Beranda / Rumah Tangga / Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa / Bab 73. Pertemuan Nabilah dan Sadewa

Share

Bab 73. Pertemuan Nabilah dan Sadewa

Penulis: Aryan Lee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-23 13:05:09

Malam kian merambat jauh, Nabilah sedang berdiri di depan jendela. Ia menatap nanar rembulan yang bersinar terang di gelapnya langit. Ada kesedihan dan kehilangan yang terpancar dari sorot matanya.

"Bilah baru bangun atau belum tidur?" tanya Bara yang baru masuk kamar setelah bercakap-cakap dengan Hans.

Nabilah tertunduk dan menjawab dengan sendu, "Bilah belum mengantuk."

Bara memeluk istrinya dari belakang dan menebak, "Pasti Bilah sedang memikirkan Robin."

"Kira-kira Robin sekarang sudah bisa apa Bang?" tanya Nabilah yang ingin tahu perkembangan buah hatinya.

"Terakhir Abang bersamanya, Robin sudah mengenal nama-nama binatang dalam bahasa inggris dan menirukan suaranya. Katanya dia mau jadi polisi biar bisa jagain Ibu," jawab Bara yang membuat Nabilah jadi berkaca-kaca.

Nabilah menyeka air matanya yang hendak tumpah dan meminta, "Bang, besok kita coba dateng ke rumah papi yuk!"

"Bilah di rumah saja ya, biar Abang yang ke sana!" sahut Bara yang dijawab gelengan oleh Nabilah.

"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 74. Kenekatan Lucy

    Bryan yang mengetahui kedatangan Bara, langsung menemui ayahnya. Akan tetapi, ia harus menunggu beberapa saat karena Sadewa sedang bermain dengan Robin. "Kenapa Papi tidak mengizinkan Kak Bara masuk?" tanya Bryan ketika melihat Sadewa meninggalkan Robin. Mendengar itu Sadewa balik bertanya, "Buat apa, aku tidak mengundangnya?" "Papi mungkin bisa membuang Kak Bara dari keluarga Sadewa.Tapi darah Papi tetap mengalir di tubuhnya sampai kapan pun juga. Jadi maafkanlah semua kesalahan Kak Bara!" ujar Bryan yang membuat Sadewa menatapnya dengan tajam. Sadewa menyahuti dengan sinis,"Kamu bisa bilang seperti itu karena tidak pernah merasakan menjadi seorang ayah. Satu hal yang perlu kamu ingat, aku tidak pernah membuangnya, dia sendiri yang minta nama Sadewa dihapus!" "Kalau begitu kembalikan Robin, Papi tidak berhak memilikinya!" sahut Bryan kemudian. "Tidak akan, Robin milikku karena aku yang telah menyelamatkan nyawanya dua kali!" tegas Sadewa sambil berlalu. "Oh ya, jangan coba-cob

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 75. Hilangnya Sam

    Sadewa sangat marah sekali setelah mengetahui Bryan pergi ke mana saja. Ia langsung menemui putranya itu yang baru saja tiba di rumah."Kamu menemui siapa di apartemen itu?" tanya Sadewa sambil menatap Bryan dengan tajam. "Apartemen apa sih Pi, aku kan sudah bilang mau ketemu klien," jawab Bryan dengan setenang mungkin. Jangan sampai ayahnya tahu, kalau ia habis bertemu Bara.Sadewa kembali bertanya dengan nada lantang, "Katakan dengan jujur! Sebelum kamu bertemu Mr Jack pergi ke mana?" Bryan merasa terpojok dan menduga pasti bodyguard baru itu yang telah memberitahu ayahnya. Mau tidak mau ia harus menjawab dengan jujur, "Aku menemui Monica.""Jadi selama ini kamu diam-diam masih menjalin hubungan dengan wanita itu? Harus berapa kali Papi katakan jangan berhubungan dengannya lagi!" Sadewa memarahi Bryan yang tidak mau menuruti kata-katanya. "Aku mencintainya, lagi pula Kak Bara sudah mempunyai istri yang sangat dicintai. Terus salahku di mana?" sahut Bryan yang merasa benar. Sadew

