Bara tampak menggeliat ketika sinar lampu menyorot matanya. Ia terkejut berada di sebuah ruangan dengan kedua tangannya terikat rantai ke atas. Begitupun dengan kedua kakinya. Seketika ia sadar telah dijebak oleh Sam. Tiba-tiba terdengar suar pintu terbuka. Seraut wajah tersenyum sambil menatap ketidakberdayaannya."Sudah aku bilang kau tidak akan mampu melawanku!" ujar Sadewa sambil menggulung kemeja yang dikenakannya sampai siku. "Jadi jangan salahkan, kalau aku berubah jadi kejam!" Ia memukul perut dan wajah Bara dengan sekencangnya."Pengecut kalau berani hadapi aku secara jantan!" tantang Bara yang menjadi bulan-bulanan Sadewa. Sadewa tersenyum simpul dan menyahuti, "Menangkap seekor singa tidak harus menjadi pawangnya! Kau memang hebat Bara, tetapi jiwamu terlalu lemah. Wanita kampung itu telah merubahmu menjadi pria yang bucin. Makanya dia aku suruh pergi, seharusnya kau paham itu!""Kenapa kau sangat licik dan tega melakukan semua ini?" tanya Bara yang tidak menyangka Sadewa
Hari demi hari berlalu, Bara belum juga pulang. Nabilah menatap penuh harap ke arah jalanan suaminya kembali dengan selamat. Namun, kali ini Nabilah tidak menangis seperti yang sudah-sudah. Seolah dia sudah tahu dan siap, kalau suaminya tidak akan pulang. Apalagi ponsel Bara tidak bisa dihubungi"Serahkan semuanya kepada Allah, Nak. Teruslah berdoa untuk keselamatan suami dan anakmu!" ujar Pak Jamal yang tahu kecemasan putrinya. "Sebenarnya malam sebelum Bang Bara pergi Bilah bermimpi. Kami sedang naik perahu berdua di laut mencari ikan. Tiba-tiba datang sebuah ombak besar menghantam. Bang Bara tergulung ombak, tetapi aku tetap berada di atas perahu dan pulang dengan selamat," ujar Nabilah yang baru menceritakan mimpinya. Ia ingin mencegah kepergian Bara waktu itu. Akan tetapi, sebuah harapan membungkam mulutnya.Pak Jamal kembali menimpali, "Perasaan Bapak juga tidak enak ketika melepaskan Bara pergi. Tapi kita tidak bisa mencegah takdir yang akan terjadi." Tiba-tiba sebuah ponsel
Setelah mendengar cerita Mom Sandra, Nabilah yakin sekali kalau Bara yang dimaksud adalah Robin. Ia merasa bersyukur ternyata anaknya dalam keadaan baik-baik saja. Rasa kehilangan Nabilah sedikit terobati dengan mendengar kabar Robin. "Nanti aku kenalkan kepadamu, kalau mereka sudah menyusulku ke sini," ujar Mom Sandra yang dijawab anggukan oleh Nabilah. Nabilah menduga Sadewa telah menculik anaknya. Ia berdoa semoga bapak mertuanya itu segera diberikan hidayah untuk segera mengembalikan Robin. Sekali lagi Nabilah yakin dengan yang namanya kekuatan doa."Nyonya saya mau pulang dulu untuk ambil baju!" pamit Nabilah yang dijawab anggukan oleh Mom Sandra. Hans menyarankan untuk sementara waktu Nabilah sebaiknya tinggal bersama Mom Sandra. Dengan begitu ia bisa mengawasi kedua wanita itu secara bersamaan karena Bara telah menitipkan istrinya. Jadi mereka juga bisa saling menjaga satu sama lain.Nabilah menyetujui hal itu, tetapi harus pulang untuk berpamitan sama Pak Jamal dulu.***S
Lucy pergi ke suatu tempat untuk menemui pria yang selama ini menjadi tangan kanannya. Ia tampak terkejut mendengar penjelasan tentang penyekapan Mom Sandra, Jesy dan Bara yang dilakukan oleh Sadewa. "Kurang ajar, ternyata Sadewa sudah berani membohongiku. Dia ingin memiliki anak lagi rupanya!" ujar Lucy yang merasa ditipu mentah-mentah. Jujur ia takut posisinya sebagai Nyonya Sadewa akan tersingkirkan"Tepat sekali, kalau tidak mana mungkin Sadewa rela menukar Mom Sandra dengan Jesy. Kamu tahu sendiri kan ia masih sangat mencintai mantan istrinya itu," ujar pria itu yang membuat Lucy semakin cemas.Lucy kembali bertanya, "Ini tidak bisa dibiarkan, sekarang Jesy ada di mana?" "Di rumah orang tuanya, seminggu sekali Sadewa datang ke sana," jawab pria itu memberitahu. Lucy tampak geram sekali karena keluarga Jesy pasti akan menjaganya dengan ketat. "Sesuai janjimu, kalau Jesy sampai hamil itu menjadi urusanmu! Lalu buat apa dia menyekap Bara karena anak itu sudah diusir dan dicoret d
