “Silakan duduk dulu, Dek Nisha.”‘Hah?! Adek?! Ngga salah denger, nih?!’ Telunjuk kiri Nisha terangkat, lantas menggaruk bagian belakang telinganya yang mendadak terasa gatal. Ingin rasanya dia menimpuk pria itu dengan kotak tisu di atas meja ini.Nisha tidak langsung duduk. Dia menoleh ke kanan lalu ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14

Bab terbaru

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 98. Dinner Yang Tertunda

    “Gimana kalau kita liburan ke Bali?” cetus Nisha tanpa aba-aba apalagi kalimat pembukaan. Itupun setelah melamun cukup lama.Alhasil, Shareefa dan Diana yang tengah cekikikan menonton drama korea di sisi Nisha langsung menatapnya kaget. Beda dengan Bahri yang masih asyik bermain game seolah tidak peduli. Dia memang belum mengerti, kok.“Bali?!” seru Ana dan Efa berbarengan. Nisha menyender di bangku outdoor Cuko. “He-eh,” jawabnya pasti diiringi anggukan.Memang sudah lama mereka tidak liburan. Sejak Bahri dan Efa masuk ke sekolah baru, ke tingkat yang lebih tinggi, atau sejak Mak pergi lima bulan yang lalu. Nisha juga disibukkan dengan kegiatannya di sini. Terlebih lagi Diana tahun ini melakulan grand opening Cuko.“Mau!” seru Efa senang. Sudah tidak dipedulikannya lagi drama korea yang masih berjalan di smartphone-nya.“Tapi, Efa masih ujian dua hari lagi.” Wajah yang tadi cerah mendadak berubah mendung. Gimana mau ke Bali, kan dia masih ujian.Nisha baru menyadari sesuatu. O, iya.

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 97. Suami Masa Depan

    Nisha menghabiskan hari-harinya dengan menemani Bapak ke makam almarhum sang ibunda. Sebisa mungkin dia selalu sempatkan karena Bapak tidak pernah berhenti merindukan belahan jiwanya itu.Nisha juga rindu, tapi tetap harus melanjutkan hidup. Selain itu dia juga sibuk mengantar anak ke sekolah, menjalankan bisnisnya, atau meet up dengan sahabat-sahabatnya. “Nis,” panggil Elza.Nisha menyeruput es americanonya sebentar, lalu menatap sahabatnya itu. “Hm?”“Cowok yang kemarin ada di rumah duka itu siapa?” tanya Elza hati-hati.“Pak Akbar? Gurunya Efa.”Vika dan Elza saling bertukar pandang, sebelum menatap Nisha kembali.“Bukan yang pakai baju PNS, yang pakai kemeja hitam.” Elza menelan air ludah. Sepertinya Nisha belum juga mengerti apa maksud ucapannya. “Yang itu, loh. Yang rambutnya lebat, matanya agak gede, rahangnya tuh gagah banget gitu.” Vika juga membantu menjelaskan.Nisha pun menepuk tangannya sekali. “Oh, itu. Andreas. Kenapa?”“Kayaknya dia ada rasa, deh sama kamu, Nis.”“Em

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 96. Jodoh Sang Guru Killer

    Tiba-tiba Nisha berdiri. Sontak, Akbar ikut berdiri. “Aku permisi dulu,” pamit Nisha tiba-tiba.“Tunggu!”Nisha menoleh. Tatapannya seolah berkata tidak ingin mau tahu apa yang terjadi sekarang ini. Dia hanya ingin pergi dan pulang ke rumah. “Ada yang harus aku jelaskan ke kamu,” ucap Akbar dengan wajah serius.Nisha terdiam bagai manekin seraya menunggu Akbar mendekat. Bola matanya sempat bergetar. Degup jantungnya terdengar jelas oleh telapak tangan yang menangkup dada. Dinginnya hembusan angin malam tidak serta merta mampu menghapus piluh mengalir di keningnya.“Sepertinya ada kesalahpahaman di sini,” simpul Akbar.“Kesalahpahamam?”“Iya. Baik itu apa yang Andre atau kamu pikirkan sekarang.” Akbar berhenti karena sudah tepat berada di dalam jarak satu kaki di hadapan Nisha.“Memangnya, apa yang kupikirkan ... menurutmu?” Nada bicara Nisha agak turun di akhir kalimat.“Kamu mengira kalau aku menyukai kamu, Nisha. Oh, lebih tepatnya menaruh perasaan sama kamu.”“Haha.” Tawa Nisha t