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 76. Di Mana Anakku

    Setelah beberapa hari mengamati kediaman Sadewa, Bara tidak juga melihat keluarganya. Ia memutuskan pergi ke Singapura lagi untuk mengetahui apa yang telah terjadi. Semoga feelingnya kali ini salah. Apalagi ketika ia mencoba menghubungi semua nomor keluarga Sadewa tidak ada yang aktif satu pun. "Abang pergi ke Singapura sebentar ya dan kamu tidak usah ikut!" pamit Bara yang membuat Nabilah jadi bertanya-tanya. "Memangnya kenapa Bilah nggak boleh ikut, Bang. Bukankah kata papi Bilah harus datang lagi kalau mau ketemu sama Robin?" tanya Nabilah meminta penjelasan. Bara tidak bisa menceritakan kecurigaannya karena tidak mau membuat Nabilah jadi was-was. "Nanti juga Bilah akan tahu, doakan biar usaha Abang bertemu Robin berhasil!""Amin .., hati-hati ya Bang!" pesan Nabilah sambil menyalami tangan Bara. Bara segera terbang ke Singapura dan ketika sampai di negara itu langsung menuju kediaman Sadewa. "Tolong sampaikan kepada Tuan Sadewa, aku mau bicara empat mata!" ujar Bara kepada s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 77. Anugerah Dalam Cobaan

    Pak Jamal sangat terkejut ketika mendengar Bara mengatakan apa yang sedang Nabilah alami. Ia kemudian berucap, "Alhamdulillah .., kamu harus yakin akan kehendak Allah jadi jangan takut. Istrimu akan kuat dan semua akan baik-baik saja. Asalkan kamu selalu ada di sisi Nabilah untuk memberikannya cinta dan kasih sayang!" sarannya memberikan semangat. "Iya Pak," sahut Bara dengan perasaan yang lebih tenang. "Ya sudah Bapak pulang dulu. Untuk menyiapkan keperluan kalian selama di rumah sakit," ujar Pak Jamal yang dijawab anggukan oleh Bara. Bara segera menemani Nabilah yang masih belum sadarkan diri. Ia menatap istrinya dengan perasaan haru. Tidak lama kemudian Nabilah siuman dan tampak heran berada di rumah sakit. "Kenapa Bilah ada di sini Bang?" tanya Nabilah sambil menatap Bara dengan sayu. "Bilah pingsan, Abang harap kamu jangan sedih lagi ya karena ada kabar baik yang butuh perjuangan kita," ujar Bara sambil menggenggam tangan istrinya dengan erat. Mendengar itu Nabilah kemudian

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 77b. Permintaan Hans

    Sejauh dan bersembunyi di mana pun. Aku yakin suatu hari nanti, sang waktu akan mempertemukan kami dengan Robin," lirih Bara sambil menatap foto putranya dalam kerinduan. Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Bara yang tidak punya apa-apa sejak hartanya diambil oleh Sadewa kini sudah mempunyai penghasilan tetap. Belum lagi rezeki terbesar yang akan ia terima kelak yaitu lahirnya sang buah hati ke dua. "Alhamdulillah ya Allah, atas karunia rezeki yang Engkau berikan," ucap Bara ketika melihat pendapatan hasil kerjanya. Namun, Bara dan istrinya tetap hidup dalam kesederhanaan. Orang-orang tetap mengenalnya sebagai Robin Hood yang ringan tangan. Bukan sudah bisa melupakan atau merelakan kepergian Robin. Akan tetapi, hidup harus terus berjalan. Bara dan Nabilah mencoba ikhlas dan sabar menghadapi setiap ujian hidup yang mereka alami. Terkadang Allah membungkus anugerahnya dengan berbagai macam cobaan hidup. Agar manusia mengerti akan makna rasa syukur yang sesungguhnya. "Seb

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 78. Ternyata Kamu Anakku

    Tidak terasa kandungan Nabilah sudah berusia tujuh bulan. Ia mulai gelisah dan sering terjaga setiap tidur malam. Seolah bayi itu sudah tidak sabar menunggu waktu kelahirannya di dunia ini. Untuk menghilangkan keresahan hatinya, terkadang Nabilah memikirkan Robin. "Ibu sayang Robin, sehat-sehat ya Nak di mana pun kamu berada!" lirih Nabilah sambil mengelus foto putranya. Sementara itu detektif swasta yang disewa Bara untuk mencari Robin tidak juga melacak jejak keluarga Sadewa. Entah di mana mereka kini berada. Kesedihan Nabilah kehilangan putranya berangsur berubah menjadi keihklasan. Ia hanya bisa berdoa dan berharap Sadewa menyayangi serta mendidik putranya dengan baik. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Nabilah segera beranjak dan membukakannya. Ternyata Mom Sandra yang datang sambil membawa puding buah-buahan. "Ini Momi bawakan cemilan, ada Bara nggak?" jawab Mom Sandra sambil bertanya. "Lagi ke luar Mom sama Bang Tigor," jawab Nabilah memberitahu.Mom Sandra kemudian