Abas tampak terkejut akan kedatangan Nabilah yang tiba-tiba ingin mencabut laporannya. Setelah menanyakan alasannya, ia diperlihatkan surat yang ditulis dari Bara. 'Bilah, Abang baik-baik saja dan sedang berusaha mencari Robin. Jadi tidak usah mencari Abang, apalagi sampai melapor ke polisi!'"Pasti Robin ditekan untuk menulisnya, kalau memang dari dia kenapa tidak ngomong langsung saja by phone!" ujar Abas yang terdengar sangat masuk akal. "Saya setuju dengan pendapat Pak Abas. Lalu bagaimana perkembangan kasusnya, Pak?" tanya Hans yang ikut mengantar Nabilah. Abas kemudian memberitahu, "Kami sudah bekerjasama dengan kepolisian Singapura untuk menyelidiki hilangnya Bara dan kasus penculikan Robin semoga ada titik terang. Salah satu keluarga Beno baru saja beli mobil baru dan katanya hadiah dari yang bersangkutan.""Bukankah itu wajar Kak karena keluarga Beno memang orang berada?" tanya Nabilah tidak heran. "Kamu benar, tapi kita sedang mengumpulkan bukti kalau uang itu memang has
Setelah beberapa hari dirawat oleh ayahnya, kondisi Robin kian membaik. Anak itu sudah tidak demam dan ceria lagi. Seperti malam ini Bara sedang menemani Robin belajar mengenal nama-nama binatang. Setelah memegang dahi Robin, Bara kemudian berucap, "Alhamdulillah, anak ayah sudah sembuh. Binatang apa ini?" tanya pria itu sambil menunjuk sebuah gambar. "Lion, kalau yang ini Tiger," jawab Robin dengan comel. "Pintar, siapa yang ajarin Robin bahasa inggris?" puji Bara sambil bertanya. "Papi, aku juga bisa suara harimau, rawrrrr," jawab Robin dengan polos. Bara tersenyum dan tahu kalau ayahnya memang menyayangi Robin. Ia mengakui Sadewa adalah ayah terbaik yang akan melakukan apa pun untuk membuatnya bahagia. Tidak peduli dirinya salah atau benar, pasti akan selalu didukung. Tidak lama setelah membaca nama-nama bintang, Robin sudah tertidur pulas. Setelah menyelimuti putranya, Bara kemudian menuju ke balkon. Ia tampak termangu sambil menatap rembulan yang menggantung di angkasa.Tib
Pria berbadan besar itu pun ambruk ditembak oleh Sam. Ia datang tepat waktu bersama para pengawal dan Tuannya. Sadewa langsung menghambur memeluk Robin yang menangis karena jatuh tersandung batu. "Papi, Om-om jahat pukuli ayah, hu .., hu ...." Robin mengadukan apa yang telah terjadi. "Jangan takut, Papi akan melindungimu!" sahut Sadewa segera menghampiri Bara. Ia tampak tertegun melihat kondisi putranya yang babak belur. Setelah melihat Robin selamat, Bara langsung tidak sadarkan diri di tempat. Sadewa segera memerintahkan Sam untuk meringkus dan menyekap para penyusup. Ia juga menyuruh penjaga membawa Bara ke helikopter dan mereka segera meninggalkan tempat itu. Mentari tampak bersinar di ufuk timur, Bara membuka matanya dengan perlahan. Ia merasakan tubuhnya sakit dan perih semua. Aroma obat menyeruak indra penciumannya. Akhirnya Bara sadar berada di salah satu kamar rumah sakit."Robin," panggil Bara dengan tubuh yang lebam dan terluka. "Dia sedang tidur dan baik-baik saja,"
Sadewa kemudian membawa Robin ke kediaman Sadewa. Ia memerintahkan semua asisten serta penjaga untuk melindungi dan melayani cucunya itu.Sadewa langsung mengajak Robin untuk sarapan bersama keluarga Sadewa. Kehadiran anak itu tentu saja membuat Lucy dan Bryan tampak heran. "Siapa nama kamu ganteng dan umurnya berapa?" tanya Bryan sambil tersenyum ramah.Robin langsung menjawab, "Muhammad Robin, umur aku tiga." "Panggil dia Bara!" seru Sadewa yang membuat Bryan dan Lucy saling pandang."Bara itu nama ayah," jawab Robin yang membuat Sadewa tertegun.Bryan kembali bertanya, "Robin tahu dari mana itu nama ayah?" "Aku dengar ibu panggil ayah, Abang Bara, begitu," jawab Robin yang membuat Bryan tertawa kecil."Pinter banget sih kamu," puji Bryan yang jadi tahu kalau bocah itu pasti anak Bara. Ia sangat menyukai Robin yang comel dan merasa seperti seorang ayah sedang bicara dengan putranya. Sadewa terlihat tidak suka dan berseru, "Jangan bicara kalau sedang makan!" Setelah sarapan ia me