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 95. Akhirnya Dinner Juga

    “Mama mau ke mana?” tanya Efa curiga karena menjelang malam belum ada tanda-tanda Nisha berniat pulang dari butik. Malah Bunda Ana disuruh mengendarai mobil untuk mengantar Efa dan Bahri pulang. Mencurigakan? Banget.“Mama mau pergi sama Mami Elza,” jawab Ana membantu.Efa menoleh ke arah Ana, lalu kembali pada Nisha. “O, ya?! Pakai dandan segala.” Tidak segampang itu membohongi gen-Z satu ini.“Dandan gimana? Biasa aja,” dalih Nisha lantas masuk ke kantornya. Ditinggalkannya Efa yang masih menatapnya penuh curiga.Setengah jam kemudian, Nisha melambai singkat ke arah mobil merah yang biasa dikendarainya. Namun, kini sosok Ana yang berada di balik kemudi. Sementara itu, Efa terus saja menatap sang mama tanpa mengedipkan mata. Bahkan, terkesan sinis. Ditambah lagi mulutnya yang manyun. “Emangnya Mami Elza bisa keluar malem-malem begini, Bun? Bukannya dia paling malas keluar malam karena anak-anaknya sudah tidur jam segini?” tanya Efa dalam satu tarikan napas.“Mungkin dijagain sama s

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 94. Di Antara Dua Pilihan

    Almira, Bianca, dan Shareefa duduk di kantin. Hal biasa yang mereka lakukan kalau sedang istirahat begini. Ini bukan istirahat biasa, mereka baru saja habis mengikuti mapel olahraga.Tatapan mereka tertuju pada sosok Pak Akbar, yang tengah menghukum anak yang ketahuan menuju kantin di jam pelajaran. Terlebih lagi lima anak lelaki yang berdiri di dekat pintu kantin itu tidak ada yang berpenampilan rapi. Penggaris besi terarah ke bagian pinggang Angga —anak kelas satu. “Kenapa kamu berkeliaran tanpa menggunakan ikat pinggang? Mana ikat pinggangmu?!”“Kelupaan pakai, Pak,” jawab Angga tanpa merasa bersalah.“Jongkok!” teriak Pak Akbar bergema di kantin.Decakan kesal Angga terdengar jelas, namun tetap mematuhi apa yang dikatakan Akbar. “Squat jump 25 kali. Habis itu kembali ke kelas.”Dengan helaan napas berat, Angga meletakkan tangannya di bagian belakang leher dan mulai squat jump.“Kamu lagi!”Yudi melirik penggaris yang menyeruak masuk di antara rambut lembatnya. “Jangan dipotong, P

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 93. Bukan Urusanku Lagi

    Nisha mendekati dinding pembatas dapur dengan bagian restoran. Meskipun dapur berada di bagian tengah, tapi tidak merusak nuansa mewah restoran itu.Nisha berhenti tepat di sebelah Andreas, yang tengah menyeruput segelas jus buah bercampur soda.Melihat kedatangan Nisha, Daniel pamit secara halus untuk kembali mengawasi para staffnya. Andreas menoleh tepat ketika wanita berhijab itu berada di sisinya. Ia sedikit terkejut namun dengan mudah dikendalikannya emosi itu.Dia tersenyum sumringah pada Efa dan Bahri yang melambaikan tangan ke arahnya seraya menuju lobi. Kemudian tersenyum tipis pada Salma, Sarah, Firdaus, juga Bella yang dibalas dengan perlakuan serupa. Lantas, kembali menatap Nisha seolah bertanya ada apa.Sementara Firdaus melirik dari kasir ketika menemani Sarah membayar biaya makan malam mereka. Lagi-lagi, dia tidak tahu kalau Bella memerhatikan dari lobi.“Saya mau berterima kasih karena kamu sudah menyelamatkan Bahri tadi sampai luka begitu.” Nisha menunjuk samar luka