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 78b. Rumah Singgah

    Bara menatap foto tanah lapang bekas pengepul yang telah di milikinya secara hukum. Dahulu ia pernah berniat membangun rumah susun di sini. Akan tetapi, kejadian demi kejadian membuat keinginan itu belum bisa terwujud. Memang manusia hanya bisa berencana, tetapi Allah yang menentukan segalanya."Abang mau bangun bisnis pengepul seperti dulu lagi di sini?" tanya Nabilah sambil duduk di samping suaminya. "Tidak karena Abang sudah janji sama warga mau membangun rumah susun untuk warga. Tapi uangnya belum cukup," sahut Bara yang sedang mengumpulkan dana."Insya Allah ada jalannya, bagaimana kalau untuk sementara kita bangun rumah singgah saja dulu!" saran Nabilah yang membuat Bara berpikir. Menurut Bara usul Nabilah boleh juga. Dengan begitu ia bisa membantu warga sekitar yang tidak punya rumah. Dari pada tidur di emperan toko atau kolong jembatan. Rumah singgah adalah pilihan yang terbaik untuk berteduh. Bara dan Nabilah segera melaksanakan rencana itu. Dengan tabungan seadanya dan ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Bab 79. Ketika Takdir Berkata

    Keluarga Sadewa terlihat bersiap-siap untuk menghadiri rapat tahunan komisaris di Singapura. Ia akan berangkat bersama Robin dan Lucy. Seharusnya mereka pergi berempat, tetapi karena Bryan harus cek up kesehatan dulu jadi akan menyusul. "Bagaimana keadaan di sana, apakah Bara masih mencariku?" tanya Sadewa kepada bodyguardnya. "Menurut laporan sudah tidak lagi, sejak detektif swasta yang disewanya gagal menemukan jejak kita!" jawab bodyguard itu memberitahu. "Bagus, pokoknya Bara jangan sampai tahu kedatangan kita dan pastikan semuanya sudah lengkap, terutama mainan dan baju Robin! Lima menit lagi kita akan berangkat!" seru Sadewa kemudian. Lucy yang juga sudah terlihat rapi segera menemui Sadewa seraya berkata, "Robin tidak mau ikut Pi, anak itu malah menangis. Pusing Mami harus bagaimana lagi membujuknya!" Sadewa tampak heran karena biasanya anak itu sangat menurut. Disuruh dan diajak ke manapun tidak pernah menolak. Entah mengapa kali ini Robin sangat rewel, ditinggal nangis,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 9. POV Nabilah

    Aku adalah seorang gadis desa yang mencintai seorang preman kampung bernama Robin. Berawal dari gagalnya pernikahanku, kami akhirnya bersatu karena takdir. Awalnya aku takut melihat Robin yang brewokan dan tampak beringas. Akan tetapi, ternyata dia pria yang bertanggungjawab dan baik hati. Sebenarnya aku sempat bimbang ketika Kak Abas kembali dan menyatakan ingin ta'aruf denganku. Pria yang dahulu aku kagumi karena kesalehannya. Seandainya belum menikah dengan Robin, mungkin aku akan menerima niat tulus Abas. Apalagi ibuku sangat merestui aku bersatu dengannya.Namun, ketika Robin rela mengorbankan nyawa, membuatku sadar cinta ini untuknya. Setelah memutuskan memilih untuk menjadi suamiku, akhirnya aku tahu kalau nama asli Robin adalah Bara Sadewa. Salah satu putra konglomerat dari Singapura. Majikan kakakku yang sudah tiada.Tidak seperti kisah Cinderella, cerita cintaku penuh dengan air mata. Terlebih ketika Sadewa memintaku pergi dari kehidupan Bara untuk selamanya. Aku dianggap

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 8. Akhir yang Indah

    "Cukup Abang!" seru Nabilah yang datang bersama anak-anaknya. Bara mendengus kesal karena rencananya memberikan Bryan ganjaran digagalkan Nabilah. Padahal sebentar lagi adiknya itu sudah mau menangis."Om Bryan," panggil Robin sambil berlari menghampiri pamannya dengan penuh kerinduan.Azza juga tidak mau ketinggalan dan ikut mengejar sambil memanggil dengan suara cadelnya, "Om Bian."Bryan langsung menyambut kedua keponakannya itu dengan pelukan hangat. "Robin sudah besar sekarang dan tambah ganteng, kalau Azza cantik dan pinter," puji Bryan yang sudah lama tidak bertemu dengan kedua keponakannya itu. "Selamat datang Om Bryan, kenalkan nama aku Salsabilah," ujar Nabilah sambil menggendong putri bungsunya. "Tambah satu lagi keponakan Om, lucu sekali kamu." Bryan langsung menggendong Salsa dan menciumnya. Kalau Robin mirip dengan Nabilah, Azza lebih condong ke Mom Sandra. Maka Salsa mempunyai paras Bara versi perempuannya.Sementara itu Bara hanya memperhatikan saja, Bryan disambu

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 7. Sang Pewaris

    Ketika Bara dan keluarganya sedang mengalami ujian ekonomi, Nabilah melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Salsabilah Azizah Erlangga. Kehadiran Bayi itu menjadi penyemangat atas apa yang sedang mereka hadapi. Di mana Nabilah dan Bara memulai semuanya dari nol lagi.Bara menjadi suami siaga, selalu membantu istrinya dalam segala hal. Terutama dalam mengurus Robin dan Azza yang sedang aktif bermain. Sehingga membuat Nabilah merasa beruntung memiliki pendamping hidup sepertinya. "Anak-anak bagaimana Bang?" tanya Nabilah ketika sedang menyusui putrinya."Aman, Robin sudah bisa momong. Dia dewasa sekali, bahkan mengajari Azza mengaji dan mengenal nama-nama binatang pakai bahasa Inggris," jawab Bara yang membuat Nabilah jadi bangga. "Robin memang pintar dan cepat daya tangkapnya," jawab Nabilah yang membuat Bara mengangguk kecil.Kondisi kesehatan Mom Sandra kian menurun setelah kepergian Hans. Sehingga membuat Bara jadi sedih dan cemas. "Kita ke rumah sakit ya Mom!" ajak Ba

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 6. POV Bara

    Tidak terasa sudah hampir setahun aku kembali menjalani kehidupan yang sederhana, bersama Nabilah, Robin dan Azza, di kampung Rantau. Entah mengapa aku merasa nyaman tinggal di kampung itu. Mungkin di tempat ini telah menjadi titik balik dalam pencarian jati diriku. Aku merasa Nabilah adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Allah. Dari rahimnya lahir dua buah hatiku yang lucu dan menggemaskan. Dia adalah sosok ibu yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Selalu sabar dalam mengurus dan membesarkan anak-anak. Semoga kami bisa mendidik mereka menjadi pribadi yang soleh dan soleha serta istiqomah. "Terima kasih karena sudah mencintaiku," ucapku sambil memeluk Nabilah ketika anak-anak sedang tidur. Hanya disaat seperti ini kami memiliki waktu berdua."Terima kasih juga, sudah menjadi pelindung Bilah dan anak-anak," sahut Nabilah sambil menatapku dengan penuh cinta. Aku kemudian mengecup kening Nabilah lalu bibir dan terakhir perutnya yang membesar. Ya Nabilah sedang mengandung an

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 5. Rencana Sempurna

    Setelah ayahnya meninggal, Bryan merasa tidak sanggup menjalankan perusahaan seorang diri. Apalagi kondisinya gampang drop, kalau terlalu banyak berpikir atau kelelahan. Bryan juga tidak percaya dengan wakilnya di kantor. Sehingga ia mengikuti saran Bara untuk menjual semua harta Sadewa. "Jika harta warisan memberatkanmu maka lepaskanlah. Jadi kamu bisa tenang menjalani hidup ini!" saran Bara setelah menimbang baik dan buruknya ke depan nanti."Terima kasih sudah memberikan masukan. Aku akan merelakan semua warisanku karena harta tidak dibawa mati," ujar Bryan menyetujui rencana Bara. Ia ingin melepaskan beban sebagai ahli waris keluarga Sadewa yang selama ini membuatnya tertekan dalam ketakutan.Tanpa memberitahu siapa pun, Bryan menjual satu persatu aset milik keluarga Sadewa. Mulai dari vila, mansion, pulau pribadi hingga saham. Kini seorang Billionaire dari Inggris yang memiliki perusahaan Sadewa Corp. Hanya kediaman Sadewa yang masih tersisa. Ia dan Bara sepakat tidak akan menj