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 92. Bertemu Keluarga Mantan

    Tidak seramai dulu. Semenjak Mak berpulang, keadaan rumah sudah tidak seceria dulu. Mahmud jarang tersenyum dan bercanda seperti biasa. Ana dan Nisha merasa tidak enak hati kalau harus terlihat bahagia di depan ayah mereka itu. Karena Mahmud pernah menuding mereka tidak sedih akan kepergian Mariya.Ana dan Nisha tidak mampu berkata-kata. Tentu saja mereka sangat sedih juga kehilangan sosok Mariya. Tapi, tidak mungkin harus bersedih setiap hari.Hampir sebulan setelah kepergian Mariya, Nisha mendapatkan telepon yang tidak disangka-sangka. Salma meminta suatu hal darinya.Dengan wajah serius dan mengintip mood Mahmud, yang belakangan ini sulit ditebak, Nisha pun menyampaikan maksud Salma pada ayahnya itu.Wajah Mahmud mulai mengkerut. Nisha menghela napas panjang, sudah siap dengan resikonya. Namun tidak lama kemudian, Mahmud tampak mengangguk dalam sebelum pergi masuk ke kamar.Nisha tersenyum lega. Duduknya pun tidak setegang tadi. Syukurlah kalau Mahmud tidak emosi. Iya, belakangan

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 91. Cuma Mantan

    Elza tidak ikut sampai ke pemakaman. Dia menunggu di rumah, menunggu Vika yang datang agak telat karena masih menanti sang suami pulang dari sepedaan dengan bapak Walikota.Bukan hanya Elza yang tinggal, Firdaus juga tidak ikut. Iya, ada Firdaus, lho dari tadi. Duduk di bawah pohon mangga bersama beberapa sepupu Nisha juga beberapa keluarganya yang datang melayat, seperti suaminya Queensha.Sedari dia duduk di sana dan beberapa rombongan anak sekolah itu tiba, ada yang menarik perhatian Firdaus. Siapa lagi kalau bukan sosok Akbar, yang duduk di teras. Tergelitik benaknya untuk datang ke sana, tapi seketika sadar kalau dirinya hanyalah mantan suami Nisha.Entah apa yang membuat Akbar melakukannya, yang pasti dia menoleh. Tatapannya pun bertemu dengan Firdaus.Butuh beberapa detik baginya untuk mencerna siapa pemilik wajah yang cukup familiar itu. Dia tersentak sedikit ketika mengenali Firdaus. Hanya anggukan pelan dan senyuman tipis yang Akbar suguhkan sebelum membuang muka.Andreas me

  • Suamiku Doyan Selingkuh   #Bab 90. Kehilangan Yang Sesungguhnya

    Lain daripada biasanya, Vespa matic menemani Aksara pergi ke sekolah pagi ini. Warna pink fantanya sungguh kontraksi dengan tato di pergelangan tangan Andreas, yang memboncengi keponakannya itu.“Om, jangan bawa moge,” larang Aksa pagi tadi, pas sekali ketika Andreas baru sehabis memanasi motor dan mengelapnya selembut mungkin. Bagi Andreas, motornya juga harus sempurna karena mau ikut dengannya bertemu Nisha. Lubuk hatinya sangat yakin kalau hari ini mereka berjodoh untuk ketemu.“Lho, kenapa?”“Nanti susah parkirnya, terus, berisik juga,” jawab Aksa. Dan pergi begitu saja menuju kamarnya, tanpa peduli kalau sudah menyisakan tanya di benak Andreas.Namun ketika mendengar penjelasan Aksa selama perjalanan mereka, lenyap sudah rasa kesal Andreas. Yang ada hanyalah keinginan untuk sampai cepat di tujuan.Kertas minyak kuning tiga lapis yang dilekatkan di sebuah kayu yang tampak lembab karena embun pagi, tercagak pasrah di sisi kiri rumah berpagar besi dengan nuansa biru itu.Ada bebera

DMCA.com Protection Status