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 4. Keputusan Bryan

    "Aku ingin mengucapkan bela sungkawa secara langsung kepadamu dan Bara. Tapi sepertinya kehadiranku tidak tepat, maaf sudah mengganggu permisi," ucap Monica yang hendak pergi. "Tidak apa-apa Monica, terima kasih kamu sudah datang. Silahkan duduk!" cegah Bara yang menghargai kedatangan Monica sebagai seorang tamu. "Bilah, tolong buatkan minum ya!" serunya kemudian. Monica segera masuk dan menyalami semua orang yang ada di sana. "Dilanjut ya, kami mau siap-siap buat tahlilan nanti malam!" seru Mom Sandra yang segera meninggalkan tempat itu bersama Hans dan Pak Jamal. Bara juga segera menyusul dengan berkata, "Aku mau bantu Nabilah dulu, takut Robin nakalin adiknya!" Ia ingin memberikan kesempatan Bryan dan Monica bicara dari hati ke hati. Bryan kemudian mengajak Monica ke serambi rumah. Setelah mereka bicara sebentar, Monica pamitan untuk pulang."Mau ke mana Monica, kenapa buru-buru pulang?" tanya Bara yang datang bersama Nabilah sambil membawa suguhan. "Tidak apa-apa, aku turut

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 3b. Rahasia yang Terkuak

    Setelah mendapatkan perawatan yang intensif, kondisi Bryan perlahan mulai membaik. Selama di rumah sakit, Bara selalu menemani dan mensuportnya. Agar Bryan siap menerima takdir dan semangat lagi untuk menjalani hidupnya. "Terima kasih sudah merawataku Kak!" ucap Bryan ketika baru saja masuk ke mobil dan meninggalkan rumah sakit. "Aku sudab memutuskan untuk pindah ke Singapura lagi. Banyak hal yang harus diselesaikan, bisa saja besok aku akan menyusul papi bukan?" ujar Bryan yang pasrah akan takdir hidupnya."Aku yakin kamu akan melakukan yang terbaik. Sekarang papi sudah tidak ada menikahlah dengan Monica. Dia masih menunggumu sampai saat ini!" saran Bara agar Bryan tidak patang asa menjalani kehidupannya. Namun, Bryan menolak usul Bara dan memberikan alasannya, "Aku dan Monica tidak akan bersatu lagi karena keluarganya minta lima puluh persen bagian harta keluarga Sadewa."Bara cukup terkejut mendengarnya dan bertanya, "Kenapa tidak kamu berikan?" "Aku tidak akan membiarkan mere

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 3. Air Mata Bryan

    Bara langsung menghubungi Bryan melalui vidio call untuk memberitahu kalau ayah mereka sudah tiada. Tentu saja kabar itu membuat adiknya sangat terkejut dan syok. "Papi sudah tiada, tadi habis salat subuh beliau telah pergi," ujar Bara dengan suara yang bergetar. "Inalillahi wainnalillahirojiun, ya Allah aku baru mau terbang ke Singapura untuk menghadiri rapat komisaris. Habis itu ke Jakarta, menjenguk Papi. kenapa kakak nggak bilang kalau Papi sakit. Aku pasti pergi dari kemarin?" ucap Bryan dengan suara yang parau. Bara memberikan penjelasan, "Papi tidak sakit, aku pun tidak tahu kalau beliau mau berpulang. Cuma semalaman aku menemaninya yang tidak tidur. Ternyata Papi tidur menjelang pagi untuk selamanya." Mereka kemudian membahas di mana Sadewa akan dikebumikan. Akhirnya Kakak beradik itu sepakat ayah mereka dikuburkan di salah satu pemakaman elit di Indonesia saja. "Sepertinya kami tidak mungkin menguburkan setelah zuhur, kasihan papi kalau kelamaan. Jadi kemungkinan kamu t

  • Suamiku Bukan Preman Kampung Biasa   Extra Part 2. Pesan Terakhir

    Nabilah tampak terkejut ketika suaminya sudah pulang dari inggris, padahal baru dua hari. Namun, ia tidak berani bertanya karena Bara terlihat begitu lelah. Setelah istirahat dan makan baru mereka memulai pembicaraan."Kenapa sudah pulang, bagaimana kabar papi, Bang?" tanya Nabilah ingin tahu. "Papi baik-baik saja, Abang sudah pulang karena kita mau pindah rumah," jawab Bara yang membuat Nabilah terkejut. "Kita mau pindah ke mana Bang?" tanya Nabilah ketika mendengar keinginan Bara. Selama ini mereka menempati rumah Pak Jamal. "Ke rumah papi dan mami di Jakarta," jawab Bara yang segera menjelaskan alasannya. "Apakah Bilah siap dan bersedia membantu Abang?"Nabilah mengangguk seraya menjawab, "Insya Allah Bilah siap lahir batin mendukung dan menemani Abang untuk menjadi anak yang berbakti." Ia akan mengikuti ke mana pun Bara mengajaknya. "Ya sudah, kamu siap-siap ya, rapikan semua pakaian kita. Abang mau ngomong sama Bapak!" serunya kemudian. Bara segera menemui Pak Jamal dan men

DMCA.com Protection Status